Didominasi Laki-Laki, Intip Peluang Perempuan Bekerja di Industri Migas

Tak dipungkiri bahwa mayoritas industri banyak didominasi pekerja laki-laki, termasuk di sektor hulu minyak dan gas (migas). Namun, hal itu juga tidak menutup peluang untuk perempuan berkarir di bidang ini.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Okt 2024, 14:30 WIB
Blok Migas PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Dok PHI

Liputan6.com, Jakarta Tak dipungkiri bahwa mayoritas industri banyak didominasi pekerja laki-laki, termasuk di sektor hulu minyak dan gas (migas). Namun, hal itu juga tidak menutup peluang untuk perempuan berkarir di bidang ini. Lalu, bagaimana agar perempuan dapat berhasil berkarier di industri migas?

Dalam diskusi bertajuk 'Wonder Women in Oil & Gas Industry' yang digelar di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, VP Business Support Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Mira Tripuspita memaparkan tantangan dan peluang yang dihadapi perempuan dan generasi Z untuk bisa berhasil berkarier.

Mira, seorang profesional yang berpengalaman lebih dari 27 tahun di bidang ”human capital” atau sumber daya manusia dan juga seorang psikolog, membagikan wawasan berharganya tentang bagaimana perempuan dapat mempersiapkan diri untuk sukses di dunia kerja, khususnya di industi migas.

Mira menyebutkan, salah satu tantangan pertama yang dihadapi perempuan di sektor migas adalah pekerjanya mayoritas laki-laki. Menurutnya, meskipun perusahaan memberikan kesempatan yang setara, banyak perempuan masih merasa terbebani oleh stigma dan pola pikir mereka sendiri. 

"Yang terpenting adalah mindset. Perempuan harus percaya bahwa mereka memiliki kemampuan yang mumpuni. Sama dengan keterampilan yang dimiliki laki-laki," katanya.

Mira juga menggarisbawahi pentingnya mengubah pandangan yang menyebutkan bahwa perempuan harus memilih antara perempuan bekerja atau ibu rumah tangga. "Mengapa kita harus terjebak dalam dikotomi ini? Perempuan bisa menjadi keduanya," tegasnya.

Untuk mendorong lebih banyak perempuan memasuki industri ini, Mira menyebutkan bahwa Kementerian BUMN memiliki kebijakan yang menetapkan target minimum 20 persen untuk pemimpin perempuan. "Ini menunjukkan ada dorongan dari sistem untuk memberdayakan perempuan menjadi pemimpin," jelasnya. 

Namun, ia juga menyoroti bahwa di institusi yang fokus pada pendidikan teknik, hanya ada sekitar 20 persen mahasiswa perempuan. Artinya, ini menunjukkan perlunya adanya peningkatan partisipasi di bidang akademis. 

Mira juga melihat peluang dalam industri migas sangat luas. Bagi perempuan, menurutnya dibutuhkan ketangguhan mental dan keinginan untuk berkompetisi. "Jika mereka memiliki mindset yang kuat, saya yakin mereka akan berhasil dan membawa perubahan positif dalam industri ini," ungkap Mira.

 


Gen Z Kerap Alami Over Thinking 

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selaku Subholding Upstream, mencatatkan kinerja positif atas kontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 8% sepanjang 10 tahun terakhir. Dok PHE

Berbicara di depan puluhan mahasiswa Gen Z ITS, Mira juga menyoroti karakteristik Gen Z yang sering kali terjebak dalam pola over thinking. "Salah satu karakter Gen Z ini adalah banyak over thinking. Mereka punya ambisi tinggi, semua dipikir dan mau diraih. Mau ngopi setiap hari, tapi juga mau punya rumah. Mau healing pakai paspor, tapi ga punya uang.” lanjut Mira. 

Tapi  menurut Mira, Gen Z belum bisa menyeimbangkan ambisi  dengan realita. ”Jika ambisi tinggi tidak tercapai, mereka mudah menyerah. Terkait dengan kesiapan Gen Z memasuki dunia kerja, Mira menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang jelas berjangka panjang, minimal 10 tahun ke depan. 

Sementara itu, Asisten Manager Communication Relations Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Danya Dewanti, menyampaikan bahwa Gen Z juga belajar untuk menyadari bahwa tidak semua ambisi atau impian akan berjalan mulus sesuai keinginan.

”Dalam hidup, kadang kita dihadapkan pada jalan buntu. Suka atau tidak suka kita harus menyesuaikan ambisi kita. Menerima kegagalan, belajar dari pengalaman, dan membuat tujuan baru," ujarnya.

 


Fenomena FOMO

VP Business Support, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Mira Tripuspita menjadi penbicara dalam sesi diskusi “Gen Z: Ambisi vs Kesehatan Mental”, yang diselenggarakan sebagai kerja sama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa dan ITS, di Auditorium Research Center, Kampus ITS.

Gen Z dikenal rentan dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out/takut ketinggalan), FOPO (Fear of People’s Opinion/takut dengan opini orang lain) dan YOLO (You Only Live Once/kamu hanya hidup sekali).  

"Gen Z perlu untuk belajar untuk memahami siapa diri mereka, berdialog dengan diri sendiri,  dan berani untuk menjadi diri sendiri, tanpa harus takut pendapat orang lain dan khawatir ketinggalan. Dalam dunia kerja, Gen Z perlu siap untuk lebih tahan banting, tidak mudah menyerah," sebut Danya.

Mira memberi tips untuk para mahasiswa. ”Untuk bisa produktif dan berhasil di segala hal, baik kuliah di kampus, dalam kehidupan pribadi, serta dunia kerja, kalian para Gen Z perlu bahagia. Ciptakan kebahagiaan kalian sendiri. Karena saya yakin, orang yang bahagia pasti akan produktif,” kata Mira, menutup diskusi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya