Emirates hingga Qatar Airways Tawarkan Kelas Bisnis Versi Lebih Murah

“Kelas bisnis lite" menghapus beberapa benefit tambahan yang biasanya dinikmati penumpang pesawat kelas bisnis.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 16 Okt 2024, 08:00 WIB
Qatar Airways, jadi penerbangan pertama yang terbang dengan seluruh penumpang yang telah divaksinasi. (Dok. Instagram @qatarairways/ https://instagram.com/qatarairways?igshid=7a02xz04hdvj/ Dinda Rizky)

Liputan6.com, Jakarta - Dengan harga lebih mahal, tiket pesawat kelas bisnis menawarkan berbagai kelebihan, termasuk tempat tidur lebih lega, bahkan bisa direbahkan. Namun, sejumlah maskapai penerbangan telah menurunkan biaya tiket kelas bisnis, dengan meluncurkan "kelas bisnis lite" yang menghapus beberapa benefit.

Mengutip The Sun, Selasa, 15 Oktober 2024, menurut laporan Amadeus Travel Trends 2024, akan lebih banyak maskapai yang memperkenalkan harga lebih murah dengan kelas bisnis lite. Emirates adalah salah satu maskapai pertama yang memperkenalkan ini pada 2019.

Tarif kelas bisnis "termurah" Emirates tetap menawarkan kursi yang nyaman, tapi tanpa akses lounge. Penerbangan kelas bisnis yang lebih hemat dari London ke Dubai dibanderol seharga 1.576 poundsterling (sekitar Rp32 juta).

Layanan serupa dirilis Qatar Airways pada 2020, dengan Bisnis Lite yang tidak mengizinkan akses lounge dan tanpa perubahan pemesanan dalam bentuk apapun. Sementara, jatah bagasi tetap sama.

Penerbangan pesawat dari London ke Doha pada Desember 2023 dihargai 1.555 poundsterling (setara Rp31,5 juta) di Business Lite. Di penerbangan yang sama, harga Business Elite lebih mahal dua kali lipat, yaitu 3.307 poundsterling (sekitar Rp67 juta).

Tahun lalu, Air France dan KLM meluncurkan tarif Bisnis Lite mereka untuk terbang dari Eropa, dengan lebih banyak batasan. Salah satunya, penumpang hanya mendapat jatah bagasi seberat 23 kg.

Penumpang pesawat kelas Bisnis Lite juga harus membayar untuk memilih tempat duduk mereka dan tidak dapat mengakses lounge. Meski tarif Bisnis Lite umumnya lebih mahal daripada ekonomi premium, antara dua hingga empat kali lipat, harganya dinilai sepadan, karena dilengkapi layanan yang lebih baik.


Lufthansa Punya Kelas Ekonomi Rasa Bisnis

Ilustrasi Air France (Dok.Unsplash/ Miguel Ángel Sanz)

 

Businessclass.com menjelaskan bahwa kursi kelas bisnis sering kali menikmati "tempat tidur yang dapat direbahkan sepenuhnya, masakan multi-menu ala restoran, terkadang dibuat koki selebritas atau berbintang Michelin, sampanye gratis, anggur berkualitas, dan layanan yang sangat baik."

"Banyak maskapai penerbangan kini menawarkan kursi kelas bisnis suite, lengkap dengan pintu geser privasi, lebih mirip dengan pengalaman First Class atau kursi yang dapat diubah jadi tempat tidur ganda atau suite pendamping," sambung situs web tersebut.

Jika masih belum sanggup membeli kelas bisnis, Lufthansa telah mengungkap rencana mengadakan kursi "gaya kelas bisnis" di kelas ekonomi. Air New Zealand memiliki Skycouch yang memungkinkan Anda mengubah baris kelas ekonomi jadi tempat tidur, serta tempat tidur susun baru yang diluncurkan.

Kelas di pesawat menentukan fasilitas yang diberikan. Kursi dan makanan adalah dua hal yang paling kentara. Lalu, bagaimana dengan pelayanan awak kabin?

Lifestyle Liputan6.com pernah berkesempatan mengunjungi pusat pelatihan awak kabin salah satu maspakai terbaik di dunia, Singapore Airlines. Di sana, berlangsung pelatihan awak kabin untuk melayani kelas bisnis.


Perbedaan Layanan Kelas Bisnis dan Ekonomi

Pramugari Singapore Airlines menyajikan makanan di kelas bisnis saat makan siang perdana di Restaurant A380 @Changi di pesawat Airbus A380, di Bandara Internasional Changi, 24 Oktober 2020. Maskapai penerbangan ini mengubah salah satu pesawatnya menjadi sebuah restoran mewah. (ROSLAN RAHMAN/AFP)

 

Puluhan awak kabin yang tengah berlatih itu sebenarnya bukan "anak baru" di dunia penerbangan. Mereka sudah satu setengah tahun melayani penumpang di kelas ekonomi. Namun, mereka perlu belajar untuk melayani penumpang di pesawat kelas bisnis. Di mana letak perbedaannya?

Lead Steward Singapore Airlines Warren Ovinis mengatakan, beberapa hal yang dilatih adalah memberi salam, menawarkan bacaan, serta cara menyajikan makanan dan wine. Penyajian makanan di pesawat kelas bisnis berbeda dengan ekonomi karena makanan disajikan di piring dengan tata meja seperti di restoran.

"Untuk menyajikan makanan, para awak kabin harus memastikan piringnya bersih dari cap jari, jangan sampai ada bekas tangan atau makanan yang tercecer. Jika ada wine atau keju, mereka harus tahu cara menyajikannya," ujar Ovinis.

Hal-hal demikian biasanya tidak ada di kelas ekonomi, sehingga para awak kabin perlu dilatih selama empat hari, dengan beberapa minggu sebelumnya sudah diberikan materi untuk dipelajari secara mandiri.


Aspek Keselamatan

Pengunjung menonton film sembari menikmati makanan di kelas bisnis selama makan siang perdana di Restaurant A380 @Changi di atas pesawat Airbus A380, di Bandara Internasional Changi, 24 Oktober 2020. Singapore Airlines mengubah salah satu pesawatnya menjadi sebuah restoran mewah. (ROSLAN RAHMAN/AFP)

 

Sesudah pelatihan, awak kabin belum boleh langsung bekerja di kelas bisnis. Mereka harus magang dulu selama tiga bulan.

Vira Sibarani adalah pramugari Singapore Airlines asal Indonesia. Wanita asal Jakarta ini sudah bekerja di maskapai tersebut selama 1,5 tahun dan kali ini dilatih untuk melayani kelas bisnis. Ia mengaku semangat mengikuti pelatihan untuk modalnya ujian seusai magang.

Selain melayani penumpang, para awak kabin dipersiapkan menjaga keselamatan. Karena itu, mereka dilatih menghadapi situasi darurat yang diperbarui secara berkala.

Masih terkait keselamatan, maskapai bisa saja menetapkan aturan tertentu. Baru-baru ini, Korean Air menghapus camilan gratisnya yang populer: mi instan.

Mengutip The Sun, Jumat, 2 Agustus 2024, mi itu sudah tidak disajikan lagi pada penumpang kelas ekonomi mulai 15 Agustus 2024. Maskapai itu mengaku mempertimbangkan aspek keselamatan, mengingat risiko luka bakar yang meningkat seiring tingginya kemungkinan turbulensi.

Lorong sempit dan jarak penumpang yang dekat membuat mi instan, yang dimasak dengan air panas, dinilai tidak aman disajikan. Korean Air mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa turbulensi telah terjadi dua kali lebih banyak pada penerbangannya sejak 2019.

Infografis Sederet Aturan Koper Pintar Masuk Kabin Pesawat. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya