Fenomena Hunter Moon dan Larangan Melaut Masyarakat Pesisir Kepri

Puncak fenomena alam langka hunter moon dapat dilihat di wilayah Kepri pada malam ini, Kamis (17/10/2024).

oleh Ajang Nurdin diperbarui 17 Okt 2024, 19:51 WIB
Puncak fenomena alam langka hunter moon dapat dilihat di wilayah Kepri pada malam ini, Kamis (17/10/2024). (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Batam - Puncak fenomena alam langka hunter moon dapat dilihat di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) malam ini, Kamis (17/10/2024). Kepala Seksi Data Dan Informasi (Kasi Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Hang Nadim Batam, Suratman, mengatakan fenomena alam ini bisa disaksikan jika kondisi langit bersih dan tidak terhalang awan mendung

 

"Ini merupakan fenomena astronomis. Akan ada pengaruh terkait dengan pasang surut air laut," katanya.

Suratman mengungkapkan, hunter moon hampir sama dengan bulan purnama biasa (full moon), namun saat hunter moon, jarak bulan lebih dekat dengan bumi sehingga lebih terang dan berwarna kemerah-merahan.

"Bulan purnama (full moon) dan hunter moon sebenarnya adalah hal yang sama, yaitu fase bulan ketika seluruh permukaannya yang menghadap bumi di terangi oleh matahari," kata Suratman.

Istilah Hunter Moon digunakan untuk menyebut bulan purnama yang terjadi setelah harvest moon, biasanya pada bulan Oktober. Perbedaannya, bulan purnama terjadi setiap bulan dalam siklus lunar (sekitar 29,5 hari).

Bulan berada pada posisi di mana bumi berada di antara matahari dan bulan, sehingga kita melihat seluruh permukaan bulan yang terkena cahaya matahari.

Kemudian untuk hunter moon, bulan purnama spesifik yang terjadi setelah harvest moon, yaitu bulan purnama terdekat dengan ekuinoks musim gugur, yang biasanya terjadi pada September.

Secara tradisional, istilah hunter moon berasal dari masyarakat agraris. Pada bulan Oktober, setelah hasil panen selesai (harvest moon), waktu ini digunakan untuk berburu hewan yang sedang bersiap menghadapi musim dingin. Cahaya terang dari hunter moon membantu para pemburu.

Ciri khas dari hunter moon adalah periode terbitnya yang cenderung lebih cepat, memberikan lebih banyak malam terang berturut-turut dibandingkan bulan purnama lainnya.

Jadi, perbedaannya terletak pada penamaan dan waktu kemunculannya dalam setahun, serta signifikansi tradisionalnya.

"Secara umum hunter moon insyaallah tidak membawa dampak bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Kepri secara signifikan," ucap Suratman.

 

 


Mitos Seputar Bulan Purnama

Bagi masyrakat Indonesia, fenomena hunter moon tidak terkait dengan mitos dan cerita legenda apapun. Berbeda dengan kebudayaan Eropa, masyarakat menantikan puncak malam hunter moon sebagai momen untuk berburu.

Untuk masyarakat pesisir, khususnya di Provinsi Kepulauan Riau, hunter moon sama saja dengan bulan pernama biasa.

Abdul Kodir (57), seorang nelayan kampung menuturkan, memang ada kepercayaan di masyarakat pesisir, bahwa jika bulan purnama tiba, ada larangan untuk melaut.

"Biasanya gelombang pasang, dan juga jarang mendapatkan ikan," kata Qadir.

Menurutnya memang sebagian ada masyarakat pesisir momen purnama juga percaya bahwa bulan purnama membawa energi mistis baik untuk waktunya pengobatan maupun mendapatkan ilmu gaib.

Mitos bulan purnama di kalangan masyarakat pesisir erat kaitannya dengan kehidupan mereka yang sehari-hari sangat bergantung pada laut dan siklus alam. Bulan purnama sering kali dipandang sebagai fenomena yang mempengaruhi baik aspek meta fisika yang berkaitan laut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya