Kunjungan Turis Menggeliat, Pembangunan Properti di Bali Makin Masif

Masifnya pembangunan properti di Pulau Dewata membuat NPG Indonesia, perusahaan pengembang propertii yang berbasis di Bali, memberikan pandangan terhadap kondisi tersebut.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Okt 2024, 21:00 WIB
Turis China berjalan untuk menaiki kapal cepat untuk perjalanan dari Pulau Serangan ke Pulau Lombok di Denpasar, Bali, Rabu (25/1/2023). Sebelum pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, turis China yang datang ke Serangan jumlahnya lumayan banyak. Dari puluhan sampai seratusan per hari. (AFP/Sonny Tumbelaka)

 

Liputan6.com, Jakarta Masifnya pembangunan properti di Pulau Dewata membuat NPG Indonesia, perusahaan pengembang propertii yang berbasis di Bali, memberikan pandangan terhadap kondisi tersebut.

“Bali telah menjadi hot spot destinasi pariwisata Indonesia dalam beberapa dekade terakhir, terutama pasca pandemi Covid-19, di mana kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, melonjak tajam,” ungkap Evgeny Obolentsev, General Manager NPG Indonesia.

Menukil data Badan Pusat Statistik Bali dan Kantor Otoritas Pariwisata Bali yang dirilis Agustus 2024, tercatat bahwa pada enam bulan pertama tahun ini, Bali kedatangan wisatawan mancanegara sebanyak 2.910.679 orang, atau meningkat 23,59% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Sementara itu, volume Pengunjung Domestik pada bulan Juni 2024 tercatat 898.355 orang. Angka ini terus melampaui jumlah pengunjung domestik di rentang tahun 2020 hingga 2023.

Hingga Juni 2024, wisatawan mancanegara asal Australia masih yang terbanyak di Bali dengan persentase 24,11%. Sedangkan, wisatawan asal India dan China menunjukkan tingkat pertumbuhan tertinggi.

“Dan hal ini dapat terlihat dengan bertambahnya volume layanan penerbangan langsung ke Bali oleh beberapa maskapai internasional,” tutur Evgeny Obolentsev.

Pada tanggal 25 Juni 2024, untuk pertama kalinya Etihad Airways meluncurkan layanan penerbangan langsung Bali - Abu Dhabi. Rute baru tersebut mendapat sambutan hangat dari wisatawan internasional. Hal ini terlihat dari peningkatan frekuensi penerbangan hanya tiga bulan setelah penerbangan pertama ke Denpasar.

Permintaan perjalanan ke Indonesia dari Abu Dhabi juga tumbuh pesat. Pada bulan April 2025, layanan penerbangan Abu Dhabi ke Jakarta akan meningkatkan frekuensi penerbangannya dengan beroperasi dua kali sehari.

“Hal ini tentu saja memberikan dorongan yang luar biasa terhadap pertumbuhan industri properti di Bali secara signifikan, khususnya pembangunan vila dan hotel guna mengakomodasi peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali,” jelasnya. 

 

 

 


Data BPS

Seorang turis Rusia tiba di Bandara Internasional Bali, Jumat (4/2/2022). Bali kembali dibuka untuk pelancong asing dari semua negara setelah penerbangan internasional dilanjutkan untuk pertama kalinya dalam dua tahun, tapi pengunjung tetap wajib karantina. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pada April 2024, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada hotel berbintang tercatat sebesar 52,71%, atau naik 13,38% dari periode yang sama tahun 2023 yang hanya mencapai 44,31%.

Evgeny Obolentsev juga menjelaskan, terjadinya perubahan minat para wisatawan ke area baru seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan menjadi salah satu pertanda terbukanya peluang baru di sektor properti untuk berkembang. 

“Pertanyaan penting yang kerap muncul adalah: bagaimana kita menyikapi masifnya perkembangan industri properti di Bali, sembari tetap menjaga kelestarian alam dan budaya Bali itu sendiri?” tutur dia dikutip Senin (14/10/2024).

Menurut Evgeny Obolentsev, jawaban dari pertanyaan tersebut bukanlah menolak pariwisata sepenuhnya, karena pariwisata telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Bali.

“Yang diperlukan adalah keseimbangan. Bagaimana cara menjaga agar Bali tetap menjadi surga tropis bagi wisatawan, tanpa mengorbankan alam dan budaya yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu,” tuturnya. 

Untuk itu, imbuhnya, peran Pemerintah sangatlah penting, khususnya dalam enforcement regulasi kepemilikan dan peruntukan atas tanah ataupun sawah.     

“Dengan demikian, zonasi menjadi sangat krusial agar tidak terjadi tumpang tindih peruntukan lahan yang akhirnya bisa merugikan semua pihak yang terlibat,” ungkapnya. 

 


Pembangunan Infrakstruktur

Dua orang turis mengunjungi komplek Pura Besakih, Rendang, Bali, Minggu (3/12). Jika yang biasanya ramai aktivitas dan wisatawan, Komplek Pura Besakih sepi karena masuk dalam zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 Gunung Agung.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Lebih lanjut, Evgeny Obolentsev juga menyoroti rencana percepatan pembangunan infrakstruktur di Bali oleh Pemerintah yang menurutnya juga sangat berperan penting untuk mengimbangi lonjakan kunjungan wisatawan dalam beberapa tahun terakhir. 

Mega proyek moda transportasi massal, baik berupa MRT maupun LRT yang rencananya dibangun di Bali, dapat menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi kemacetan yang telah menjadi pemandangan sehari-hari masyarakat Bali, di samping untuk menekan emisi gas kendaraan bermotor.

“Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita sebagai pengembang bisa membangun properti secara harmonis dengan alam sekitar dan budaya Bali itu sendiri. Pasalnya, alam dan budaya merupakan bagian dari konsep pembangunan hunian itu sendiri,” terangnya.

Kembangkan Ecoverse Selaras dengan Konsep Tri Hita Karana

Lebih lanjut, Evgeny Obolentsev menjelaskan, NPG selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap proyek hunian yang dikembangkan. 

Menurutnya, NPG Indonesia adalah perusahaan pengembang yang memfokuskan diri dalam pengembangan real estat di Bali melalui penyelarasan bangunan, fasilitas, dan gaya hidup modern dengan alam dan lingkungan sekitar.  

“Dalam membangun proyek hunian, kami sebisa mungkin mempertahankan area hijau dan pepohonan yang ada, sehingga kami bisa memiliki area hijau hingga 50% dari total Pembangunan. Dan ini merupakan tantangan tersendiri,” tuturnya.

 


Tantangan

Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Tantangan sebenarnya adalah bagaimana menyesuaikan bangunan dengan alam sekitar. Karena hal itulah yang membuat semua orang jatuh cinta kepada Bali, yaitu alam dan budayanya.

“Seperti halnya Ecoverse, proyek hunian premium yang sedang kami kerjakan dengan target penyelesaian di Kuartal Keempat 2025. Kami selalu mengaplikasikan beberapa fitur keberlanjutan 

seperti energi terbarukan di setiap unit melalui penggunaan panel tenaga surya, sistem pengolahan sampah, filter air osmosis dan Rain Water Trap,” kata Evgeny.

Ecoverse adalah sebuah komplek hunian yang menghadirkan 34 unit apartemen serta 16 unit townhouse dengan 2 dan 3 lantai yang memberikan kenyamanan luar biasa melalui fasilitas konstruksi berkualitas tinggi serta keharmonisan dengan alam sekitar. 

Tak hanya selaras dengan alam sekitar, ternyata sebagian besar tenaga kerja yang membangun proyek Ecoverse pun merupakan tenaga kerja lokal.

Bagi Evgeny, dari para pekerja lokal tersebut pihaknya bisa belajar tentang budaya dan kearifan lokal, khususnya Tri Hita Karana, konsep kehidupan masyarakat Bali yang menitikberatkan hubungan manusia dengan sesama, alam, dan Tuhan, yang mampu menumbuhkan toleransi dan rasa damai. 

“Sementara itu, kami bisa mengalihkan keahlian kami dari Eropa dalam mendirikan bangunan. Hal ini sangat penting bagi kami agar tercipta keseimbangan yang harmonis antara pertumbuhan pariwisata dengan alam dan budaya Bali itu sendiri,” pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya