Liputan6.com, Jakarta - Ulama cerdas murid kesayangan Syaikhona KH Maimoen Zubair, mengungkapkan pandangannya tentang teori ikhlas dalam kehidupan beragama.
Menurutnya, ikhlas bukan hanya tentang melakukan kebaikan, tetapi juga tentang melakukannya tanpa mengharapkan imbalan. Hal ini ia sampaikan dalam salah satu ceramahnya yang ramai diperbincangkan karena pandangannya yang berbeda dari banyak ulama lain.
Dalam ceramah yang disampaikan, Gus Baha menekankan bahwa mempertahankan kebenaran harus dilakukan tanpa pamrih. Ia memberi contoh, meskipun saat ini banyak kampanye tentang membela agama, hal itu seharusnya tidak dilakukan hanya demi mendapatkan penghargaan atau tempat di surga.
Baginya, tujuan akhir umat muslim adalah menjalankan ajaran agama dengan ikhlas, tanpa embel-embel imbalan duniawi maupun akhirat.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @galuraofficial, Gus Baha menjelaskan bahwa teori ikhlas yang ia kagumi dilatih melalui ilmu.
"Saya ini pengagum teori ikhlas dilatih bil 'ilmi," katanya. Gus Baha mengungkapkan bahwa ia merasa malu jika berbuat sesuatu hanya demi balasan atau penghargaan.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Terhadap Hakikat Jujur Tanpa Imbalan, tapi Sama Allah SWT Minta Imbalan
Ia menegaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia harus jujur terhadap hakikat, seperti mengakui bahwa air itu dingin dan api itu panas, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Menurut Gus Baha, kejujuran dan ketulusan adalah prinsip dasar dalam beragama. Ia menekankan bahwa melakukan kebaikan seharusnya tidak disertai dengan niat untuk mendapatkan surga atau menghindari neraka.
"Kalau mengenai hakikat-hakikat sederhana seperti air dingin dan api panas saja saya jujur tanpa imbalan, lalu kenapa ketika berbicara tentang Allah saya harus minta imbalan surga atau neraka?" ujarnya.
Pandangan ini cukup mengejutkan banyak orang karena Gus Baha seolah menantang pemahaman umum tentang beribadah. Ia mendorong umat Islam untuk melakukan ibadah dengan niat tulus, tanpa mengharapkan balasan apa pun.
Menurutnya, menjalankan perintah Allah sudah semestinya dilakukan sebagai wujud kecintaan dan ketundukan kepada-Nya, bukan karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi di dunia maupun akhirat.
Gus Baha juga menyebut bahwa teori ikhlas ini sebenarnya sudah banyak dibahas oleh para ulama terdahulu, namun penerapannya masih sering dilupakan oleh umat.
Ia berpesan agar umat Islam memperdalam ilmu agar dapat memahami esensi dari ikhlas itu sendiri. "Ikhlas itu harus dilatih, tidak hanya dalam perkara kecil, tetapi juga dalam perkara besar yang menyangkut hubungan kita dengan Allah," tambahnya.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menyebutkan pentingnya bersikap jujur dalam menjalani kehidupan beragama. Ia memberikan analogi bahwa sama halnya dengan kita mengakui sifat-sifat dasar duniawi seperti air yang dingin dan api yang panas, kita juga harus jujur dalam menerima dan menjalankan perintah Allah tanpa pamrih.
Advertisement
Ibadah Bukan Untuk Surga dan Neraka
Baginya, menuntut surga atau takut akan neraka seharusnya tidak menjadi motivasi utama dalam menjalankan ibadah.
Pandangan Gus Baha ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Banyak yang setuju bahwa ikhlas adalah kunci utama dalam menjalankan ajaran agama.
Namun, ada juga yang merasa bahwa teori ini cukup sulit diterapkan di tengah masyarakat yang cenderung materialistik. Bagaimanapun, Gus Baha tetap menegaskan pentingnya melatih diri untuk terus beribadah dengan ikhlas tanpa berharap imbalan apapun.
Lebih lanjut, Gus Baha juga menyinggung tentang bagaimana kampanye-kampanye keagamaan saat ini sering kali hanya fokus pada imbalan akhirat.
Ia menilai bahwa ini bukanlah tujuan utama dari beribadah. "Kalau kita hanya fokus pada surga dan neraka, kita akan kehilangan esensi dari beribadah itu sendiri. Yang penting adalah menjalankan perintah Allah dengan hati yang tulus dan ikhlas," ujarnya.
Dalam konteks ini, Gus Baha mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak dalam pola pikir materialistik yang hanya mengejar pahala. Menurutnya, ibadah yang dilakukan dengan ikhlas justru akan mendapatkan balasan terbaik dari Allah, meski tidak disadari oleh pelakunya.
"Allah itu Maha Pengampun dan Maha Pemberi, tidak perlu kita menuntut balasan dari-Nya," tegasnya.
Ceramah Gus Baha ini menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk lebih memperdalam ilmu agama dan memperbaiki niat dalam beribadah.
Ia berharap agar umat tidak hanya terfokus pada hasil akhir berupa surga atau neraka, tetapi lebih kepada proses menjalani perintah Allah dengan ikhlas dan penuh kecintaan. "Yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hati tetap ikhlas dalam setiap amal yang kita lakukan," pungkasnya.
Dengan penjelasan yang sederhana namun mendalam, Gus Baha kembali mengingatkan pentingnya ikhlas dalam beragama. Ia menutup ceramahnya dengan ajakan kepada umat Muslim untuk selalu berbuat kebaikan tanpa pamrih, karena Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul