Liputan6.com, Jakarta Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, disebut sangat berambisi membangun pusat tenaga nuklir di Indonesia.
Hal itu disampaikan Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo Subianto, saat berpidato di Podomoro University Jakarta, Jumat (11/10/2024).
Advertisement
Menurut Hashim, Prabowo sudah berkomunikasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bekerja sama terkait proyek pembangunan tenaga nuklir di Indonesia.
"Pak Prabowo sudah minta kerja sama dari Pemerintah Rusia ketemu dengan Presiden Putin beberapa pekan lalu. Saya dengar Presiden Putin sudah setuju," kata Hashim Djojohadikusumo dalam pidatonya di Podomoro University Jakarta.
Hashim menambahkan, Presiden Vladimir Putin bahkan siap memberikan tempat-tempat khusus untuk mahasiswa Indonesia belajar ilmu kedokteran, ilmu fisika, ilmu teknik nuklir, dan sebagainya.
Tujuannya, agar semakin sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang ahli di bidang science dan keinginan membangun pusat tenanga listrik nuklir semakin cepat tercapai.
"Karena Pak Prabowo ingin program pembangunan pusat tenaga listrik nuklir akan segera dimulai. Kalau sudah diputuskan akan dilaksanakan, baru 10-15 tahun lagi pusat tenaga nuklir pertama akan operasi," jelas Hashim.
Maka dari itu, Hashim menegaskan tidak ada waktu lagi untuk mengambil keputusan. Segera setelah dilantik dan menjabat sebagai presiden, kata Hashim, Prabowo bertekad memulai proyek pusat tenaga nuklir.
"Maka kita harus putuskan sekarang, tahun depan. Itu sudah tekad dari Beliau," ujar Hashim.
Baca juga Prabowo Bicara Konflik Israel Vs Iran
Indonesia akan Punya PLTN Pertama pada 2032
Sebelumnya, sempat diberitakan Kanal Bisnis Liputan6.com bahwa Indonesia akan memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama pada tahun 2032. Hal ini disampaikan oleh anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Kementerian ESDM, Abadi Poernomo.
"Pengembangan nuklir sesuai Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Ketenagalistrikan Nasional (RPP KEN) 2032 diharapkan sudah ada pembangkit kecil sebagai motor penggerak. Sesuai rencana, pada 2032 sudah ada PLTN, saya kira itu," ujar Abadi kepada awak media di Hotel Le Meridien Jakarta, Rabu (9/10/2024).
"Kapasitasnya? Kalau tidak salah, sekitar 250 megawatt," kata Abadi.
Terkait lokasi, pemerintah telah mengidentifikasi beberapa wilayah yang berpotensi menjadi lokasi pembangunan PLTN, termasuk di Belitung dan Pulau Kalimantan.
"Lokasi yang sudah disurvei mencakup beberapa daerah yang sangat stabil, seperti di Belitung, Kalimantan, dan sebagainya. Saat ini kami masih memastikan lokasi yang benar-benar aman untuk pembangunan PLTN," jelasnya.
Lebih lanjut, Abadi menyatakan bahwa beberapa investor asing menunjukkan minat untuk berinvestasi dalam proyek PLTN pertama di Indonesia, meskipun dia belum menyebutkan secara spesifik calon investor tersebut.
"(Investor) banyak, dari Rusia, Amerika, dan China, semua berminat," ujar Abadi.
Advertisement
Tanggapan PLN soal Rencana Pembangunan PLTN
Sebelumnya, PT PLN (Persero) menyatakan bahwa Indonesia belum akan memulai inisiatif pembangunan PLTN pada tahun ini atau dalam waktu dekat.
Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Adi Lumakso, mengatakan bahwa ide pembangunan PLTN bukanlah hal baru. Namun, PLN saat ini masih fokus pada pengembangan sumber pembangkit energi terbarukan yang ramah lingkungan.
"Kami masih mengembangkan potensi energi terbarukan lainnya, seperti air, angin, dan geotermal. Untuk saat ini, kami akan fokus ke sana dulu. Pembangkit nuklir akan menjadi opsi terakhir jika memang dianggap solusi yang dapat ditempuh, tapi itu akan menjadi keputusan pemerintah," ujar Adi saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/6).
Adi menegaskan bahwa PLN siap terlibat dalam pengelolaan nuklir jika kebijakan dari pemerintah sudah ada. Namun, dia juga menekankan pentingnya mitigasi risiko dalam penggunaan nuklir sebagai sumber energi listrik.
"Nuklir perlu dimitigasi dengan baik untuk memastikan bahwa itu adalah salah satu pembangkit yang bisa menjadi solusi di masa depan," tambahnya.