Peneliti Indonesia di Jerman Ungkap Kunci untuk Masa Depan Sistem Pangan Nasional, Apa Itu?

Co-founder & Executive Director foodagogik Carin Noerhadi mengungkapkan, sejumlah temuan penting tentang bagaimana Indonesia dapat membangun sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif.

oleh Tim News diperbarui 18 Okt 2024, 20:43 WIB
Anggota Karang Taruna RW 04 Kebon Baru saat melakukan perawatan sayuran yang ditanam dengan sistem hidroponik di Kebun Edukasi, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/7/2022). Menurut Ketua Karang Taruna RW 04, Laode Hardian (32), Kebun Edukasi didirikan sejak 2019 bekerja sama Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) dengan memanfaatkan lahan kosong di wilayah setempat. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Bertepatan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia, foodagogik, sebuah lembaga penelitian independen meluncurkan publikasi yang berjudul 'Flagship Report: Imagining the future of Indonesian food systems'.

Dalam acara yang digelar secara daring ini, Co-founder & Executive Director foodagogik Carin Noerhadi mengungkapkan, sejumlah temuan penting tentang bagaimana Indonesia dapat membangun sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif.

"Hasil penelitian yang menyoroti tantangan dan peluang besar transformasi sistem pangan di Indonesia demi kesehatan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Berkaca dari titik intervensi yang ditawarkan oleh Komisi EAT-Lancet, kami menemukan bahwa Indonesia memerlukan titik intervensi utama yang berbeda untuk mengkatalis transformasi sistem pangan nasional," ujar Carin Noerhadi yang juga merupakan peneliti asal Indonesia yang kini berbasis di Jerman, melalui keterangan tertulis, Rabu (16/10/2024).

"Yaitu keikutsertaan generasi muda, diversifikasi pertanian dan peningkatan produktivitas lahan, serta impelementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan pangan berkelanjutan. Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan 'traditiovations’ atau gabungan antara tradisi dan inovasi, serta memperkuat sinergi antara sains, kebijakan, dan praktik di lapangan," sambung dia.

Sementara itu, anggota pembina foodagogik Sofyan A. Djalil menyampaikan, transformasi bisa tercapai dengan adanya kebijakan yang baik dan didasari oleh penelitian.

Ia menekankan bahwa transformasi sistem pangan melalui penguatan di tingkat lokal perlu diangkat sehingga menjadi perhatian para pengambil kebijakan.

"Tantangannya adalah menyesuaikan rasional mikroekonomi di tingkat lokal dan tetap memastikan bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar global. Perlu ada skala ekonomi, efisiensi, dan profesionalitas untuk mempromosikan pangan lokal," jelas Sofyan.

 


Hasil Diskusi

Petugas masjid melakukan perawatan sayuran yang ditanam dengan sistem hidroponik 'Smart Farming' di atap Masjid Asy-syifa, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2023). Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Pusat bekerja sama dengan pengurus Masjid Asy-syifa memanfaatkan lahan atap untuk budi daya sayuran hidroponik sebagai upaya menghijaukan lingkungan serta menjadi nilai ekonomis baik untuk pengurus dan warga sekitar. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam kesempatan itu Co-founder & Executive Director foodagogik Carin Noerhadi juga menyampaikan sejumlah hal yang disorot dalam diskusi di peluncuran tersebut.

"Keterlibatan generasi muda, yaiturang muda berperan vital dalam mendorong perubahan sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif," ucap dia.

Lalu, lanjut Carin, diversifikasi pertanian, yaitu memanfaatkan kembali tanaman yang selama ini terabaikan (NUCs) untuk meningkatkan produktivitas lahan dan melestarikan keanekaragaman hayati pangan.

"Sinergi antara sains, kebijakan, dan praktik, yakni memperkuat integrasi antara sains, kebijakan, dan praktik di lapangan agar dapat menciptakan sistem pangan yang efektif dan berkelanjutan," tandas Carin.

Dalam diskusi panel acara peluncuran juga melibatkan berbagai narasumber ahli yaitu Founder Hekang Dite Angela Ratna Sari Biu, Ambassador Food and Land Use (FOLU) Coalition Felia Salim, Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) Gita Syahrani, serta Dewan Penasihat Pusat Studi Agraria IPB University Dr. Rina Mardiana.

Infografis Harga Pangan Meroket (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya