Minum Teh Berlebihan dan di Waktu yang Tidak Tepat Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Guna mencegah konsumsi teh yang berlebih pada anak, orangtua sebaiknya memperhatian waktu pemberian teh dan jumlahnya.

oleh Tim Health diperbarui 14 Okt 2024, 07:48 WIB
Ilustrasi Teh. (Foto: Unsplash/Manki Kim)

 

Liputan6.com, Jakarta - Orangtua perlu berhati-hati ketika memberikan teh kepada anak. Spesialis anak dr Ria Yoanita, Sp.A mengatakan, pemberian teh yang kurang tepat dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Guna mencegah konsumsi teh yang berlebih pada anak, orangtua sebaiknya memperhatian waktu pemberian teh dan jumlahnya.

Menurut Ria Yoanita, anak seringkali tidak mau makan setelah minum teh karena merasa sudah kenyang. Padahal teh tidak memiliki kandungan zat gizi makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Teh tidak mengandung zat gizi makro, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta hanya sedikit sekali mengandung mineral. Hal ini bisa merugikan bagi anak-anak yang membutuhkan zat gizi lengkap untuk bisa tumbuh dan berkembang," ia menjelaskan, dilansir ANTARA

Kandungan Polifenol dan asam fitrat dalam teh bisa menghambat penyerapan zat besi sehingga menimbulkan risiko defisiensi besi pada anak.

"Teh mengganggu penyerapan zat besi, anak jadi mudah terkena anemia defisiensi besi, akibatnya terjadi kenaikan berat badan seret, lama kelamaan menjadi stunting jika tidak diatasi segera," jelas Ria.

Oleh karena itu, sebaiknya teh tidak dijadikan sebagai pendamping makan, tidak diminum pada saat makan agar tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Ria juga mengatakan, teh mengandung kafein, theobromine, dan teofilin, stimulan yang bisa membuat anak terlalu aktif sehingga susah tidur.

 


Bersifat Diuretik

Di samping itu, teh bersifat diuretik, sehingga anak akan sering buang air kecil kalau minum teh terlalu banyak.

Ria juga mengingatkan agar sebaiknya tidak memberikan teh dalam kemasan kepada anak karena mengandung cukup banyak gula. Minuman dengan kandungan gula tinggi bisa meningkatkan risiko diabetes.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya