20 Oktober 1977: Kecelakaan Pesawat Band Rock Tenar Lynyrd Skynyrd, 3 Personelnya Tewas

Band rock AS, Lynyrd Skynyrd, kehilangan setengah anggotanya yang tewas dalam kecelakaan pesawat tragis pada 20 Oktober 1977. Insiden tersebut menewaskan enam orang secara total.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 20 Okt 2024, 06:00 WIB
Band rock Lynyrd Skynyrd (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Louisiana- Sebuah petaka dialami para personel band Lynyrd Skynyrd pada 20 Oktober 1977, hanya berselang tiga hari setelah merilis album kelima mereka Street Survivors.

Lynyrd Skynyrd, sebuah band rock asal Amerika Serikat yang merilis lagu-lagu terkenal seperti “Free Bird" dan "Sweet Home Alabama", mengalami kecelakaan pesawat saat terbang menuju Baton Rouge, Louisiana. 

Walau 20 penumpang pesawat tersebut selamat, insiden tragis ini menewaskan enam orang, termasuk tiga anggota band Lynyrd Skynyrd. Korban jiwa dari kecelakaan ini adalah:

  1. Ronnie Van Zant, vokalis utama dan salah satu pendiri Lynyrd Skynyrd 
  2. Steve Gaines, gitaris dan vokalis 
  3. Cassie Gaines, vokalis latar sekaligus kakak dari Steve Gaines
  4. Dean Kilpatrick, asisten road manager 
  5. Walter McCreary, pilot
  6. William John Gray. kopilot 

Melansir dari All That’s Interesting, sehari sebelum kejadian tersebut mereka tampil di Greenville Memorial Auditorium di Greenville, South Carolina sebagai bagian dari tur mereka untuk mempromosikan album terbaru band tersebut. Perhentian berikutnya dalam tur ini setelah Greenville adalah Louisiana State University di Baton Rouge.

Pada saat itu, mereka terbang dengan Convair CV-240 yang sudah reyot dan tua. Pesawat itu berusia hampir 30 tahun dan pada saat mereka terbang ke Greenville, terdapat api yang menyembur dari mesin sebelah kanan. Setelah melihat itu, beberapa anggota sempat ragu untuk melakukan perjalanan dengan pesawat tersebut.

Cassie Gaines, penyanyi latar Lynyrd Skynyrd dan salah satu korban kecelakaan ini, mengatakan bahwa ia merasa takut untuk menaiki pesawat tersebut. Allen Collins, gitaris band rock ini, juga merasakan hal yang sama. Satu-satunya orang yang merasa nyaman menaiki pesawat adalah sang vokalis utama, Ronnie Van Zant. Namun dia mampu meyakinkan yang lainnya untuk naik.

Kurang dari tiga jam dalam penerbangan mereka, keadaan mulai tidak beres. Mereka baru saja melewati bandara terdekat, tetapi menghabiskan bahan bakar dengan cepat dan mesin sebelah kanan pesawat itu kembali mengeluarkan api.

Awak pesawat menyadari bahwa pendaratan darurat diperlukan. Mereka mengatakan kepada 24 penumpang untuk memasang sabuk pengaman dan bersiap-siap, dengan harapan pada akhirnya akan mendarat darurat di sebuah area berlumpur. Sepuluh menit kemudian, pesawat sudah berada di bawah awan dan menabrak pepohonan.

Sekitar pukul 18.52, pesawat tersebut akhirnya mendarat beberapa mil di luar Gillsburg, Mississippi. Selain enam orang yang tewas dalam kecelakaan itu, para anggota band yang lain mengalami cedera parah, kecuali drummer Artimus Pyle dan keyboardist Billy Powell.

“Saya melompat keluar dan ada orang-orang yang berteriak,” ujar Powell. “Saya ingat mendengar Leon (Wilkeson) berteriak, 'Keluarkan saya dari sini.' Orang-orang yang masih berada di dalam badan pesawat terjebak oleh kursi, puing-puing, logam, dan sebagainya. Saya hanya berjalan berkeliling mencoba menolong siapa pun yang saya bisa,” lanjutnya.

“Saat pertama kali kami tiba di sana, Anda bisa mendengar mereka merintih,” kata Mote kemudian. “Beberapa dari mereka menangis dan berteriak."


Apa yang Terjadi Setelah Kecelakaan Pesawat Lynyrd Skynyrd?

Lynyrd Skynyrd pada tahun 2012. (Wikimedia Commons)

Kecelakaan ini mendorong penyelidikan dari National Transportation Safety Board (NTSB) atau Badan Keselamatan Transportasi Nasional, yang pada akhirnya menemukan bahwa kecelakaan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh “kehabisan bahan bakar dan hilangnya tenaga dari kedua mesin karena kurangnya perhatian kru terhadap pasokan bahan bakar.”

Meskipun pesawat tersebut telah mengisi bahan bakar sebanyak 400 galon sebelum keberangkatannya di Greenville, mesin sebelah kanan yang kerap menyemburkan api menghabiskan bahan bakar dengan sangat cepat. 

Meski demikian, laporan NTSB mencatat bahwa awak pesawat telah "lalai atau tidak mengetahui" tentang cepatnya bahan bakar yang terbakar karena mereka tidak memantaunya dengan benar di awal penerbangan. Jika mereka lebih tanggap, mereka bisa saja mengalihkan jalur penerbangan mereka untuk berhenti dan mengisi bahan bakar di tengah jalan.

Para anggota band yang selamat sempat mencoba untuk membentuk band lain, namun masalah pribadi dan rasa sakit yang tak kunjung hilang karena kehilangan teman-teman mereka dalam kecelakaan itu menghentikan upaya tersebut.

"Ronnie tahu takdirnya," kata Pyle. "Dia mengatakan kepada saya di Tokyo, Jepang, bahwa dia tidak akan pernah hidup sampai usia 30 tahun, dan dia akan meninggal dunia dengan sepatu botnya. Pada saat itu, saya hanya berkata, 'Oh Ronnie, jangan bicara seperti itu. Kamu akan hidup selamanya.”

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya