Ingin Pasangan yang Sholeh atau Sholihah? UAH Beberkan Caranya

UAH menjelaskan bahwa sikap menuntut hanya akan menimbulkan beban, sedangkan membantu dengan ikhlas justru akan mempermudah jalan menuju kesalehan.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2024, 14:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH). (YT Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan berumah tangga, banyak pasangan yang menginginkan pasangannya menjadi pribadi yang lebih baik, khususnya yang sholeh atau sholihah.

Namun, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menekankan bahwa cara terbaik untuk mencapai itu bukan dengan menuntut, melainkan dengan saling membantu dan mendukung satu sama lain.

Pernikahan bukan sekadar komitmen di dunia, tetapi juga titipan dari Allah yang harus dijaga hingga akhirat.

Pesan UAH ini disampaikan dalam ceramahnya tentang tanggung jawab suami dan istri dalam mewujudkan keluarga yang sakinah.

Ia menekankan pentingnya kesadaran bahwa suami dan istri memiliki peran masing-masing dalam mendukung satu sama lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik. UAH menjelaskan bahwa sikap menuntut hanya akan menimbulkan beban, sedangkan membantu dengan ikhlas justru akan mempermudah jalan menuju kesalehan.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Tarma_Channel, UAH menjelaskan bahwa dalam proses menjadi suami atau istri yang sholeh dan sholihah, dukungan dari pasangan adalah kunci utama.

Bukan hanya sekadar memberikan tuntutan agar pasangannya berubah, tetapi membantu dengan cara-cara yang baik dan penuh cinta.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Caranya Halus, Tidak Membuuat Sakit Hati

Memberikan kemudahan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan menggambar (Foto: Pexels.com)

"Kalau Anda ingin istri yang sholihah, jangan dituntut dia, tapi bantu dia," ucap UAH dalam ceramah tersebut.

Ia menambahkan bahwa hubungan yang dibangun di atas saling pengertian dan dukungan akan membawa keberkahan dalam rumah tangga.

Bukan hanya hubungan dunia, tetapi juga membawa kebahagiaan hingga ke akhirat. Suami dan istri yang saling membantu dalam kebaikan akan mendapatkan balasan berupa kebersamaan abadi di surga.

"Ketika titipan itu dikembalikan kepada Allah, maka Allah akan menjadikan dia milik abadi kita saat di surga nanti," jelas UAH.

Lebih lanjut, UAH mengingatkan tentang pentingnya menjaga amanah dari Allah dalam bentuk keluarga. Anak-anak yang dilahirkan, dibesarkan, dan dididik oleh orang tua adalah titipan yang harus dijaga dengan baik.

Menurut UAH, jika salah satu dari anggota keluarga tidak berusaha membantu dalam kebaikan, maka akan muncul penyesalan di akhirat.

Ia memberikan gambaran mengerikan tentang bagaimana seorang ibu atau ayah tidak bisa membantu anaknya ketika mereka berteriak meminta tolong di neraka karena kurangnya bimbingan di dunia.

Dalam ceramah ersebut, UAH memberikan contoh situasi yang sangat emosional, di mana seorang anak memanggil-manggil orang tuanya di akhirat, namun tidak bisa diselamatkan.

"Bayangkan, bapak ibu tega melihat anak yang sekarang dikandung, dilahirkan, digendong, disayang-sayang, tiba-tiba berteriak memanggil mamanya di akhirat, dan kita tidak bisa membantu dia," ujarnya.

 


Hubungan Harmonis Membuat Dampak Positif Bagi Anak

Ilustrasi hari pertama di sekolah, orang tua mengantar anak ke sekolah. (Image by prostooleh on Freepik)

Hal ini menjadi pengingat bagi setiap orang tua untuk senantiasa mendidik anaknya dengan baik, bukan hanya dalam urusan dunia, tetapi juga untuk persiapan di akhirat.

Selain itu, UAH juga menekankan bahwa hubungan yang harmonis antara suami istri akan memberikan dampak positif pada anak-anak.

Ketika orang tua saling mendukung dan menciptakan lingkungan yang penuh kebaikan, anak-anak akan tumbuh dalam suasana yang positif dan berbakti kepada orang tuanya. Hal ini, menurut UAH, adalah salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan keluarga yang akan bersama di surga.

Ia juga memberikan pesan khusus kepada para suami dan istri agar selalu mengedepankan komunikasi yang baik. Jangan biarkan masalah-masalah kecil merusak hubungan. Sebaliknya, setiap masalah harus diselesaikan dengan kepala dingin dan dengan niat untuk memperbaiki diri.

Menurut UAH, suami dan istri adalah rekan dalam mengarungi kehidupan, sehingga harus saling memahami dan mendukung satu sama lain.

UAH mengingatkan bahwa semua yang dilakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Setiap tindakan, termasuk bagaimana suami dan istri memperlakukan pasangannya, akan diperhitungkan oleh Allah.

Oleh karena itu, ia mengajak setiap pasangan untuk saling berbuat baik dan memudahkan jalan menuju kebaikan satu sama lain.

Selain itu, UAH juga menyebutkan bahwa orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anak mereka. Ketika anak melihat orang tuanya saling mendukung dalam kebaikan, mereka akan meniru sikap tersebut.

Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sholeh dan sholihah, yang pada akhirnya akan berbakti kepada orang tua dan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pada bagian akhir ceramahnya, UAH memberikan pesan penting agar setiap anggota keluarga menjalankan peran masing-masing dengan baik.

Suami dan istri harus bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Hanya dengan cara ini, keluarga akan mendapatkan keberkahan dari Allah dan kebahagiaan yang abadi di surga.

Dalam ceramah tersebut, UAH juga mengajak umat Islam untuk selalu memperbaiki diri dan saling mendukung dalam kebaikan. Menurutnya, keluarga yang harmonis adalah cerminan dari keimanan yang kuat dan tanggung jawab yang besar kepada Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya