Lika-Liku Perjalanan TV Digital Masuk Daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan Indonesia

Rencana perpindahan teknologi penyiaran dari TV analog ke digital sebetulnya sudah muncul pada tahun 2010.

oleh Iwan Tantomi pada 14 Okt 2024, 14:25 WIB
Presiden Jokowi meresmikan Indonesia Digital Test House, di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), di Kota Depok, Jawa Barat, Selasa(07/05/2024). (Foto: Humas Setkab/Oji)

Liputan6.com, Jakarta Matahari baru mulai menyingsing ketika pria paruh baya menyusuri jalanan berbukit. Dengan name tag TVRI terpasang di dada dari kemeja birunya, pria itu mengendalikan stang sepeda motor bebeknya. Melintas jalan berkelok menyusuri jalan yang belum beraspal. Tiap kali melintas, debu berterbangan dari belakang kedua roda motornya. 

Mendekati tempat bekerja, jalan yang dilaluinya tak makin mulus. Pedal gas motor bebek itu harus diputar lebih dalam agar bisa melalui tanjakan jalur berbatu. Di ujung jalan, plang bertuliskan TVR Boroko sudah terlihat. Sebuah menara pemancar menjulang tinggi di belakangnya.

Pria itu bernama Abdurrahman Kampi. Dia pegawai TVRI yang bertugas di Stasiun transmisi Boroko berada di pegunungan Solok, Boroko, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. Kantornya benar-benar terpencil di atas bukit. Tak ada bangunan lain hanya hamparan pepohonan hijau dan laut lepas yang tampak dari kejauhan.

“Pada awalnya ada tantangan maupun kendala. Di mana kami mencapai lokasi pemancar ini dari Trans Sulawesi harus berjalan kaki karena jalan akses menuju pemancar dalam keadaan rusak berat,” 

Di kantor inilah Abdurrahman menjadi `penjaga` pemancar selama 20 tahun. Saban hari berkutat dengan layar peralatan pemancar untuk memastikan siaran TVRI tetap mengudara di Bolaang Mongondow Utara. 

Abdurrahman boleh saja bekerja di perbukitan. Namun dia mengelola beragam peralatan siaran modern. Pemancar ini memakai jaringan televisi melalui teknologi ITTS-2 berkekuatan 2 kilowatt. Lewat jari Abdurrahman yang saban hari mengutak-atik peralatan pemancar, warga di enam kecamatan di Bolaang Mongondow Utara, bahkan hingga Gorontalo Utara, bisa santai menikmati siaran TVRI.

Abdurrahman Kampi hanya satu dari banyak pekerja di bidang pertelevisian yang punya tugas besar selama 10 tahun terakhir. Pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) punya gawe besar. Mengubah siaran analog memasuki era baru teknologi digital. 

Selama 60 tahun penduduk Indonesia dari Sabang sampai Merauke terbiasa menikmati layanan siaran TV analog. Namun lebih dari separuh abad itu pula banyak daerah belum menerima siaran terestrial secara baik. Di wilayah perkotaan masyarakat masih ada warga yang menonton tayangan TV dengan gambar berbintik dan suara tak jelas. 

Warga di Daerah Tertinggal, Terluar, dan Terpencil (3T) lebih memprihatinkan lagi. Jangankan menonton TV, sinyal dari jaringan pemancar tak sampai ke wilayah mereka. Kalaupun terpaksa, mereka akan membeli antena parabola. Yang harganya tentu bisa menguras dompet.

Cerita 60 tahun itu perlahan-lahan mulai hilang. Pada 28 Agustus 2016 sore, TVRI pamer lompatan besar di depan Menteri Kominfo yang kala itu dijabat Rudiantara. Bertepatan hari ulang tahun ke-54, TVRI resmi menyajikan konten siaran digital untuk 29 ibu kota provinsi di Indonesia. Pencapaian ini menandai era baru TVRI Go Digital.

"Selain menjadi LPP (Lembaga Penyiaran Publik), TVRI perlu menjadi TV digital pertama di Indonesia juga. Sejak berdiri tahun 1962, TVRI disamping sebagai LPP Lembaga Penyiaran Publik, penting juga untuknya menjadi pioner dalam Televisi Digital," pesan Rudiantara kala itu

Namun langkah go digital kala itu belum cukup. Masih ada daerah 3T di Indonesia tak terjangkau siaran televisi. Jangankan digital, sinyal siaran analog saja belum bisa tertangkap.


Perpindahan Teknologi Penyiaran dari TV Analog ke Digital

Set Top Box (STB) TV Digital terpasang di salah satu toko kawasan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (3/11/2022). Penjualan STB TV Digital mengalami peningkatan hingga 60 persen usai pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) secara resmi menghentikan siaran TV Analog atau Analog Switch Off (ASO) Jabodetabek pada 2 November 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Rencana perpindahan teknologi penyiaran dari TV analog ke digital sebetulnya sudah muncul pada tahun 2010. Namun belum bisa terlaksana. Asa membuat setiap jengkal tanah Nusantara terjangkau siaran televisi hadir pada 31 Agustus 2019.

Berawal dari inisiatif Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan TVRI, warga di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara akhirnya bisa menikmati layanan televisi analog dan digital atau simulcast. Kehadirannya menjadi tonggak sejarah hadirnya siaran televisi digital di kawasan perbatasan Indonesia.

Hadirnya siaran digital di Nunukan menjadi gelora untuk membangun teknologi serupa di daerah lain. Bukan soal tayangan televisi yang bebas semut atau atau kualitas suara lebih mumpuni. Kehadiran TV digital di Indonesia punya misi yang jauh lebih besar.

Dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia bisa dibilang terlambat. Kedua negara itu sudah beralih dari analog ke digital pada 2019. Menyusul Thailand pada tahun 2020 dan Vietnam setahun kemudian. 

Siaran digital dibutuhkan Indonesia karena sistem TV Analog membuat spektrum frekuensi 700 Mhz menjadi mubazir.  Satu pemancaran siaran TV analog membutuhkan satu kanal frekuensi untuk menayangkan satu program siaran atau channel. Sementara dengan teknologi TV digital, penggunaan spektrum frekuensi bisa lebih efisien karena dapat menayangkan delapan atau lebih program siaran melalui infrastruktur penyiaran multipleksing TV digital

Mengalihkan teknologi siaran TV ke digital juga bikin spektrum frekuensi radio yang selama 60 tahun dipakai TV analog bisa digunakan sebagian untuk layanan internet. Ada Frekuensi tersisa atau dividen digital sebesar 112 Mhz. Sisa frekuensi ini bisa dipakai untuk layanan internet seperti 4G, 5G, dan teknologi yang mungkin ada muncul di masa depan.


Bukan Pekerjaan Mudah

TV digital. (c) Kominfo

Namun seperti kisah Abdurrahman Kampi, pegawai TVRI di stasiun pemancar Boroko, pemerataan jangkauan siaran televisi bukan pekerjaan mudah. Terlebih ketika sinyal itu harus sampai ke daerah 3T di Indonesia. Membangun infrastruktur penyiaran di daerah ini butuh ekstra perjuangan. 

Direktur Penyiaran Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kementerian Kominfo Geryantika Kurnia menyadari tantangan itu. Kondisi wilayah 3T membuat Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) kurang berminat membangun infrastruktur penyiaran digital. Pengelola TV Swasta lebih berfokus pada kawasan yang memiliki banyak penduduk. 

Tak menyerah, Skema disiapkan untuk membawa sinyal digital ke daerah 3T. TVRI diberi tugas membangun infrastruktur untuk memancarkan frekuensi TV digital di wilayah 3T yang sering disebut dengan istilah blank spot itu. 

“Ada 30 persen wilayah di Indonesia yang masuk ke dalam kategori blank spot. Mereka ini dulu sulit mendapatkan layanan TV, kalau pun dapat pakai teknologi satelit yang harganya mahal. Nah dengan kondisi wilayah yang tidak diminati swasta ini (untuk migrasi ke TV digital), kita bantu dengan infrastruktur TVRI,” ujarnya.

Amunisi untuk menjalankan tugas suci ini sudah disiapkan. Pemerintah mengalokasikan dana menunjang infrastruktur milik TVRI bisa melayani penyiaran TV digital. Hitung-hitungan Kementerian Kominfo pada 2021, ada setidaknya 17 daerah di perbatasan yang sudah siap dengan frekuensi TV digital.

Pekerjaan besar itu disambut dengan tangan terbuka oleh LPP TVRI. Sang direktur utama, Imam Brotoseno bahkan mengaku TVRI sudah sejak 2016 ditugaskan pemerintah melakukan uji coba siaran digital. Dengan kesiapan 120 pemancar pemancar beralih ke digital, TVRI berharap ikut andil memuluskan program proses migrasi siaran televisi analog ke digital (Analog Switch Off/ASO) yang dijadwalkan mulai berjalan 2 November 2022.

"TVRI bertanggung jawab menjangkau seluruh wilayah Indonesia agar masyarakat luas bisa menikmati siaran televisi yang berkualitas." ucapnya.

Tugas itu dijalankan TVRI yang kini mengoperasikan multipleksing di 36 wilayah layanan di daerah 3T. Secara keseluruhan sebanyak 678 stasiun TV telah beralih ke siaran digital dengan memanfaatkan MUX, dari TVRI maupun swasta di 112 wilayah layanan yang mencakup 341 kabupaten/kota yang terpengaruh oleh ASO.

Senjata baru juga sudah disiapkan pemerintah di 2024. Ditjen PPI membuat terobosan berupa insentif perizinan agar TV swasta bisa turut membawa siaran digital makin menjangkau daerah 3T. Pengelola TV Swasta bisa mendapat insentif biaya izin penyiaran nol rupiah selama lima tahun. Pemerintah juga tidak melakukan seleksi kepada LPS yang ingin menyiarkan programnya di daerah 3T. 

Pemerintah melalui LPP TVRI juga menawarkan insentif berupa tarif sewa multipleksing yang lebih terjangkau untuk wilayah 3T. "Kalau enggak salah memberikan diskon sampai 75 persen, padahal sewa MUX di daerah 3T itu murah-murah dibandingkan dengan Jakarta," kata Geryantika.

Kehadiran siaran digital mulai menampakkan hasil. Tengok saja Laporan Kinerja Kominfo Tahun 2023. Populasi orang Indonesia yang mendapatkan layanan siaran televisi digital bertambah setiap tahunnya. Di akhir 2023, sudah 199.624.863  orang yang terlayani penyiaran digital ini. Capaian ini setara 76,44% dari 261.142.385 orang yang menjadi target.

Hasil yang membuat kecintaan Abdurrahman Kampi pada profesinya tak berakhir sia-sia. “Saya sudah mencintai pekerjaan ini karena sudah menyatu dengan diri saya,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya