Holding Ultra Mikro (UMi) Jangkau Warga Lewat 1.025 Kantor SenyuM

SenyuM merupakan jaringan unit kerja untuk layanan pembiayaan Holding Ultra Mikro (UMi) yang bersifat konvensional.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Okt 2024, 12:30 WIB
Sejak diresmikan pada September 2021 lalu, setidaknya telah terdapat 150 kantor co-location SenyuM yang tersebar di seluruh Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bersama dengan Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro (UMi), terus memperluas akses pembiayaan di tengah masyarakat melalui Sentra Layanan Ultra Mikro (SenyuM).

Senior Executive Vice President (SEVP) Ultra Micro BRI Muhammad Candra Utama BRI menjelaskan, SenyuM merupakan jaringan unit kerja untuk layanan pembiayaan yang bersifat konvensional.

"Kalau yang konvensional, terkait dengan Holding, itu ada co-location SenyuM. Itu khusus untuk holding ultra mikro. Saat ini kami sudah punya sekitar 1.025 kantor SenyuM. Melayani tiga entitas produk yang ada di BRI, Pegadaian dan PNM ini," jelasnya dalam live streaming Inspirato Sharing Session.

Adapun channel pembiayaan konvensional ini memiliki sekitar 16 ribu jaringan unit kerja yang bersifat fisik. Tersebar sebanyak 7,7 ribu di BRI, 4 ribu di Pegadaian, dan sekitar 4,5 ribu di PNM.

Selain konvensional, Candra melanjutkan, BRI juga memiliki channel hybrid semisal 1 juta agen BRILink. Lalu juga ada sekitar 743.000 e-chanel. "Sedangkan jaringan yang bersifat digital, kami juga punya superapp BRIMO. Saat ini punya tidak kurang dari 35 juta user," sambung Candra.

Secara data, saat ini nasabah yang sudah menikmati layanan Holding Ultra Mikro dalam bentuk pembiayaan mencapai 36 juta debitur. "Kalau dilihat dari sisi outstanding pembiayaan sudah hampir Rp 622 triliun," ungkapnya

Sedangkan dari sisi simpanan, Holding Ultra Mikro sudah melayani kurang lebih 176 juta nasabah. Untuk saldo simpanannya sudah lebih dari Rp 300 triliun.

Lebih menggembirakan lagi, kontribusi Holding Ultra Mikro ini terhadap laba juga sangat tinggi. Tercatat untuk PNM mampu membukukan laba di kuartal II 2024 mencapai Rp 800 miliar. Sedangkan untuk Pegadaian menyentuh Rp 2,9 triliun.

"Jadi kalau digabung entitas di Holding Ultra Mikro ini tidak kurang dari 12,5 persen dari laba BRI secara keseluruhan," kata Candra.

Untuk diketahui, laba secara keseluruhan BRI atau secara grup sendiri mencapai Rp 29,9 triliun di kuartal II 2024.


Dirut BRI Sunarso Ungkap Ketahanan Pangan jadi Kunci Agar Indonesia Keluar dari Middle Income Trap

Direktur Utama BRI Sunarso pada paparan Press Conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan II 2024 di Jakarta (25/7/2024),

Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk  (BRI) Sunarso mengungkapkan kunci agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap (perangkap pendapatan menengah).

Untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, menurut Sunarso, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas USD 4.465 (sumber: World Bank).

"Berdasarkan kajian Bappenas, Indonesia diperkirakan akan keluar dari jebakan kelas pendapatan menengah pada tahun 2041 jika asumsi rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 6% terpenuhi," kata Sunarso, dikutip Sabtu (12/10/2024).

Terkait hal tersebut, Sunarso mengungkapkan dalam kajian BRI faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi 6% adalah investasi pada human capital atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja. Pembentukan human capital  juga perlu didorong oleh tiga faktor.

"Pertama, Indonesia harus fokus dalam memaksimalkan kebutuhan nutrisi dan pangan. Maka menjadi penting, kita fokus untuk memiliki strategi yang khusus, spesifik, dan visioner untuk masalah ketahanan pangan,” ujar Sunarso.

 


Pekerjaan

Kedua, negara punya tugas untuk menyejahterakan rakyat dan ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, cara terbaik untuk mensejahterakan rakyat adalah dengan memberikan mereka pekerjaan.

"Jadi semua orang pada usia produktif memang harus bekerja. Kalau begitu, pemerataan kesempatan kerja itu menjadi penting," kata Sunarso.

Untuk mendapatkan pemerataan kesempatan kerja dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, di mana di dalamnya juga ada unsur pemerataan serta partisipasi masyarakat untuk ikut tumbuh dan berkembang. Investasi yang penting adalah human capital, dan kalau mau memperbaiki human capital, perbaiki dulu nutrisi dan pangan. "Dan kemudian kita tunggu, untuk pemerataan butuh inklusivitas pertumbuhan,” pungkas Sunarso. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya