Liputan6.com, Jakarta - Barclays menyebutkan, pasar saham berkembang mencatat rekor arus dana masuk hingga Rabu pekan ini. Aliran dana masuk ke bursa saham China catat rekor.
Mengutip Channel News Asia, Sabtu (12/10/2024), berdasarkan data Barclays, aliran dana yang masuk ke bursa saham China mencapai USD 39 miliar atau sekitar Rp 606,99 triliun. Dana yang masuk itu terdiri dari investor domestik mencapai USD 30 miliar atau sekitar Rp 466,91 triliun.
Advertisement
Sedangkan dari investor asing mencapai USD 9 miliar atau sekitar Rp 140,07 triliun. Aliran dana yang masuk dari domestik dan asing itu mencatat rekor.
Adapun transaksi itu sebagian besar dari arus sebesar USD 41 miliar atau sekitar Rp 638,12 triliun ke pasar saham berkembang.
Di sisi lain, investor menjauhi Jepang dengan arus keluar sebesar USD 9 miliar. Barclays menyebutkan aliran dana yang keluar itu termasuk terbesar secara mingguan dalam 20 tahun.
Penutupan Bursa Saham Asia
Sebelumnya, bursa saham China memimpin koreksi di bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Jumat, 11 Oktober 2024.
Mengutip CNBC, indeks CSI 300 merosot 2,77 persen ke posisi 3.887,17. Selama sepekan, indeks CSI 300 terpangkas 3,25 persen seiring sentimen stimulus mereda.
Kementerian Keuangan China dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada Sabtu pagi pukul 10 waktu setempat. Sesi pengarahan yang sangat dinanti-nantikan ini diharapkan akan mengungkap paket stimulus fiskal baru saat China berupaya dongkrak ekonominya.
Investor di Asia juga menilai keputusan suku bunga dari Bank of Korea dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen. Suku bunga ini dipangkas pertama kali sejak 2020. Keputusan tersebut menandai berakhirnya siklus pengetatan yang menyebabkan suku bunga mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun pada 2023.
Harga Minyak
Keputusan tersebut muncul saat inflasi di Korea Selatan turun menjadi 1,6% pada September, level terendah sejak awal 2021 dan di bawah target menengah bank sentral sebesar 2%.
Harga minyak turun setelah naik lebih dari 3% pada Kamis karena rumah tangga dan pemilik mobil meningkatkan penggunaan bahan bakar menjelang Badai Milton dan kekhawatiran meningkat konflik Timur Tengah dapat meningkatkan risiko bagi lokasi minyak Iran.
Harga minyak berjangka Brent turun 0,35% menjadi USD 79,11 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,34% menjadi USD 75,6 per barel.
Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,57 persen ke posisi 39.605,8, yang didorong sektor saham keuangan dan perawatan kesehatan. Indeks Topix merosot 0,24 persen ke posisi 2.706,2. Indeks Kospi di Korea Selatan susut ke posisi 2.596,91. Indeks Kosdaq merosot 0,59 persen ke posisi 770,87. Indeks ASX 200 tergelincir 0,1 persen ke posisi 8.214,5.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 11 Oktober 2024
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 11 Oktober 2024. Indeks Dow Jones dan S&P 500 mencapai titik tertinggi baru dan menutupan perdagangan sepekan dengan kinerja positif.
Penguatan wall street tersebut juga didorong raksasa perbankan yang mengawali musim laporan keuangan kuartal III 2024 yang menjanjikan.
Mengutip CNBC, Sabtu (12/10/2024), indeks S&P 500 naik 0,61 persen ke posisi 5.815,03. Indeks Dow Jones bertambah 409,74 poin atau 0,97 persen ke posisi 42.863,86. Dua indeks saham acuan tersebut mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa dan ditutup ke posisi rekor.
Indeks Nasdaq mendaki 0,33 persen ke posisi 18.342,94, dan kurang dari 2 persen di bawah titik tertinggi sepanjang masa.
“Apa yang kita lihat, dan saya pikir Anda melihatnya terpukul cukup keras hari ini dengan cara yang baik,” ujar Head of US Equity Research Amundi US, Craig Sterling seperti dikutip dari CNBC.
Indeks utama juga mencatat kenaikan selama lima minggu berturut-turut. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melonjak 1,1 persen, sedangkan indeks Dow Jones mencatat kenaikan 1,2 persen.
Rilis Laporan Keuangan
Awal yang kuat pada musim laporan keuangan kuartal ketiga memberikan dorongan bagi saham. Saham JPMorgan Chase naik 4,4 persen setelah melampaui harapan laba dan pendapatan. Sedangkan saham Wells Fargo melambung 5,6 persen seiring laba yang lebih kuat dari yang diharapkan.
Selain itu, investor mengabaikan pendapatan yang mengecewakan dan penurunan 11 persen dalam pendapatan bunga bersih.
“Pendapatan bunga bersih dulunya menjadi penentu apakah bank berkinerja baik atau tidak. Investor telah memahami kalau mereka akan menghasilkan uang pada saat baik dan buruk,” ujar Chief Investment Officer Bokeh Capital Partners, Kim Forrest.
Wall Street cenderung memandang sektor perbankan sebagai barometer kesehatan ekonomi, yang menentukan arah untuk sisa musim pendapatan. Namun, Forrest mencatat mereka kurang memiliki visibilitas ke dalam arahan ke depan yang sering memengaruhi pergerakan saham pasca laba.
Advertisement
Sentimen The Fed
Saham juga diuntungkan oleh data yang meredakan kekhawatiran inflasi tidak mereda cukup cepat. Itu termasuk pembacaan indeks harga produsen September yang lebih dingin dari yang diharapkan setelah indeks harga konsumen meningkat sedikit lebih dari yang diharapkan.
Temuan tersebut mengisyaratkan Federal Reserve mungkin benar-benar mencapai skenario soft landing dan mencapai target 2%, yang menurut para ekonom Goldman Sachs mungkin sudah ditunjukkan oleh data inflasi September mendatang.
"Secara keseluruhan, angka-angka ini semakin tidak berdampak karena inflasi menurun," kata Kepala strategi pasar global di TradeStation, David Russell.
"The Fed masih bisa berada di jalur yang tepat untuk 25 basis poin pada dua pertemuan berikutnya."
Perdagangan berjangka dana Fed menunjukkan kemungkinan hampir 90%, the Federal Reserve akan menurunkan suku bunga seperempat poin pada November, menurut CME FedWatch Tool. Para pembuat kebijakan bank sentral akan terus mencermati data tambahan, yang akan membentuk arah mereka terhadap suku bunga.
Di sisi lain, saham Tesla anjlok 8,8% karena acara robotaxi yang mengecewakan.