Liputan6.com, Jakarta Setelah mencetak box office lewat film Wedding Agreement dan Thaghut, Ria Ricis menjajal peruntungan di belakang layar dengan menjadi poduser di Right Hand Entertainment atau RH Entertainment.
Rumah produksi yang berbasis di Jakarta ini telah melahirkan sejumlah film dan serial untuk OTT seperti Bisik Hati Lara serta Love In Game. Ria Ricis memutuskan berhenti ngevlog di YouTube untuk fokus di bidang ini.
Advertisement
Adik Oki Setiana Dewi mengaku sejak lama punya passion berkarya di belakang layar. Ria Ricis lalu menyinggung rekam jejak saat bergabung menjadi salah satu produser RH Entertainment.
“Saya sebenarnya sudah kenal lama dengan teman-teman RH, jadi paham betul track record dan goals kita ke depannya,” kata Ria Ricis lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Rabu (16/10/2024).
Belum Ada Wadah Yang Lain
Terang-terangan Ria Ricis ingin istirahat di depan layar. Begitu ada tawaran dari Founder, Direktur sekaligus Sutradara di RH Entertainment, Rendy Herpy, Ria Ricis merasa mendapat wadah baru untuk berkreativitas.
“Karena (waktu itu) memang belum ada wadah yang lain, ya sudah. Sekarang karena ada kesempatan, jadi pindah ke sini (rumah produksi). Benar-benar mau fokus di belakang layar,” ia membeberkan.
Advertisement
Bawa Peluang Lebih Luas
“Dengan bergabungnya saya di sini, semoga membawa peluang lebih luas dan bisa meyalurkan passion saya yang ingin berkarya dari belakang layar,” Ria Ricis buka kartu.
Dalam kesempatan itu, Rendy Herpy menambahkan, telah menyiapkan beberapa line up film bioskop yang akan diproduksi sepanjang 2024 hingga 2026. Menurutnya, industri film Tanah Air tengah bergairah.
60 Juta Penonton Film Indonesia
Executive Producer RH Entertainment, Anton Permana, menyebut antusiasme para investor di dunia hiburan khususnya film bioskop naik tajam mengingat jumlah penonton film lokal kini menembus 60 juta penonton.
“Sudah 60 juta penonton, jika dibandingkan dengan penonton film impor yang hanya 35 juta. Ini membuat gairah para investor naik untuk berinvestasi di produksi film Indonesia,” urai Anton Permana.
Advertisement