Viral Baby Sitter Beri Obat Penggemuk, Ketahui Apa Itu Obat Steroid dan Efek Samping Bila Digunakan Secara Liar

Bila diberikan sesuai resep dokter atas indikasi yang ada maka obat steroid akan bermanfaat. Namun, bila digunakan secara liar maka efek samping bisa dialami anak.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 17 Okt 2024, 17:02 WIB
Seorang baby sitter dengan sengaja mencekoki balita EL dengan obat steroid (Deksametason dan Pronicy) selama satu tahun. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Seorang baby sitter di Surabaya, Jawa Timur ketahuan memberikan obat keras jenis steroid kepada bayi berusia dua tahun yang diasuhnya. Setahun berjalan, aksi baby sitter itu diketahui oleh sang ibu yang kemudian melaporkan aksi tersebut ke pihak kepolisian.

"Itu obat deksametason dan pronicy. Obat keras buat kalangan dewasa. Apa jadinya kalau diminumkan ke baby," ucap sang ibu mengutip kanal Jatim Liputan6.com.

Penggunaan obat tersebut disalahgunakan oleh sang baby sitter untuk meningkatkan nafsu makan sang bayi dua tahun itu sehingga bisa gemuk.

"Berat badan anak saya memang naik secara drastis, tapi itu bukan gemuk melainkan bengkak," imbuh sang ibu.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dokter Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) sudah mendengar kasus yang terjadi pada bayi yang diberikan obat steroid tersebut. Berkaca dari kejadian tersebut, ia pun berharap agar tidak ada lagi kejadian serupa mengingat dampak jangka panjang dari pemberian obat steroid yang tidak berdasarkan resep dokter.

"Padahal bisa menyebabkan kompliksi jangka panjang. Disangka anak sehat padahal tidak," kata Piprim secara daring pada Kamis, 17 Oktober 2024.

Ia pun mengingatkan orangtua untuk tetap memonitor pemberian makan sang anak bila diasuh oleh baby sitter atau orang lain.

"Ketika menyerahkan pengasuhan anak untuk sementara ke pihak lain tetap dimonitor, seperti dengan CCTV atau video call. Lalu, orangtua melakukan parenting pemberian makan anak yang benar," pesan Piprim.


Mengenal Steroid dan Efek Samping Penggunaan Steroid Bila Tanpa Resep Dokter

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrin Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Agustini Utari, SpA(K) mengungkapkan bahwa sebenarnya steroid adalah obat keras.

Di kesempatan yang sama, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrin Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Agustini Utari, SpA(K) mengungkapkan bahwa sebenarnya steroid adalah obat keras.

"Makanya di kemasan obat itu ada logo merah dengan huruf K itu obat keras. Obat ini harus dengan resep dokter. Pemakaian ini harus sesuai dengan konsultasi medis," kata wanita yang karib disapa Titut ini.

Steroid menyerupai hormon kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal.

Nah, kortisol dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan gula darah, mengatur tekanan darah, dan membantu mengatasi inflamasi.

Sehingga, bila obat steroid diberikan kepada pasien yang membutuhkan, lanjut Titut, akan sangat bermanfaat dan menyelamatkan. Mulai dari sebagai antiinflamasi atau peradangan atau sebagai pengganti hormon pada kondisi anak yang tidak bisa menghasilkan hormon kortisol.

"Namun, kalau tidak sesuai indikasi malah menjadi racun," kata Titut.


Efek Samping Obat Steroid Bila Tanpa Resep Dokter

Titut mengatakan bila anak mengalami kondisi yang membutuhkan obat steroid, maka ada banyak hal yang pertimbangkan dokter dalam membuat takaran resep. Mulai dari berat badan, luas permukaan tubuh dan usia anak. 

Jika sembarangan memberikan obat seperti deksametason maka menimbulkan efek samping jangka pendek atau panjang.

Efek Jangka Pendek

1. Peningkatan berat badan

2. Moonface atau puffy face

3. Mood Swings

4. Gangguan Tidur

5. Peningkatan gula darah

6. Peningkatan tekanan darah

7. Menekan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih berisiko mengalami infeksi lebih sering.


Dampak Jangka Panjang Konsumsi Steroid Tanpa Resep Dokter

Bila steroid dikonsumsi jangka panjang atau lebih dari dua minggu tanpa resep dokter maka ini kemungkinan yang bisa terjadi seperti disampaikan Titut:

1. Osteoporosis, hal ini membuat tulang lebih rapuh sehingga mudah patah.

2. Menghambat pertumbuhan tulang sehingga tinggi badan anak terhambat

3. Lebih berisiko mengalami diabetes

4. Lebih berisiko mengalami katarak

5. Bisa mengalamai insufiensi adrenal dimana tubuh tidak bisa memberi respons baik terhadap kondisi sakit atau pembedahan.

Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022. (Liputan6/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya