Top 3: Australia, Kanada dan Kolombia Hentikan Proyek Mata Uang Digital

Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Minggu, 13 Oktober 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Okt 2024, 07:00 WIB
Australia, Kanada, dan Kolombia baru-baru ini memutuskan untuk menghentikan rencana peluncuran mata uang digital oleha Central Bank Digital Currencies (CBDC) atau Bank Sentral Digital. (Photo copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Australia, Kanada, dan Kolombia baru-baru ini memutuskan untuk menghentikan rencana peluncuran mata uang digital oleh Central Bank Digital Currencies (CBDC) atau Bank Sentral Digital.

Keputusan ini menarik karena bukan hanya masyarakat yang menolak, melainkan juga bank sentral sendiri yang menyuarakan kekhawatiran mereka.

Bank sentral di negara-negara tersebut menjelaskan bahwa belum ada alasan kuat yang cukup untuk meluncurkan CBDC ritel. Reserve Bank of Australia, misalnya, menyatakan, “Belum ada alasan kepentingan publik yang jelas untuk menerbitkan CBDC ritel di Australia," katanya dikutip dari cointelegraph, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Hal serupa diungkapkan Banco de la República de Colombia, yang mengatakan, “ini tidak cukup alasan untuk penerbitan CBDC ritel atau grosir di Kolombia.”

Sementara itu, Bank of Canada menyatakan mereka mengurangi upaya pengembangan CBDC ritel dan beralih fokus pada penelitian sistem pembayaran dan kebijakan yang lebih luas.

Artikel Australia, Kanada dan Kolombia Hentikan Proyek Mata Uang Digital menyita perhatian pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com pada Sabtu, 12 Oktober 2024. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Minggu (13/10/2024):

1.Australia, Kanada dan Kolombia Hentikan Proyek Mata Uang Digital

Australia, Kanada, dan Kolombia baru-baru ini memutuskan untuk menghentikan rencana peluncuran mata uang digital oleha Central Bank Digital Currencies (CBDC) atau Bank Sentral Digital.

Keputusan ini menarik karena bukan hanya masyarakat yang menolak, melainkan juga bank sentral sendiri yang menyuarakan kekhawatiran mereka.

Bank sentral di negara-negara tersebut menjelaskan bahwa belum ada alasan kuat yang cukup untuk meluncurkan CBDC ritel. Reserve Bank of Australia, misalnya, menyatakan, “Belum ada alasan kepentingan publik yang jelas untuk menerbitkan CBDC ritel di Australia," katanya dikutip dari cointelegraph, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Hal serupa diungkapkan Banco de la República de Colombia, yang mengatakan, “ini tidak cukup alasan untuk penerbitan CBDC ritel atau grosir di Kolombia.”

Berita selengkapnya baca di sini


2.Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp 2,84 Triliun pada Pekan Kedua Oktober 2024

Ilustrasi Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada pekan kedua Oktober 2024. Dihitung sejak awal 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menuturkan, berdasarkan data transaksi 7–10 Oktober 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 2,84 triliun.

"Nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 2,84 triliun terdiri dari jual neto sebesar Rp4,47 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp 4,37 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp 2,73 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Erwin dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Erwin menambahkan, berdasarkan data setelmen sampai dengan 10 Oktober 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 46,68 triliun di pasar saham, Rp 41,19 triliun di pasar SBN dan Rp 193,51 triliun di SRBI.

Berita selengkapnya baca di sini


3.Boeing Terlilit Utang: Ingin PHK 17.000 Karyawan

Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)

Boeing bakal memangkas 10 persen karyawan atau sekitar 17.000 orang. Langkah Boeing melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan seiring rugi perusahaan terus meningkat dan pemogokan yang telah melumpuhkan pabrik pesawatnya memasuki minggu kelima.

Selain itu, Boeing juga akan menunda peluncuran pesawat berbadan lebar terbaru yang telah lama tertunda, demikian seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (12/10/2024).

Boeing juga tidak akan mengirimkan pesawat berbadan lebar 777X yang masih belum tersertifikasi hingga 2026, sehingga pesawat itu terlambat sekitar enam tahun dari jadwal.

Boeing pada Agustus juga hentikan uji terbang pesawat itu ketika menemukan kerusakan struktural. CEO Boeing Kelly Ortberg menuturkan, Boeing juga akan berhenti membuat pesawat kargo komersial 767 pada 2027 setelah memenuhi pesanan yang tersisa.

“Bisnis kami berada dalam posisi yang sulit, dan sulit hadapi tantangan yang kita hadapi bersama,” ujar Ortberg.

Berita selengkapnya baca di sini

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya