Liputan6.com, Jakarta - Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal sebagai Syarif Hidayatullah, adalah salah satu Walisongo yang dikenal dengan berbagai karomahnya.
Dalam salah satu kisah yang populer, Sunan Gunung Jati memperlihatkan sebuah karomah luar biasa yang terjadi saat ia bertemu dengan Ki Kuwu Sangkanurip, seorang pemimpin setempat yang tengah asyik menyadap tuak secara berlebihan.
Peristiwa ini bermula ketika Syarif Hidayatullah berjalan-jalan di wilayah Cirebon dan tanpa sengaja bertemu dengan Ki Kuwu Sangkanurip.
Menyadari perilaku Ki Kuwu yang berlebihan dalam menyadap tuak, Sunan Gunung Jati menegurnya agar berhenti. Namun, teguran ini justru memicu kemarahan Ki Kuwu Sangkanurip.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @aluyutofficial, kisah ini diabadikan dalam naskah "Marta Singa", yang menceritakan bahwa Ki Kuwu Sangkanurip menjadi naik pitam dan menghentikan proses penyadapan tuaknya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Ki Kuwu Berusaha Menangkap, Mencambuk dan Mengayunkan Goloknya
Tak hanya itu, ia kemudian berusaha mengejar dan menangkap Sunan Gunung Jati dengan cambuk dan goloknya.
Meskipun dihadapkan pada ancaman dari Ki Kuwu, Sunan Gunung Jati tetap bersabar. Ia menghindari setiap serangan dari Ki Kuwu tanpa melakukan pembalasan. Sunan Gunung Jati menunjukkan sikap tenang dan tidak membalas dengan kekerasan, meski dikejar-kejar dengan penuh amarah.
Dalam situasi tersebut, Sunan Gunung Jati meminta Ki Kuwu Sangkanurip untuk menoleh ke belakangnya. Ketika Ki Kuwu akhirnya menengok, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Di belakangnya, lapangan yang sebelumnya kosong tiba-tiba dipenuhi dengan uang dinar yang tak terhitung banyaknya.
Keanehan ini membuat Ki Kuwu Sangkanurip seketika berubah pikiran. Dari kemarahannya yang semula meluap-luap, hatinya tiba-tiba tertarik dengan banyaknya uang dinar yang muncul begitu saja.
Karomah yang ditunjukkan oleh Sunan Gunung Jati mengalihkan perhatian Ki Kuwu dari niat jahatnya.
Sunan Gunung Jati, tanpa berkata lebih lanjut, kemudian meninggalkan Ki Kuwu yang masih terpana melihat tumpukan uang dinar di hadapannya.
Sementara itu, Sunan Gunung Jati melanjutkan perjalanannya kembali menuju Puri, meninggalkan Ki Kuwu dalam perasaan takjub.
Peristiwa ini tidak hanya menjadi bukti kehebatan karomah Sunan Gunung Jati, tetapi juga menunjukkan kebijaksanaan dan kesabarannya dalam menghadapi orang-orang yang menentang.
Advertisement
Inilah Akhir Kisah Ki Kuwu
Dengan tenang dan penuh keikhlasan, Sunan Gunung Jati berhasil mengubah hati seseorang yang marah menjadi tunduk tanpa harus menggunakan kekerasan.
Karomah seperti ini sering kali dikaitkan dengan para wali Allah, yang menunjukkan kekuasaan-Nya melalui perantara mereka. Kisah ini juga memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kesabaran dan keikhlasan dapat melunakkan hati seseorang yang keras kepala dan penuh amarah.
Selain itu, kisah ini memperlihatkan bahwa dalam menghadapi situasi yang sulit, seseorang seharusnya tidak terburu-buru untuk membalas tindakan buruk dengan kekerasan.
Justru, dengan sikap sabar dan penuh hikmah, Allah bisa menunjukkan kekuasaan-Nya dengan cara yang tak terduga, seperti yang dialami oleh Ki Kuwu Sangkanurip.
Uang dinar yang muncul secara ajaib tersebut bukanlah tujuan akhir dari karomah ini, melainkan sebagai pengingat bahwa ada kekuatan Ilahi yang selalu mengawasi dan bisa menunjukkan kekuasaan-Nya kapan saja.
Dalam hal ini, Sunan Gunung Jati menjadi perantara dari kekuasaan Allah yang mampu merubah keadaan hanya dengan kebijaksanaan dan kesabaran.
Ki Kuwu Sangkanurip pun belajar dari peristiwa tersebut bahwa ketamakan dan amarah tidak akan membawa kebaikan. Perubahan sikapnya setelah menyaksikan keajaiban ini menunjukkan bahwa karomah Sunan Gunung Jati mampu memberikan pelajaran moral yang dalam bagi siapa saja yang bersentuhan dengannya.
Kisah ini pun menjadi bagian dari legenda besar Sunan Gunung Jati yang banyak diceritakan turun-temurun di masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Keberkahan dan keistimewaan Sunan Gunung Jati sebagai wali Allah terus dikenang hingga hari ini, menjadikannya salah satu tokoh yang dihormati dalam sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa.
Dengan demikian, karomah ini tidak hanya memperlihatkan kekuasaan Allah, tetapi juga menjadi contoh nyata tentang bagaimana seorang wali Allah menjalankan misi dakwahnya dengan penuh kelembutan, kesabaran, dan kebijaksanaan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul