Menanti Pemerintah Baru, Begini Ramalan BEI Soal Pasar Modal Era Prabowo

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, pasar akan menganalisis dampak dari kebijakan pemerintah baru, khususnya yang terkait dengan ekonomi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Okt 2024, 15:10 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan sejumlah prospek pasar modal di bawah kendali pemerintah baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan sejumlah prospek pasar modal di bawah kendali pemerintah baru. Informasi saja, pada 20 Oktober 2024 akan diselenggarakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran.

Diketahui, Prabowo telah menyiapkan sejumlah kebijakan strategis. Salah satunya adalah penambahan jumlah kementerian dalam kabinet Prabowo. Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, pasar akan menganalisis dampak dari kebijakan pemerintah baru, khususnya yang terkait dengan ekonomi. 

Menurut Jeffrey, investor akan melihat seluruh kebijakan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, hal itu yang nantinya akan berdampak pada kinerja perusahaan tercatat. Ujungnya, juga akan mempengaruhi performa saham perusahaan di bursa.

"Investor pasti akan melihat itu. Tidak melihat berapa jumlah kementerian, tapi lebih ke dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi seperti apa. Kita lihat aja lah nanti setelah tanggal 20 reaksi pasar seperti apa,"  kata Jeffrey, dikutip Minggu (13/10/2024).

Di sisi lain, Jeffrey tak menyangkal jika pasar biasanya memiliki 'dream team', semacam susunan kabinet yang dianggap pas untuk mengisi posisi kementerian strategis. Dream team ini biasanya merujuk pada tokoh atau pihak profesional yang memiliki kapabilitas untuk menjabat pada posisinya, terutama di kementerian strategis seperti kementerian Keuangan.

"Mungkin market akan menunggu, apakah di kabinet baru ada dream team atau tidak. Adapun dream team yang diharapkan market itu sebenarnya seperti apa, kita tidak tahu. Tapi biasanya yang terkait dengan ekonomi," imbuh Jeffrey.

Menelisik lebih jauh dampak transisi pemerintahan tahun ini, Jeffrey menyinggung Jokowi Effect untuk menjadi acuan. Dalam catatannya, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat melonjak signifikan usai pengumuman Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) pada pemilu 2014.

"Kalau kita lihat dari sebelum-sebelumnya, efek paling besar itu pada saat pertama kali pencalonan Pak Jokowi di (pemilu) 2014. Pada saat ditetapkan pencalonan Pak Jokowi, itu ada yang namanya Jokowi Effect yang gede banget. Tapi waktu pelantikan tidak sebesar itu (kenaikannya)," kata Jeffrey.

 


Reaksi Pasar

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Jeffrey, lumrah jika pasar bereaksi saat pengumuman dan sekaligus melakukan perhitungan untuk jangka menengah-panjang mengenai transisi pemerintah saat itu.

"Di market itu selalu beberapa langkah di depan. Mengantisipasi. Jadi pada saat diumumkan, ya sudah memperhitungkan untuk pelantikannya sekaligus, semuanya," imbuh Jeffrey.

Berkaca pada fenomena itu, Jeffrey memperkirakan transisi pemerintahan kali ini juga tak akan jauh berbeda. IHSG sempat melonjak saat pengumuman Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran. Dalam lima periode tahun pemilu terakhir, performance IHSG bergerak menguat cukup signifikan.

Pada 1999, IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. PAda 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen. Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen.

Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen. Kinerja pasar modal pada periode pemilu tersebut salah satunya ditopang kenaikan tingkat konsumsi oleh pengeluaran partai politik maupun calon kandidat terpilih yang meningkat jelang pemilu, salah satunya dalam bentuk kampanye.


Mirae Asset Turunkan Target IHSG ke 7.585 hingga Akhir 2024, Saham-Saham Ini Jadi Pilihan

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 7.585 hingga akhir tahun 2024. Sehingga masih ada ruang penguatan dibandingkan posisi sekarang di kisaran 7.100, seiring dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh pelaku bisnis dan emiten.

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, prediksi IHSG tersebut terutama didasari pertimbangan makroekonomi terkini terkait ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang lebih terbatas dan posisi nilai tukar Rupiah.

"Di tahun 2024 ini sebetulnya kita expect di 8.100. Tapi memang kondisinya yang kita semua ketahui mungkin tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya, jadi kita menurunkan target IHSG dari 8.100 ke 7.585," kata Rully dalam Investor Network Summit 2024 by Mirae Asset, Rabu (3/2024).

Dengan prediksi tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham pilihan (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM. Terkait makroekonomi, Rully masih optimistis kondisi Indonesia akan positif dan prediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).

Di tengah situasi yang penuh tantangan, dia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10%-12%. Kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.


Ekonomi Global pada Semester II 2024

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia menjadi 5,01% pada 2024 dan 5,02% pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya.”

Perekonomian global pada semester II/2024, lanjut Rully, diprediksi ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Untuk AS, dia juga meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam akan moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.

Sebagai faktor lain, dia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan geopolitik di daerah lain, menurut dia, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya