Membaca Calon Menteri Era Prabowo, Warisan Jokowi atau Wajah Baru?

Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita menilai, pertimbangan pertama yang digunakan oleh Prabowo Subianto untuk memilih menteri adalah pertimbangan politik.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Okt 2024, 10:00 WIB
Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto menyampaikan keterangan kepada para wartawan usai melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh di kediamannya di Kertanegara, Jakarta, Senin (14/10/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Prabowo Subianto akan dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober 2024. Saat ini sedang ramai diperbincangkan mengenai jajaran Menteri yang akan berada di kabinetnya. Pada Senin kemarin 49 calon menteri telah dipanggil ke kediaman Pabowo di bilangan Kartanegara Jakarta. Pemanggilan akan berlanjut pada hari ini dan Rabu besok. 

Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita menilai, pertimbangan pertama yang digunakan oleh Prabowo Subianto untuk memilih menteri adalah pertimbangan politik. Maka berdasarkan proyeksi akan lebih banyak menteri yang berlatar belakang dari politik.

"Seorang menteri lama akan dipakai atau tidak, saya kira, adalah pertimbangan politik. Jadi, menteri-menteri lama dari partai koalisi nampaknya akan bertahan. Agus Gumiwang dan Bahlil, misalnya. Lalu Zulhas (Zulkifli Hasan). Sementara Rosan hampir pasti masuk juga, karena ia adalah ketua tim pemenangan Prabowo Gibran," kata Ronny, kepada Liputan6.com, Selasa (15/10/2024).

Maka dari pertimbangan ini, Sri Mulyani dan Basuki Hadimuljono, serta Amran Sulaiman dan berkemungkinan besar juga Erick Thohir nampaknya tidak akan dipakai lagi.

Sebagaimana sinyal dari Sri Mulyani sendiri, dan kekurangcocokan beliau dengan Prabowo, akan menjadi penyebab mengapa beliau tidak akan dipakai lagi.

"Prabowo, saya kira, akan berusaha meningkatkan ambang batas atas defisit, untuk menutupi belanja pemerintah yang berkemungkinan besar akan sangat besar. Dan saya kira, SMI tidak akan terlalu sepakat dekat itu, karena SMI selama ini sangat hati-hati soal defisit," ujarnya.

 


Amran, Trenggono dan Erick Thohir

Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan keterangan pers usai memanggil sejumlah calon menteri di rumahnya Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Sementara Amran yang menjabat sebagai Menteri Pertanian di era kepemimpinan Joko Widodo, diproyeksikan tidak akan menjadi Menteri lagi karena belum berhasil menunjukan tanda-tanda perbaikan ketahanan pangan Indonesia selama ia menjabat.

"Sama seperti SMI, sudah dipersiapkan wamen baru untuk memggantikannya. Lalu Basuki, nampaknya karena faktor politik dan faktor umur juga. Secara politik, Basuki tak memiliki cantelan partai. Sementara Prabowo membutuhkan banyak slot untuk mengakomodasi partai-partai yang banyak di belakangnya," ujarnya.

Lalu untuk Sakti Wahyu Trenggono bersama Erick Thohir ada kemungkinan menjabat Menteri lagi atau bisa juga tidak. Lantaran, Erick Thohir diketahui masuk dalam partai PAN, dan Sakti Wakyu Trenggono juga dikabarkan dekat dengan salah satu partai besar.

 

 


Profesionalisme

Sebelumnya, 45 tokoh terpantau dipanggil dan menemui Prabowo Subianto. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Namun demikian, secara politik tidak terlalu kuat dukungannya. Kendati demikian, dari sisi ekonomi, beliau berpotensi tetap bisa bergabung karena memiliki modal yang kuat dan koneksi kepartaian yang juga kuat, meski tidak terlalu resmi.

"Sementara faktor profesionalisme, akan menjadi faktor pertimbangan kedua. Untuk pos seperti Menkeu, Mentan, dan PUPR, selain faktor politik juga faktor profesionalism. Yakni akam diduduki oleh orang partai yang memang memiliki latar yang cocok dengan pos kementerian," pungkasnya.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya