Elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilgub Jabar Masih Unggul, Begini Kata Pakar

Pakar menyebut lawan-lawan politik Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar terlambat bergerak.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 15 Okt 2024, 15:19 WIB
Bacagub Jawa Barat Dedi Mulyadi menggelar konser bareng Sule hingga Doel Sumbang di Lapangan Bola Bojong Kiharip, Cigombong, Kabupaten Bogor pada Jumat malam, 13 September 2024. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 3-12 Oktober lalu menyebutkan, elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jabar Dedi Mulyadi - Erwan Setiawan masih unggul dibanding tiga lawannya. Hasil survei menyebutkan, Dedi-Erwan unggul dengan elektabilitas 75,7%, sementara Ahmad Syaikhu - Ilham Habibie 13,8%, Acep Adang - Gitalis 4,2%, dan Jeje - Ronald 2,7%.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat Dedi-Erwan masih unggul, salah satunya adalah faktor 'endorsement' Prabowo yang luar biasa.

"Seperti di tahun 2018, Sudrajat-Syaikhu atau pasangan 'Asik' juga diendorse Prabowo dengan tagline 2019 ganti presiden. Gerindra dan PKS allout dan Jabar selalu menangkan Prabowo. Sekarang giliran Demul diendorse Prabowo," ujarnya, ditulis Selasa (15/10/2024).

Temuan itu juga diamini Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan. Menurut Djayadi, dukungan Prabowo menjadi salah satu faktor penyebab moncernya elektablitas Dedi Mulyadi. Di samping faktor-faktor lain yg menjadi kekuatan mantan Bupati Purwakarta itu, yaitu ketokohannya, kekuatan partai pendukung, hingga sosialisasi yang masif.

"Dari segi ketokohan saja jomplang sekali dengan 3 lawannya. Dilihat dari kedikenalakan dan kedisukaan, juga citra personalnya cukup jauh. Ini yang membuat Dedi Mulyadi dominan," sambung Djayadi.

Tingkat kedikenalan Dedi Mulyadi sebesar 93,3% dengan kedisukaan mencapai 93,2%. Sementara rivalnya Ahmad Syaikhu kedikenalannya 13,1% dan kedisukaanya 75%, Acep dan Jeje bahwa di bawah Syaikhu.

Penyebab lainya, kata Djayadi, keterlambatan dari lawan-lawan politik Dedi di Pilgub Jawa Barat. Keterlambatan inilah yang membuat lawan-lawan Dedi kesulitan menaklukkan luasnya wilayah di Jawa Barat dan kompleksnya sosiokultur di bumi parahiyangan.

"Mereka very late start, sangat lambat starnya. Sementara Dedi terus mempersiapkan diri dengan pendekatan-pendekatan human interest," tegas Djayadi.

 


Kata Pakar Politik

Sementara itu, pakar komunikasi politik Karim Suryadi mengatakan, jika tidak ada gempa politik di Jawa Barat, akan sulit mengubah tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilgub Jabar.

"Selama tidak ada muncul angsa hitam. Politik hijrah, ekonomi atau apa, Dedi Mulyadi tetap akan dominan," katanya.

Karim juga mengatakan, Pilgub Jabar ini sangat mirip dengan Pilpres 2024. Dimana Golkar solid mendukung Prabowo, juga mendukung Dedi yang kini sudah bukan menjadi kadernya. PKB dan PKS juga konsisten di jalur perubahan.

"Saya kira ini juga yang membuat pemilih PKB dan PKS di Jawa Barat belum solid, karena mereka bingung. Di pusat mendukung penuh Prabowo sedangkan di Jawa Barat berbeda," imbuh Karim.

Tingginya elektabiltas Dedi Mulyadi, kata Karim, adalah buah kerja keras Dedi Mulyadi yang terus menjaga popularitas selama menjadi anggota DPR setelah kalah di Pilgub 2018 lalu.

"Hasil survei ini melambangkan keringat yang sudah dikeluarkan. Bagaiman Dedi Mulyadi muncul di berbagai platfom media sosial, balihonya juga dimana-dimana," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya