Kurs Rupiah Dibuka Perkasa, Bakal Menguat Terus?

Nilai tukar (kurs) rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat 11 Oktober 2024. Penguatan rupiah terjadi di tengah perlambatan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) September 2024.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Okt 2024, 13:55 WIB
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah  dibuka menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat 11 Oktober 2024. Penguatan rupiah terjadi di tengah perlambatan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) September 2024.

Pada awal perdagangan Jumat, kurs rupiah meningkat 17 poin atau 0,11 persen menjadi Rp15.661 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.678 per dolar AS.

"Inflasi tahunan melambat dari 2,5 persen year on year (yoy) menjadi 2,4 persen yoy pada September 2024, namun sedikit di atas yang diperkirakan 2,3 persen yoy" kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara, Jumat (11/10/2024)..

Tingkat inflasi inti secara tak terduga naik dari 3,2 persen yoy menjadi 3,3 persen yoy.

Tingkat Inflasi

Selain itu, tingkat inflasi headline dan inti bulanan melebihi perkiraan. Sementara Klaim Pengangguran Awal AS melonjak ke level tertinggi 14 bulan sebesar 258 ribu.

Dengan mempertimbangkan data tersebut, probabilitas pemotongan suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) pada November 2024 tetap di 86 persen.

Sebelumnya, notulensi dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2024 menggarisbawahi bahwa pergerakan setengah poin tidak boleh ditafsirkan sebagai tanda prospek ekonomi yang lebih negatif atau laju pelonggaran kebijakan yang lebih cepat untuk bergerak maju.

Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di rentang 15.600 per USD sampai dengan 15.725 per USD  pada perdagangan hari ini.


Rupiah Lesu Hari Ini 10 Oktober 2024 Usai Rilis Notulen Rapat The Fed

Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rilis FOMC Minutes atau notulen rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) membayangi gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (10/10/2024).

Mengutip Antara, pada awal perdagangan, rupiah merosot 30 poin atau 0,20 persen menjadi 15.660 per dolar AS dari sebelumnya 15.630.

"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang kembali menguat setelah FOMC Minutes memupuskan harapan untuk The Fed kembali memangkas suku bunga 'jumbo' 50 basis poin," ujar analis mata uang Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis. Lukman menilai, investor juga mengantisipasi data inflasi AS yang akan dirilis malam ini.

Lukman prediksi rupiah berada di rentang 15.600 per dolar AS sampai dengan 15.725 per dolar AS.

 

 

 


Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) juga menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan pergerakan mata uang Asia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pergerakan Rupiah pada 9 Oktober 2024Sebelumnya, Rupiah mengalami penguatan pada Rabu, 9 Oktober 2024. Rupiah ditutup menguat 25,5 poin terhadap dolar AS (USD) pada perdagangan Rabu sore, 9 Oktober 2024 setelah menguat 65 poin di level Rp 15.629,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.655. 

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.610 – Rp 15.730,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2024.

Ibrahim menambahkan, investor berhenti sejenak untuk menilai prospek suku bunga untuk Amerika Serikat (AS).

"Kalender data AS yang sedikit minggu ini memberikan jeda setelah laporan pekerjaan yang kuat Jumat lalu menyebabkan dolar menguat dan membuat pasar meredam skala penurunan suku bunga yang diharapkan,” kata Ibrahim.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya