Makin Banyak Mahasiswa Indonesia Studi di China Lewat Jalur Beasiswa

Mahasiswa Indonesia tersebar di berbagai provinsi dan daerah di China.

oleh Tim Global diperbarui 18 Okt 2024, 12:07 WIB
Seorang mahasiswa baru (depan) berjalan di area kampus Universitas Peking, Beijing, China, 1 September 2020. Saat tahun ajaran baru perkuliahan dimulai, para mahasiswa kembali ke kampus di bawah kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi yang ketat. (Xinhua/Ren Chao)

Liputan6.com, Beijing - Seiring kebijakan Sabuk dan Jalan (BRI) China yang ingin memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik, pemerintah China turut gencar memberikan beasiswa pendidikan kepada anak muda di negara-negara Asia termasuk Indonesia. 

Menurut China Daily, jumlah mahasiswa Indonesia di China sejak pandemi 2021 telah mencapai lebih dari 150 ribu. Jumlah ini secara rutin meningkat 10 persen per tahun sejak 2014.

Para mahasiswa tersebar di berbagai universitas negeri dan swasta di provinsi-provinsi China.

Dilansir VOA Indonesia, Jumat (18/10/2024), I Gede Nyoman Bhaskara Wira Putra (Ari) adalah salah satu mahasiswa S2 Indonesia yang sedang menyelesaikan program teknik metalurgi di Central South University di Provinsi Hunan, China. Ia memperoleh beasiswa China lewat program gabungan pemerintah Indonesia LPDP dan universitas China.

"Program-program metalurgi di Indonesia seperti nikel sedang berkembang dan kebetulan juga salah satu program beasiswa yang ditonjolkan itu adalah program nikel jadi sekalian mengapa saya tertarik mengambil ini karena ke depannya mungkin lebih baik di Indonesia," sebutnya.

Ini sejalan dengan peningkatan pesat operasi perusahaan pertambangan China di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sebagai contoh, bahkan sebagian besar perusahaan smelter di Indonesia adalah perusahaan China.


Melihat Peluang

Lonjakan kandidat – naik 980.000 tahun ini menjadi 12,91 juta – telah memicu kekhawatiran dari mahasiswa yang sudah menghadapi ekonomi tidak pasti dan peluang semakin menipis. Beberapa alasan persaingan yang tinggi secara bertahap akan menurunkan nilai gelar sarjana. (Jade Gao/AFP)

Pelajar Indonesia lainnya, Dena Mandala, sedang menempuh studi S1, di Hainan Normal University di China setelah menyelesaikan program pertukaran pelajar SMU di Amerika.

"Saya melihat ada peluang besar di sektor bahasa Mandarin di Indonesia karena permintaan untuk yang bisa berbahasa Mandarin dan punya skill dalam bahasa Mandarin itu sangat diperlukan di Indonesia jadi saya memilih jurusan ini," ungkapnya.

Profesor. Dr. Agus Setya Budi, Rektor Universitas Budi Luhur yang putrinya penerima beasiswa dari pemerintah China mengamati bahwa jumlah pelajar Indonesia di China sangat besar. Ia mengaitkan peningkatan minat anak muda Indonesia belajar di China dengan sikap realistis mereka terhadap perubahan tren global.

“Artinya kalau dulu itu kan banyak sekali perusahaan industri Jepang, Amerika, Jerman di sekitar Jakarta industri lumayan banyak, sekarang di mana-mana dimiliki China. Yang paling dahsyat lagi, rumah sakit yang bagus di kota-kota besar di Indonesia terutama di Jakarta memang dikuasai oleh mereka," jelasnya.

 


Pergeseran Pemberian Beasiswa

Mahasiswa baru (kedua dari kiri) melakukan registrasi di Khoo Teck Puat Gymnasium, Universitas Peking, Beijing, China, 1 September 2020. Saat tahun ajaran baru perkuliahan dimulai, para mahasiswa kembali ke kampus di bawah kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi yang ketat. (Xinhua/Ren Chao)

Dr. Ardhitya Eduard Yeremia Lalisang, lektor di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, yang juga peneliti di Asia Research Centre, banyak menulis mengenai politik dan kebijakan China. Ia mengamati pergeseran beasiswa yang diberikan oleh pemerintah China pada pelajar Indonesia.

"Sepuluh tahun terakhir trennya itu tidak hanya belajar bahasa mandarin, beasiswa yang disediakan tidak hanya untuk belajar bahasa mandarin tapi sudah meluas ke berbagai macam subject, ilmu alam, ilmu sosial hampir sangat bervariasi, ini sangat berbeda dengan tren awal ketika pasca reformasi, di mana anak muda Indonesia kebanyakan belajar bahasa mandarin," jelasnya.

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2021-2024. (Abdilah/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya