Beda Pilihan Boleh Tetangga Tetap Rukun, Pesan Ustadz Das'ad Latif tentang Pemilu

Ceramahnya ini bukan hanya mengulas kisah politik di level nasional, tetapi juga mengkritik perilaku masyarakat yang terkadang terpecah hanya karena perbedaan pilihan politik.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2024, 18:30 WIB
Ustadz Das'ad Latif tak kuasa menahan air matanya saat bercerita tentang perjuangan menimba ilmunya. (YouTube Das'ad Latif)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilu sering kali menjadi momen yang penuh ketegangan di tengah masyarakat, terutama ketika perbedaan pilihan politik memicu perselisihan.

Dalam sebuah ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Das'ad Latif, pesan tentang pentingnya menjaga kerukunan, meskipun berbeda pilihan politik, menjadi perhatian utama.

Dalam ceramah yang diunggah di kanal YouTube @ANJABI.CHANNEL, Ustadz Das'ad mengingatkan jamaahnya akan pelajaran yang bisa diambil dari Pemilu 2019.

"Masih ingat Pemilu 2019? Siapa yang bertanding? Bapak Joko Widodo dengan Bapak Prabowo," ucapnya mengawali cerita. Ustadz Das'ad kemudian melanjutkan dengan menyoroti bahwa meskipun mereka bersaing dalam pemilihan presiden, akhirnya Prabowo bergabung sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet Joko Widodo.

Ceramahnya ini bukan hanya mengulas kisah politik di level nasional, tetapi juga mengkritik perilaku masyarakat yang terkadang terpecah hanya karena perbedaan pilihan politik.

"Eh, satu paket malah sekarang tambah akur," ujar Ustadz Das'ad dengan gaya yang penuh humor.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Tetangga Justru Musuhan

ilustrasi Jokowi dan Prabowo. (Foto: Youtube: Sekretariat Presiden)

Ia lalu menyoroti fenomena di masyarakat di mana tetangga saling bermusuhan karena berbeda pilihan pada pemilu sebelumnya.

"Eh kalian bertetangga dari 2019 musuhan. Apa kau dapat? Itulah aslinya beleng-beleng (bodoh)," tegasnya.

Pesan ini langsung mendapat respons tawa dari jamaah yang hadir. Dengan bahasa sederhana namun penuh makna, Ustadz Das'ad berusaha mengingatkan agar tidak ada lagi kebencian yang tersisa dari perbedaan politik.

Menurut Ustadz Das'ad, wajar jika tim sukses dan pengusaha saling bersaing karena mereka memiliki kepentingan yang besar dalam politik.

"Kalau tim sukses saling menyerang, wajar. Dia mau jadi menteri. Pengusaha saling mendukung, wajar, mereka mau dapat proyek," ucapnya menambahkan.

Namun, yang disayangkan adalah masyarakat biasa yang tidak mendapatkan keuntungan apapun dari perselisihan ini.

Pesan Ustadz Das'ad ini mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi perbedaan pilihan politik. Ia menegaskan bahwa berbedanya pilihan tidak seharusnya mengganggu keharmonisan hidup bertetangga.

 


"Emang Kalau Sakit Siapa yang Datang?"

Ilustrasi tetangga bertengkar. Credit: pexels.com/Vlada

"Tapi kalian bertetangga beda pilihan bermusuhan. Apa kau dapat? Emang kalau kau sakit dia datang?" kata Ustadz Das'ad, mengingatkan jamaahnya bahwa pada akhirnya tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, Ustadz Das'ad juga menekankan pentingnya tetap menghormati pilihan orang lain dalam proses pemilu. "Silakan pilih jagoanmu, hormati lawanmu," ucapnya dengan penuh bijak.

Baginya, perbedaan pandangan politik adalah hal yang lumrah, namun tidak boleh sampai merusak hubungan sosial dan persaudaraan di antara sesama warga.

Ceramah ini juga mengandung pesan moral yang sangat relevan dengan situasi politik di Indonesia saat ini dengan gemerlap pemilihan kepala daerah.

Masyarakat diingatkan bahwa perbedaan politik tidak boleh menjadi pemicu konflik yang berkepanjangan, terutama di tingkat lokal. Hubungan antar-tetangga harus tetap dijaga dan tidak boleh rusak hanya karena pilihan politik yang berbeda.

Ustadz Das'ad menyampaikan, di antara para politikus yang bersaing, sering kali ada rekonsiliasi setelah pemilu selesai. Bahkan, beberapa dari mereka akhirnya bekerja sama dalam pemerintahan yang sama.

Contoh ini seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat bahwa perbedaan politik bukanlah alasan untuk saling bermusuhan.

Pada intinya, Ustadz Das'ad menekankan bahwa setiap warga negara bebas untuk memilih calon pemimpin yang mereka dukung, tetapi dengan catatan harus tetap menjaga kerukunan dan tidak mudah terprovokasi.

Karena pada akhirnya, yang paling penting adalah kebersamaan dalam membangun kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat.

Ceramah ini juga memberikan sindiran halus kepada masyarakat yang mudah terprovokasi oleh isu-isu politik dan membawa kebencian hingga ke kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti yang diungkapkan Ustadz Das'ad, "Emang kalau kau sakit, dia datang?"

Mengingatkan bahwa yang akan membantu kita saat dalam kesulitan adalah orang-orang terdekat, termasuk tetangga.

Selain memberikan nasihat tentang kerukunan dalam perbedaan pilihan politik, Ustadz Das'ad juga menyampaikan pesan bahwa menjaga hubungan baik dengan tetangga adalah salah satu hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ia mengingatkan bahwa tetangga adalah saudara terdekat yang akan menolong kita saat kita dalam kesulitan.

Dalam ceramah ini, Ustadz Das'ad tidak hanya menyampaikan pesan dengan serius, tetapi juga dengan sentuhan humor yang khas. Ungkapan "beleng-beleng," yang dalam bahasa Makassar berarti "bodoh," digunakan untuk menyindir orang-orang yang masih bertengkar hanya karena perbedaan pilihan politik.

Ceramah ini berhasil menarik perhatian jamaah dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menjaga kerukunan di masyarakat.

Dengan gaya khasnya yang humoris namun tetap penuh hikmah, Ustadz Das'ad Latif selalu berhasil menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang mudah dipahami dan diingat oleh para jamaah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya