Musim Mas Latih 1.097 Pekebun Sawit Swadaya Pengelolaan Lahan Regeneratif

BIPOSC telah berhasil melatih 1.097 pekebun swadaya dalam pengelolaan lahan regeneratif dan mendirikan Composting Unit berkapasitas 100-150 ton per bulan.

oleh Elyza Binta Chabibillah diperbarui 17 Okt 2024, 16:31 WIB
General Manager Project & Program, Musim Mas Group, Rob Nicholls

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 1.097 pekebun swadaya telah mendapat pelatihan dan telah diterapkan di lahan perkebunan mereka dengan total luas 1.954,41 hektar. Sebanyak 25 fasilitator desa telah dipersiapkan untuk memberikan pendampingan kepada pekebun sawit, serta tujuh plot demo telah didirikan sebagai lahan percontohan serta fasilitas pembelajaran untuk perkebunan regeneratif.

General Manager Project & Program Musim Mas Group Rob Nicholls menjelaskan, bagi Musim Mas, pekebun swadaya merupakan kunci untuk masa depan industri kelapa sawit berkelanjutan. Musim Mas telah memiliki program pemberdayaan pekebun swadaya terbesar di Indonesia yang dimulai sejak 2015.

"Kami percaya, bahwa kolaborasi dengan banyak pihak dapat memberikan dampak positif yang lebih luas. Kolaborasi bersama L3F, SNV Indonesia, dan ICRAF diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekebun swadaya, khususnya kemampuan teknis pengelolaan lahan serta alternatif pendapatan untuk mencapai keberlanjutan pada rantai pasok kelapa sawit yang kaya akan keanekaragaman hayati dan bersifat inklusif,” ujar di, Kamis (17/10/2024).

Perkebunan regeneratif menjadi penting terkait isu perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, karena praktik perkebunan ini memiliki prinsip meningkatkan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati, serta mengurangi erosi tanah, limpasan air, emisi gas rumah kaca dan kebocoran nitrogen. 

Program ini memberikan solusi bagi pekebun sawit swadaya dalam mengelola lahan secara berkelanjutan sekaligus meningkatkan produktivitas perkebunan mereka. Pendekatan yang dilakukan dalam program BIPOSC adalah melalui pelatihan Best Management Practices (BMP) perkebunan regeneratif seperti pengaplikasian bio input; penerapan teknik mulsa (penyusunan pelepah); penanaman cover crop; pengendalian hama terpadu; serta pengaplikasian pupuk kompos. 

Co-founder and President of the Livelihoods, Bernard Giraud menambahkan, saat mengunjungi pekebun kelapa sawit beberapa tahun lalu, mereka menyampaikan kekhawatiran terbesar terkait akses pupuk. Meskipun pupuk berperan penting dalam meningkatkan hasil panen, namun masih terdapat ketimpangan pemahaman terkait cara melindungi lahan dari degradasi jangka panjang.

"Pekebun swadaya membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang menjaga kesehatan dan struktur tanah, serta faktor penting lainnya. Inilah yang ingin diatasi oleh proyek BIPOSC, dan kami senang melihat para pekebun yang terlibat melaporkan tidak hanya hasil panen yang lebih tinggi, tetapi juga tanah yang lebih sehat pada lahan mereka saat ini,” kata Bernard.

 

 


BIPOSC Dukung Pendirian Composting Unit

BIPOSC Musim Mas, Kamis (17/10/2024)

Dengan total luas lahan yang sudah dilatih mencapai 1.954,41 hektar, program ini tidak hanya membantu para pekebun menerapkan praktik berkelanjutan, tetapi juga memberikan dampak nyata terhadap hasil panen. Para pekebun melaporkan adanya peningkatan produktivitas serta perbaikan 

Selain pelatihan langsung kepada pekebun, BIPOSC juga memfasilitasi pendirian Composting Unit berkapasitas 100-150 ton per bulan, yang telah membantu para pekebun swadaya dalam mengakses pupuk kompos berkualitas dengan harga terjangkau. Dengan model bisnis yang dijalankan, Composting Unit ini dapat memproduksi pupuk kompos dengan harga yang lebih terjangkau hingga setengah dari harga pasar. Di tahun pertama beroperasi pada 2023, sebanyak 588 ton telah berhasil diproduksi dan dipasarkan hingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 421 Juta. Kedepan, Composting Unit direncanakan untuk direplika di beberapa lokasi lainnya. 

“Salah satu dampak positif sudah dapat dinikmati para pekebun swadaya anggota APSKS LB adalah terbangunnya Composting Unit ini. Dengan harga yang lebih terjangkau, serta sistem bagi hasil yang diterapkan, telah mendorong para pekebun swadaya melakukan pemupukan dengan pupuk kompos. Saat ini, seluruh pekebun swadaya anggota ASPKS LB telah menggunakan pupuk kompos di kebun mereka,” ungkap Ketua APSKB LB, Syahrianto.

 


Terus Naik

Pada tahun 2023, pekebun swadaya mengelola sekitar 41% dari total area perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang mencakup 6,77 juta hektar.

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 60% pada tahun 2030, sehingga program seperti BIPOSC menjadi sangat penting dalam membentuk masa depan produksi minyak sawit berkelanjutan.

Dengan jumlah pekebun swadaya yang mengelola sekitar 41% dari total area perkebunan kelapa sawit di Indonesia, program BIPOSC terus berperan penting dalam memastikan keberlanjutan produksi minyak sawit di masa depan, diproyeksikan meningkat hingga 60% pada tahun 2030.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya