Liputan6.com, Jakarta - 10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan mental dunia. Adapun investasi berpotensi menjadi salah satu faktor yang memicu rasa cemas dan khawatir. Terlebih, fluktuasi pasar yang dinamis dalam berinvestasi mempererat hubungan antara kondisi investasi dan psikologi investor.
Reku sebagai platform investasi aset global yang terdiri dari aset kripto dan saham Amerika Serikat (AS )menyoroti pentingnya masyarakat untuk membangun kesiapan psikologi dalam berinvestasi.
Advertisement
Co-CEO Reku Jesse Choi, mengatakan psikologi investasi merupakan faktor penting yang menentukan kesiapan berinvestasi. Kesiapan mental dalam berinvestasi perlu dimiliki investor di semua instrumen investasi. Sebab, fluktuasi harga terjadi di semua instrumen. Sehingga terdapat tendensi investor tertekan dengan kondisi pasar yang sedang kurang baik, serta FOMO saat aset tertentu sedang naik harga.
"Inilah pentingnya membangun kesiapan mental berinvestasi agar investor bisa membuat keputusan yang lebih bijak di kondisi ketika pasar menghijau ataupun terkoreksi,” kata Jesse, Sabtu (12/10/2024).
Lebih lanjut, terkait berinvestasi kripto, laporan bertajuk “Where Are People Most Stressed About the State of Crypto?” yang dilansir dari Coinkickoff, mencatat Indonesia masuk dalam daftar negara yang memiliki tingkat stres tinggi terkait kripto untuk kawasan Asia Tenggara, sebesar 19,2%.
Kendati riset tersebut berfokus pada aset kripto yang cenderung lebih volatil, Jesse menjelaskan ini turut menggambarkan urgensi dalam membangun kesiapan berinvestasi di instrumen lainnya.
Fenomena serupa juga berpotensi terjadi pada investor di instrumen lain termasuk saham, reksa dana, emas, serta aset-aset lain. Karenanya, kesiapan mental untuk setiap investor tetap dibutuhkan. Bukan hanya dalam merespon tekanan dalam berinvestasi, namun mengelola kepercayaan diri.
"Sehingga investor dapat terhindar dari rasa percaya diri berlebih sehingga mendorong mereka membuat keputusan berisiko tanpa analisis yang cukup, serta panic selling saat pasar tiba-tiba terkoreksi,” ujar Jesse.
Bangun Kesiapan Mental
Dia menuturkan, untuk mendukung investor dalam membangun kesiapan mental dalam berinvestasi, literasi berperan penting untuk mengelola emosional investor. Literasi investasi semestinya bukan hanya mencakup bagaimana cara kerja aset tertentu, namun juga perlu mengedukasi pengelolaan emosi yang baik dan disiplin dalam menerapkan strategi investasi.
"Ini juga bisa dimulai dengan mengetahui tipe investor, sehingga investor dapat menentukan instrumen investasi yang lebih sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan masing-masing. Saat ini investor juga dapat mengetahui profil risikonya melalui fitur Investor Personality Test di Reku yang berisikan sejumlah pertanyaan seputar kepribadian finansial investor dan alokasi investasi ideal sesuai profil risikonya,” ungkap Jesse.
Adapun mengenai kegiatan literasi, Jesse turut menekankan komitmennya dalam mengedukasi masyarakat untuk membangun kesadaran dan mengendalikan diri dalam keuangan sebelum berinvestasi.
Advertisement
Siap Hadapi Dinamika Pasar
"Reku juga kerja sama dengan pegiat finansial dan financial planner. Jadi, kami bukan hanya mengedukasi tentang aset kripto saja, namun juga manajemen keuangan dan strategi alokasi dana investasi yang terpisah dari kebutuhan primer harian dalam berbagai format, seperti kegiatan atau roadshow berkolaborasi dengan berbagai partners seperti Tether di 10 kota di Indonesia, konten edukasi, maupun diskusi bersama komunitas Telegram Reku yang beranggotakan puluhan ribu orang,” tegas Jesse.
Maka dengan begitu, investor diharapkan bisa lebih siap dalam menghadapi dinamika pasar di instrumen, dalam hal ini termasuk aset kripto dan Saham AS. Hal ni juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong edukasi bagi masyarakat.
"Ke depannya, mudah-mudahan investor dapat lebih membangun manajemen emosional terhadap fluktuasi investasi sehingga bisa terus mengambil keputusan investasi yang strategis dan terukur,” pungkasnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
ETF Bitcoin dan Ethereum Catatkan Arus Masuk Signifikan
Sebelumnya, ETF berbasis kripto Bitcoin dan Ethereum mengalami arus masuk signifikan sejak 12 Agustus 2024. Ini menandai pergeseran dari tren arus keluar kripto baru-baru ini.
Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (15/8/2024), menurut data, ETF ETH menghasilkan arus masuk USD 4,93 juta atau setara Rp 77,6 miliar (asumsi kurs Rp 15.756 per dolar AS) , jumlah yang kecil dibandingkan dengan arus keluar yang besar sebesar USD 401,01 juta atau setara Rp 6,3 triliun sejak 23 Juli.
Adapun untuk ETF Bitcoin mencatatkan arus masuk sebesar USD 27,87 juta atau setara Rp 439,1 miliar. ETF Bitcoin milik Ark Invest dan ARKB milik 21shares memimpin, mengumpulkan USD 35,4 juta, dengan IBIT milik Blackrock di belakangnya, mengumpulkan USD 13,45 juta.
Mini Bitcoin Trust milik Grayscale menerima arus masuk sekitar USD 7,85 juta. Namun, arus masuk tersebut diimbangi oleh arus keluar dari BITB milik Bitwise dan GBTC milik Grayscale, yang masing-masing menghasilkan USD 17,06 juta dan USD 11,77 juta.
ETF Bitcoin FBTC, HODL, BRRR, BTCO, EZBC, BTCW, dan DEFI mengalami hari perdagangan yang netral. Secara keseluruhan, ke-12 dana tersebut mengumpulkan USD 27,87 juta, sehingga meningkatkan arus masuk bersih kumulatif sejak 11 Januari 2024 menjadi USD 17,37 miliar.
ETF bitcoin spot Senin diperdagangkan pada volume USD 1,3 miliar, dan ke-12 dana tersebut sekarang memiliki cadangan BTC senilai USD 53,75 miliar, yang mewakili 4,63% dari total kapitalisasi pasar BTC.
Advertisement