Misteri Bioluminesensi, Cahaya Ajaib dari Hewan dan Tumbuhan

Enzim dalam reaksi bioluminesensi adalah luciferase. Luciferase membantu mengkatalisis, atau mempercepat, reaksi kimia antara luciferin dan oksigen.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Okt 2024, 05:00 WIB
Batang pohon bertindak seperti kabel serat optik yang menghantar cahaya menuju fitokrom, yaitu reseptor cahaya pada akar tumbuhan. (Sumber Science Photo Library/Dr. John Runions)

Liputan6.com, Jakarta - Cahaya yang dihasilkan oleh beberapa hewan dan tumbuhan, seperti udang, jamur, dan kunang-kunang, adalah fenomena menarik yang dikenal sebagai bioluminesensi. Bioluminesensi atau bioluminescence adalah istilah yang digunakan saat makhluk hidup dapat memancarkan cahaya dari tubuh mereka sendiri.

Fenomena ini melibatkan organisme yang mampu menghasilkan cahaya melalui serangkaian reaksi kimia. Dikutip ari laman National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada Rabu (16/10/2024), bioluminesensi adalah cahaya yang dipancarkan oleh organisme hidup melalui reaksi kimia (kemiluminesensi) yang terjadi di dalam tubuh mereka.

Bioluminescence ini biasanya berwarna biru atau biru-hijau, ungu terang, hijau-kekuningan dan yang paling jarang, merah. Reaksi yang menimbulkan bioluminescence ini tidak melepaskan dari suhu panas.

Oleh karena itu bioluminescence dikenal sebagai "cahaya dingin". Artinya, kurang dari 20 persen energi yang diubah menjadi radiasi termal atau jenis panas apa pun.

Sebagian besar energi dalam bioluminesensi diubah langsung dari energi kimia menjadi energi cahaya yang tampak. Bioluminesensi adalah reaksi enzimatik.

Enzim mempercepat reaksi kimia dengan membantu substrat bereaksi. Enzim digunakan kembali dalam reaksi tersebut alih-alih diubah menjadi molekul lain.

Enzim dalam reaksi bioluminesensi adalah luciferase. Luciferase membantu mengkatalisis, atau mempercepat, reaksi kimia antara luciferin dan oksigen.

 


Teroksidasi

Selama reaksi kimia ini, molekul luciferin teroksidasi yang membentuk cahaya dan molekul baru, oxyluciferin. Setelah reaksi kimia, luciferase didaur ulang, yang berarti ia dapat terus menghasilkan cahaya dalam bentuk bioluminesensi selama luciferin dan oksigen hadir.

Reaksi ini dapat terjadi di dalam organisme atau di dalam air. Pada udang bioluminesensi yang memuntahkan cahaya, reaksi terjadi di luar organisme.

Pada beberapa hewan, reaksi terjadi di dalam selnya. Pada hewan lain, reaksi ini dihasilkan oleh bakteri yang hidup di dalam organisme.

Namun, reaksi dasar yang sama antara enzim luciferase dan substrat luciferin menghasilkan cahaya. Spesies organisme yang berbeda menggunakan molekul luciferin yang berbeda.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk membuat cahaya berevolusi pada makhluk yang berbeda pada waktu yang berbeda. Beberapa hewan menggunakan cahaya sebagai cara untuk memperingatkan predator, seperti udang yang memancarkan cahaya saat terancam dapat mengejutkan atau mengalihkan perhatian predator.

Sementara, kunang-kunang memanfaatkan cahaya sebagai sinyal untuk menarik pasangan. Pola dan warna cahaya yang dipancarkan dapat menunjukkan jenis dan kualitas individu.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya