Liputan6.com, Jakarta - Realisasi investasi Indonesia mencapai Rp 1.261 triliun hingga September 2024. Realisasi investasi ini mencapai 76,45% dari target yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tercatat Rp 1.650 triliun.
Realisasi investasi antara modal asing dan modal dalam negeri hampir setara. Sedangkan secara wilayah, sebagian besar di luar Pulau Jawa.
Advertisement
"Alhamdulillah realisasi investasi pada semester III itu Rp 431,5 triliun yang di mana ini adalah pencapaian peningkatan sebesar 15,24 secara year on year," kata Menteri Investasi/ Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Rosan merinci, kontribusi penanaman modal asing (PMA) hingga September 2024 mencapai Rp 654,40 triliun atau naik 16,95 persen secara year on year (yoy). Sedangkan, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) realisasinya sebesar Rp 607,03 triliun atau naik 23 persen secara yoy.
Secara sebaran wilayah, realisasi investasi masih di dominasi luar Pulau Jawa pada September 2024 mencapai Rp 635 triliun atau 50,34 persen dari total capaian realisasi investasi.
Sedangkan, realisasi investasi di Pulau Jawa pada September 2024 mencapai Rp 626,43 triliun atau 49,66 persen dari total capaian realisasi investasi.
Dari total investasi yang telah terealisasi, lima sektor penyumbang investasi terbesar yaitu industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp 178,04 triliun. Selanjutnya ada transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp 147,25 triliun.
Di urutan ketiga, ada industri pertambangan dengan realisasi investasi sebesar pertambangan Rp 132,53 triliun.Kemudian, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp 91,56 triliun. Terakhir, ada industri jasa lainnya sebesar Rp 86,61 triliun.
Per September 2024, tercatat ada 5 negara terbesar yang menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka adalah Singapura, Hong Kong, China, Amerika Serikat, dan Malaysia.
Rinciannya yakni, Singapura dengan total investasi USD 14,35 miliar. Disusul Hong Kong dengan investasi sebesar USD6,06 miliar.
Diikuti oleh China dengan nilai investasi USD5,78 miliar. Sementara itu, realisasi investasi Amerika Serikat di Indonesia USD2,82 miliar dan Malaysia USD 2,72 miliar.
10 Tahun Sinergi Pusat-Daerah, Papua Tak Lagi jadi Penonton Investasi
Investasi di Papua telah menjadi fokus utama pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam sedekade terakhir. Karena itu pemerintah terus berupaya untuk memastikan agar masyarakat Papua tidak hanya menjadi penonton dalam arus investasi ini, melainkan ikut serta dan menikmati manfaat langsung dari pembangunan yang terjadi di tanah mereka.
Menurut Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro di Kementerian Investasi/BKPM, Imam Soejoedi, pemerintah pusat dan daerah harus memiliki satu visi dan rencana aksi yang sejalan dalam memanfaatkan investasi di Papua. Diperlukan koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten untuk menciptakan visi dan rencana aksi yang terintegrasi.
"Seperti tim sepak bola, untuk mencapai gol, setiap posisi harus memiliki tujuan yang sama," tegasnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema '10 Tahun Membangun Papua Dengan Pendekatan Indonesia-Sentris', Senin (14/10).
Ia menekankan bahwa investasi besar di Papua, seperti pembangunan pabrik pupuk di Fakfak, industri smelter tembaga, hingga industri tebu dan pengolahannya, harus disertai dengan kesiapan SDM lokal. Tanpa keterlibatan masyarakat lokal dalam rantai pasok dan sektor tenaga kerja, ada risiko bahwa mereka hanya akan menjadi penonton, sementara manfaat ekonomi dirasakan oleh pihak luar.
Advertisement
Vokasi dan Pelatihan
Maka dari itu, pemerintah perlu bekerja sama untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus (skill workers) dan tenaga kerja non-terampil (unskilled workers) melalui program vokasi dan pelatihan. Dengan sertifikasi yang tepat, masyarakat Papua bisa mendapatkan pendapatan yang lebih baik dan menjadi bagian dari tenaga kerja di industri-industri besar yang akan berkembang di wilayah mereka.
"Tujuannya jelas, yaitu menciptakan sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, hingga tingkat kabupaten/kota, serta mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) lokal agar mampu bersaing dan berkontribusi dalam industri yang berkembang di wilayah tersebut," ujarnya.
Di samping itu, Imam juga menyebutkan bahwa keberhasilan investasi tidak hanya diukur dari besarnya jumlah uang yang masuk, tetapi juga dari bagaimana investasi tersebut memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat melalui transfer teknologi dan pengetahuan.