Liputan6.com, Jakarta Perkembangan manusia sering menjadi topik yang menarik dan penuh tantangan untuk dipelajari. Salah satu teori terkenal dalam psikologi adalah teori perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam salah satu tahap dalam teori tersebut, yaitu tahap phallic, yang umumnya dialami oleh anak-anak berusia tiga hingga enam tahun. Selama tahap phallic, anak-anak mulai mengeksplorasi identitas gender mereka. Freud berpendapat bahwa pada tahap ini, anak mulai menyadari perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Advertisement
Anak laki-laki, misalnya, mulai mengalami apa yang dikenal sebagai kompleks Oedipus, di mana mereka merasa tertarik pada ibu mereka dan menganggap ayah sebagai pesaing. Sebaliknya, anak perempuan mengalami kompleks Electra, yang melibatkan ketertarikan pada ayah dan kecemburuan terhadap ibu.
Menurut Freud, kompleks ini adalah bagian dari proses anak dalam memahami peran gender dan akhirnya menerima otoritas orang tua. Perasaan ketertarikan ini secara bertahap akan berubah menjadi rasa hormat dan penerimaan terhadap peran sosial yang ada, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (14/10/2024), Freud menekankan bahwa cara orang tua menangani tahap ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak.
Sumber yang mendukung teori ini, seperti yang diuraikan oleh Harvey dalam artikelnya di LinkedIn, menyoroti pentingnya penanganan yang tepat oleh orang tua agar anak tidak menghadapi hambatan psikologis di masa depan. Jika anak tidak berhasil melewati tahap ini dengan baik, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan interpersonal di masa dewasa.
Dampak Lingkungan terhadap Fase Phallic
Selain faktor internal seperti identitas gender, lingkungan juga memiliki peran signifikan dalam perkembangan anak pada tahap ini. Menurut Freud, interaksi anak dengan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan psikoseksual mereka. Misalnya, jika orang tua terlalu melindungi atau kurang memberikan perhatian, anak mungkin kesulitan melewati fase phallic dengan baik.
Di samping itu, lingkungan sosial seperti interaksi dengan teman sebaya juga memiliki dampak. Simply Psychology menyatakan bahwa anak-anak pada usia ini mulai membandingkan diri mereka dengan teman-temannya, baik dari segi fisik maupun perilaku.
Anak-anak yang merasa kurang dibandingkan dengan teman-temannya mungkin mengalami ketidaknyamanan dalam identitas mereka, yang dapat mempengaruhi perkembangan psikoseksual mereka. Oleh karena itu, di samping peran orang tua, komunitas dan lingkungan sekitar juga harus menyediakan lingkungan yang positif bagi anak untuk mengeksplorasi identitas gender mereka tanpa merasa tertekan atau dihakimi.
Advertisement
Dampak Jangka Panjang Fase Phallic
Pengaruh dari fase phallic tidak terbatas hanya pada masa kanak-kanak. Menurut penjelasan di study.com, tahap ini memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Freud berpendapat bahwa jika fase ini dihadapi dengan sukses, anak akan mengembangkan kepercayaan diri yang sehat dalam interaksi sosial mereka, baik saat remaja maupun dewasa. Sebaliknya, jika gagal, mereka bisa mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang intim dan sehat ketika dewasa.
Ini juga menekankan pentingnya keseimbangan antara memberikan bimbingan dan kebebasan kepada anak. Orang tua dan pendidik harus menyadari bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan memerlukan dukungan emosional yang konsisten untuk melewati tahap-tahap psikoseksual ini dengan baik.
Mempelajari fase phallic dalam perkembangan anak dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai peran kita sebagai orang dewasa dalam mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan penanganan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, anak-anak dapat melewati fase ini dengan baik dan berkembang menjadi individu yang percaya diri serta memiliki hubungan interpersonal yang sehat di masa depan.