Liputan6.com, Jakarta - Dzikir merupakan proses komunikasi kita kepada Allah SWT, baik dalam hati maupun diucapkan secara lisan. Berdzikir sangat dianjurkan untuk dilakukan setiap harinya karena memiliki banyak keutamaan.
Di antara keutamaan dzikir adalah untuk menguatkan iman, menenangkan hati, meningkatkan kebahagiaan, hingga membantu dalam mengendalikan hawa nafsu.
Baca Juga
Advertisement
Anjuran untuk berdzikir tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 41:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
Dalam praktiknya, umat muslim dianjurkan untuk berdzikir dengan memperhatikan adab seperti halnya ibadah lain. Merujuk dari laman muhammadiyah.or.id, terdapat 3 adab yang dianjurkan saat sedang berdzikir.
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Berdzikir Dilakukan dengan Suara Pelan
Ketika berdzikir, umat muslim hendaknya merapalkan dengan suara yang pelan, bukan memaki-maki atau bersorak-sorak. Adab ini merujuk pada firman Allah SWT QS. Al-A’raf ayat 205:
وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
Artinya: “Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.”
Pada ayat di atas menekankan bahwa penting untuk bersikap rendah hati serta memiliki rasa takut saat berdzikir yang dilakukan dengan suara rendah (tidak keras) sebagai wujud penghambaan kepada Allah SWT.
Advertisement
2. Tidak Dianjurkan Berdzikir dengan Suara Keras
Nabi Muhammad SAW dalam riwayat al-Bukhari pernah menyampaikan tentang pentingnya berdzikir. Dari Abu Musa Al-Asy’ari RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW melihat para sahabat bertakbir dengan suara yang sangat keras ketika menuruni lembah dalam perang Khaibar.
Rasulullah SAW bersabda:
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ
Artinya: “Rendahkanlah, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian.”
Dari hadis tersebut, seakan Rasulullah SAW mengutarakan bahwa Allah Maha Mendengar sehingga tidak perlu untuk mengeraskan suara dalam berdzikir.
3. Dzikir Dilakukan secara Individu
Praktik dzikir yang dianjurkan menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah adalah secara pelan dan dilakukan sendiri-sendiri.
Hal ini, bertujuan agar seseorang dapat lebih fokus dan khusyu’ dalam mengingat Allah tanpa terganggu oleh suara dari orang lain.
Kesimpulannya, adab dalam berdzikir tidak hanya terfokus pada pengucapan lafaz semata, tetapi juga pada cara dan sikap hati.
Berdzikir dengan suara pelan, tanpa meninggikan suara, serta dilakukan secara individu adalah bentuk pengamalan yang lebih mendekati ajaran Nabi SAW dan para ulama terdahulu, sehingga berdzikir dapat membawa ketenangan dan kedekatan dengan Allah.
Advertisement