UAH Ungkap Orang Barat Banyak Terapkan Nilai Al-Qur'an dan Hadis, Ini Buktinya

UAH merasa miris karena masyarakat Yahudi, yang saat ini paling banyak mempraktikkan ajaran Al-Qur'an dan hadis, justru jarang mengakuinya secara terbuka.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2024, 00:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Penceramah Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan bahwa banyak praktik kehidupan yang saat ini dilakukan oleh masyarakat Barat, khususnya di Amerika Serikat, sejatinya berasal dari ajaran Al-Qur'an dan hadis.

Meski mereka tidak secara langsung mengakui sumbernya, berbagai kebiasaan yang diterapkan sangat sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.

UAH menyoroti pentingnya menyadari hal ini dan mengaplikasikannya secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Muslim.

Pada kesempatan tersebut, UAH menjelaskan bahwa salah satu contoh yang paling menonjol adalah kewajiban memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi yang baru dilahirkan.

Menurutnya, di Amerika Serikat, pemberian ASI menjadi suatu keharusan. Ini adalah praktik yang sudah sejak lama dianjurkan dalam Islam, bahkan tercantum dalam Al-Qur'an sebagai kewajiban bagi ibu yang mampu untuk memberikan ASI kepada bayinya.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @makayichannel, UAH menyebutkan bahwa fakta ini sangat menarik. Ia mengatakan, "Saya baru dapat kabar sebelum ke Jawa Timur bahwa di Amerika, begitu bayi dilahirkan wajib diberikan ASI. Dalilnya sebenarnya kita yang punya, dari Al-Qur'an dan hadis."

UAH merasa miris karena masyarakat Yahudi, yang saat ini paling banyak mempraktikkan ajaran Al-Qur'an dan hadis, justru jarang mengakuinya secara terbuka.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Pendidikan Anak Yahudi juga Terapkan Ajaran Al-Quran dan Hadis

Ilustrasi Kitab Al Qur’an Credit: pexels.com/Tayeb

UAH memberikan contoh lebih lanjut terkait bagaimana pendidikan anak-anak di Barat, khususnya di kalangan Yahudi, banyak mengambil nilai-nilai dari Al-Qur'an dan hadis.

Misalnya, dalam hal menghindari tontonan yang tidak bermanfaat atau menjauhkan anak-anak dari hal-hal yang tidak berguna.

Pendidikan yang menekankan pengembangan kreativitas dan intelektual anak-anak juga sejatinya berasal dari ajaran Islam yang mendorong setiap individu untuk selalu berpikir dan belajar hal-hal yang bermanfaat.

Menurut UAH, praktik-praktik ini menunjukkan bahwa masyarakat Barat, terutama Yahudi, sangat memperhatikan perkembangan otak dan karakter anak-anak sejak usia dini.

Mereka menghindari konten-konten yang dapat merusak mental anak-anak dan menggantinya dengan kegiatan yang merangsang kecerdasan.

"Hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti tontonan yang buruk atau permainan yang tidak mendidik, dijauhkan dari anak-anak mereka," jelas UAH.

Pernyataan ini menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk lebih serius dalam menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal mendidik anak.

 


Kekayaan Umat Muslim

Ilustrasi Islami, muslim, membaca hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-liburan-agama-membaca-7957079/)

Menurut UAH, umat Muslim memiliki sumber daya yang sangat kaya dalam Al-Qur'an dan hadis, namun sering kali terlambat atau bahkan enggan untuk menerapkannya. Padahal, nilai-nilai tersebut sudah terbukti bermanfaat dan diakui oleh masyarakat internasional.

Dalam ceramahnya, UAH juga menyebutkan bahwa penting bagi umat Muslim untuk menjaga kesadaran akan kekayaan ajaran yang dimiliki.

Menurutnya lagi, jika umat Muslim sendiri tidak menerapkan ajaran Al-Qur'an dan hadis, maka akan ada pihak lain yang akan memanfaatkannya, seperti yang sudah terjadi di kalangan Yahudi dan masyarakat Barat lainnya.

Lebih jauh, UAH menegaskan bahwa penerapan ajaran Al-Qur'an dan hadis tidak hanya terbatas pada urusan ibadah, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, kesehatan, dan hubungan sosial.

Pemberian ASI, pendidikan anak yang baik, serta pembatasan akses anak terhadap konten yang tidak bermanfaat, adalah sebagian kecil dari nilai-nilai yang diambil dari ajaran Islam dan diterapkan dengan sukses di negara-negara Barat.

UAH juga mengajak masyarakat Muslim untuk tidak hanya sekadar memahami ajaran-ajaran ini, tetapi juga aktif menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ia menekankan bahwa kunci kesuksesan dalam membangun masyarakat yang beradab dan sejahtera adalah dengan mengedepankan prinsip-prinsip yang sudah diajarkan oleh Islam. "Kalau mereka (Yahudi) bisa mempraktikkan, kenapa kita tidak?" tantangnya.

Dalam konteks ini, UAH berharap agar umat Islam lebih bangga dengan ajaran agamanya dan tidak ragu untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran yang ada.

"Jangan sampai kita terlambat, sampai-sampai orang lain yang lebih dulu mempraktikkan ajaran kita," kata UAH. Menurutnya, umat Islam seharusnya menjadi pelopor dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, bukan hanya menjadi pengikut atau bahkan tertinggal dari umat lain.

Selain itu, UAH juga menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak dalam Islam. Anak-anak harus diajarkan untuk menghindari hal-hal yang tidak berguna dan fokus pada pengembangan diri yang lebih baik.

UAH menyarankan agar para orang tua memberikan pendidikan berbasis Al-Qur'an dan hadis kepada anak-anak mereka sejak dini, agar tumbuh menjadi generasi yang kuat secara spiritual dan intelektual.

Ceramah ini menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk lebih serius dalam mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. UAH berharap, melalui penerapan nilai-nilai Al-Qur'an dan hadis yang konsisten, umat Muslim dapat membangun keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

Dengan demikian, tidak hanya dunia yang akan diraih, tetapi juga kebahagiaan akhirat yang dijanjikan Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya