Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis Inggris berusia 26 tahun tewas setelah jatuh dari jembatan tertinggi di Spanyol saat mencoba memanjat salah satu tiangnya. Pria itu jatuh dari jembatan Castilla-La Mancha yang melintasi Sungai Tagus di luar kota Talavera de la Reina di Spanyol tengah, menurut pernyataan dewan kota yang diterbitkan Minggu, 13 Oktober 2024.
Anggota dewan lokal Macarena Muñoz mengatakan saat kejadian, pria yang tidak disebutkan namanya itu ditemani oleh pria Inggris lainnya, berusia 24 tahun.
Advertisement
"Berdasarkan apa yang kami ketahui, mereka datang ke Talavera untuk memanjat jembatan dan membuat konten untuk media sosial," kata Muñoz dalam pernyataannya, mengutip CNN, Selasa (15/10/2024).
Muñoz menyampaikan duka cita atas insiden mematikan tersebut. Namun, dia menekankan bahwa memanjat jembatan 'sepenuhnya dilarang dan kami telah berulang kali menegaskan bahwa hal itu tidak diperbolehkan dalam keadaan apa pun'. Jenazah pria itu kini berada di rumah duka.
Mengutip NY Post, juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan mengatakan keluarga pria tersebut telah diberitahu mengenai kematiannya. "Kami memberikan dukungan kepada keluarga seorang pria Inggris yang meninggal di Spanyol dan sedang menghubungi pihak berwenang setempat," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.
Dengan tinggi 630 kaki atau sekitar 192 meter, Jembatan Castilla-La Mancha dinobatkan sebagai jembatan tertinggi di Spanyol dan salah satu yang tertinggi di seluruh Eropa. Selain tingginya, jembatan ini terkenal dengan sistem tali 152 kawat yang membentuk bentuk segitiga seperti kipas di cakrawala Spanyol.
Beberapa Kasus demi Konten Berujung Kematian
Turis Inggris itu bukanlah orang pertama yang meninggal saat mengejar konten media sosial dalam beberapa tahun terakhir. Pada Desember 2020, seorang wanita di Australia terjatuh dari tebing hingga meninggal saat berpose untuk foto di Boroka Lookout, sebuah tempat yang terletak di sisi tebing di Taman Nasional Grampians, negara bagian Victoria, menurut afiliasi CNN, Nine News.
Pada November 2019, seorang turis Prancis meninggal setelah terjatuh dari air terjun di Thailand saat mencoba mengambil selfie. Pria berusia 33 tahun itu meninggal ketika dia terpeleset dan jatuh dari air terjun Na Mueang 2 di pulau Koh Samui, Thailand – tempat yang sama saat seorang turis Spanyol meninggal karena terjatuh pada Juli tahun yang sama, menurut kantor berita AFP.
Hal yang sama juga terjadi di dalam negeri. Mengutip kanal News Liputan6.com, seorang pelajar berinisial AR (14) tewas tertabrak kereta yang melaju dari Jatinegara ke Stasiun Pasar Senen di perlintasan dekat Stasiun Pondok Jati, Matraman, Jakarta Timur, pada Sabtu 3 Februari 2024.
Kanit Reskrim Polsek Matraman AKP Mochamad Zen mengatakan berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan rekan korban di lokasi AR diduga tewas ketika merekam video untuk keperluan konten. "Korban di TKP lagi bikin video cinematic (menggunakan efek seperti di bioskop)," kata Zen.
Advertisement
Upaya Platform Media Sosial Bendung Konten Negatif
Sementara, tiga raksasa media sosial yang kini punya banyak pengguna, yakni Meta, Snap, dan TikTok, menjalankan program bernama Thrive. Program ini merupakan upaya ketiga media sosial untuk menghentikan beredarnya konten grafis (mengandung kekerasan) yang seolah mengajak orang untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri.
Dikutip dari The Verge, Jumat, 13 September 2024, Thrive memungkinkan Meta, TikTok, dan Snap untuk berbagi "sinyal", guna saling memperingatkan tentang konten yang melanggar di platform mereka. Thrive merupakan program yang dikembangkan bersama Mental Health Coalition, sebuah organisasi amal yang menyatakan, mereka berupaya menghilangkan stigma tentang masalah kesehatan mental.
Meta menyebut, mereka menyediakan infrastruktur teknis di balik Thrive, yang memungkinkan sinyal dibagikan dengan aman. Meta memakai teknologi berbagi sinyal lintas platform yang sama dengan yang dipakai di Lantern, sebuah program untuk membantu memerangi pelecehan anak di dunia maya.
Perusahaan yang berpartisipasi dapat berbagi hash yang cocok dengan media yang melanggar untuk saling memberi sinyal. Menurut Meta, mereka sudah membuat konten grafis yang seolah mengajak pengguna untuk menyakiti atau bunuh diri lebih sulit ditemukan di platformnya.
Kasus Pemerasan Seks via Media Sosial
Meski begitu, Meta mencoba memberi ruang bagi orang-orang untuk membahas masalah kesehatan mental, bunuh diri dan tindakan menyakiti diri sendiri. Menurut grafik Meta, pihaknya mengambil tindakan terhadap jutaan konten bunuh diri dan menyakiti diri sendiri tiap kuartal. Pada kuartal terakhir, Meta memulihkan 25.000 unggahan, karena pengguna mengajukan banding.
Tidak hanya itu, Meta juga dilaporkan telah menghapus puluhan ribu akun Instagram dari Nigeria. Langkah itu adalah bagian dari upaya Meta untuk memerangi penipuan pemerasan seks di platform media sosial mereka, sebagaimana dikutip dari Engadget, Kamis, 25 Juli 2024.
Perusahaan induk Facebook itu menjelaskan, sebagian besar pria dewasa di Amerika Serikat telah menjadi target akun-akun pemeras tersebut. Tak hanya menyasar pengguna dewasa, sejumlah akun Instagram asal Nigeria ini juga melakukan pemerasan terhadap korban di bawah umur.
Karena hal ini, raksasa media sosial telah menambahkan fitur keamanan Instagram. Fitur baru ini mampu mendeteksi ketelanjangan secara otomatis, dan memberikan peringatan kepada pengguna tentang potensi penipuan dan pemerasan.
Advertisement