Bursa Saham Asia Menguat Usai China Beri Sinyal Stimulus Ekonomi

Investor yang akan mencermati data ekonomi di kawasan Asia Pasifik turut mempengaruhi pergerakan bursa saham Asia Pasifik pada Senin, 14 Oktober 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Okt 2024, 08:58 WIB
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin (14/10/2024). (Foto by AI).

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin (14/10/2024). Penguatan bursa saham Asia Pasifik ini didorong investor yang menilai konferensi pers akhir pekan di China dan menanti serangkaian data ekonomi dari kawasan Asia Pasifik.

Mengutip CNBC, Senin (14/1/2024), Menteri Keuangan China Lan Fo’an mengisyaratkan lebih banyak peneritan utang di tengah upaya menopang ekonomi. Ia menuturkan, pemerintah memiliki ruang cukup besar untuk meningkatkan defisit.

Sementara itu, tekanan deflasi China yang semakin dalam pada September dengan harga konsumen naik pada kecepatan paling lambat dalam tiga bulan sebesar 0,4 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, indeks harga produsen turun pada kecepatan tercepat dalam enam bulan turun 2,8 persen. Dua metrik itu meleset dari harapan ekonomi yang disurvei oleh Reuters yang perkirakan consumer price index (CPI) naik 0,6 persen dan PPI turun 2,5 persen.

Adapun China akan merilis data perdagangan pada September 2024, Senin, 14 Oktober 2024. Ekspor akan naik 6 persen, dan pertumbuhan lebih lambat dari 8,7 persen pada Agustus 2024. Sedangkan impor tumbuh 0,9 persen dibandingkan 0,5 persen pada Agustus 2024.

Pelaku pasar juga menantikan serangkaian data ekonomi termasuk Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2024. Selain itu, pertumbuhan produksi industri pada September, penjualan ritel dan tingkat pengangguran.

Di sisi lain, bursa saham Jepang libur pada awal pekan ini. Namun, indeks saham acuan di bursa saham Asia Pasifik cenderung beragam. Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong di posisi 21.274, lebih tinggi dari sebelumnya 21.251,98. Indeks ASX 200 menguat 0,27 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan bertambah 0,63 persen, sedangkan indeks Kospi merosot 0,43 persen.

Di Amerika Serikat, bursa saham berjangka sedikit berubah pada perdagangan Minggu waktu setempat. Investor menanti rilis laporan keuangan ke depan. Indeks Dow Jones berjangka mendatar, demikian indeks S&P 500 berjangka. Indeks Nasdaq turun 0,1 persen.


Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 11 Oktober 2024

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Sebelumnya,bursa saham China memimpin koreksi di bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Jumat, 11 Oktober 2024.

Mengutip CNBC, indeks CSI 300 merosot 2,77 persen ke posisi 3.887,17. Selama sepekan, indeks CSI 300 terpangkas 3,25 persen seiring sentimen stimulus mereda.

Kementerian Keuangan China dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada Sabtu pagi pukul 10 waktu setempat. Sesi pengarahan yang sangat dinanti-nantikan ini diharapkan akan mengungkap paket stimulus fiskal baru saat China berupaya dongkrak ekonominya.

Investor di Asia juga menilai keputusan suku bunga dari Bank of Korea dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen. Suku bunga ini dipangkas pertama kali sejak 2020. Keputusan tersebut menandai berakhirnya siklus pengetatan yang menyebabkan suku bunga mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun pada 2023.

Keputusan tersebut muncul saat inflasi di Korea Selatan turun menjadi 1,6% pada September, level terendah sejak awal 2021 dan di bawah target menengah bank sentral sebesar 2%.

Harga minyak turun setelah naik lebih dari 3% pada Kamis karena rumah tangga dan pemilik mobil meningkatkan penggunaan bahan bakar menjelang Badai Milton dan kekhawatiran meningkat konflik Timur Tengah dapat meningkatkan risiko bagi lokasi minyak Iran.

Harga minyak berjangka Brent turun 0,35% menjadi USD 79,11 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,34% menjadi USD 75,6 per barel.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,57 persen ke posisi 39.605,8, yang didorong sektor saham keuangan dan perawatan kesehatan. Indeks Topix merosot 0,24 persen ke posisi 2.706,2. Indeks Kospi di Korea Selatan susut ke posisi 2.596,91. Indeks Kosdaq merosot 0,59 persen ke posisi 770,87. Indeks ASX 200 tergelincir 0,1 persen ke posisi 8.214,5.

 


Penutupan IHSG pada 11 Oktober 2024

Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali ke posisi 7.500 pada perdagangan Jumat (11/10/2024). Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang menghijau.

Mengutip data RTI, IHSG ditutup naik 0,54 persen ke posisi 7.520,60. Indeks LQ45 bertambah 0,48 persen ke posisi 933,24. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Pada perdagangan Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.549,54 dan level terendah 7.506,27. Sebanyak 228 saham melemah sehingga tahan penguatan IHSG. 323 saham melonjak dan 244 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.000.454 kali dengan volume perdagangan 17 miliar saham.

Namun, transaksi harian saham tidak terlalu ramai. Tercatat nilai transaksi harian saham Rp 7,7 triliun. Investor asing jual saham Rp 88,85 miliar pada Jumat pekan ini. Sepanjang 2024, aksi beli saham mencapai Rp 43,30 triliun.

Seluruh sektor saham menghijau.Sektor saham properti melonjak 3,04 persen dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi naik 0,63 persen, sektor saham basic mendaki 1,57 persen, sektor saham industri bertambah 0,54 persen.

Selain itu, sektor saham consumer nonsiklikal menanjak 0,15 persen, sektor saham consumer siklikal bertambah 0,29 persen, sektor saham kesehatan menguat 1,71 persen.

Sedangkan sektor saham keuangan mendaki 0,25 persen, sektor saham teknologi mendaki 0,34 persen, sektor saham infrastruktur melesat 1,09 persen dan sektor saham transportasi mendaki 0,48 persen.

Mengutip Antara, dalam kajian tim riset Philip Sekuritas Indonesia menyebutkanm data inflasi Amerika Serikat (AS) keluar lebih tinggi dari harapan sehingga mengaburkan gambaran mengenai keputusan suku bunga yang akan diambil pada November 2024.


Sentimen IHSG Lainnya

Penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (4/7/2024) menunjukan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari mancanegara, indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) memperlihatkan Inflasi utama di AS naik 0.2 persen month to month (mtm) pada September 2024, sama dengan kenaikan di dua bulan sebelumnya dan lebih tinggi dari ramalan pasar 0,1 persen (mtm).

Secara tahunan, inflasi utama melambat selama enam bulan beruntun menjadi 2,4 persen, atau terendah sejak Februari 2021, dari 2,5 persen pada Agustus tetapi masih lebih tinggi dari ramalan pasar 2,3 persen. Inflasi Inti naik 0,3 persen (mtm), atau naik dari 0,2 persen (mtm) pada sebelumnya dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang naik 0,2 persen (mtm).

Dari pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik hingga 4 basis poin (bps) menjadi 4,1 persen untuk pertama kali sejak akhir Juli 2024.

"Sehingga, yield US Treasury Note sudah naik sekitar 30 bps dalam seminggu terakhir karena investor mengurangi ekspektasi mereka atas pemangkasan suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve di tengah munculnya sinyal inflasi sulit turun dan stabilmya pertumbuhan ekonomi AS,” demikian seperti dikutip.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya