Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengaku, selama menjabat ia menolak membuat pencitraan atau polesan yang berlebihan. Ia menegaskan selalu ingin menjadi seseorang yang apa adanya.
"Saya tak ingin dilebih-lebihkan. Apa adanya saja. Saya tak perlu harus dipoles-poles, enggak perlu (personal branding). Apa adanya saja," kata Ma'ruf di acara silaturahmi dan perpisahan Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (17/10/2024).
Advertisement
Menurut Ma’ruf, pencitraan yang dipoles sama saja dengan berbohong dan hal itu dilarang oleh agama.
"Apa adanya saja. Itu lebih enak. Kalau bahasa agama itu tak boleh beri kebohongan-kebohongan," kata Ma'ruf.
Bahkan, lanjut Ma'ruf, agama Islam melarang melakukan kebohongan kepada Allah SWT. Ia menegaskan kebohongan itu sama saja dengan berbuat zalim.
"Jadi tak perlu. Jadi yang sebenarnya saya cuma segini, terus dilebih-lebihkan itu jangan. Itu namanya buat kebohongan. Itu jangan. Personal branding atau apalah saya enggak tahu. Apa adanya saja," kata dia.
Menolak Dipoles
Selama menjabat Wapres, Ma’ruf mengakui masih banyak hal yang belum bisa dikerjakan. Namun, ia tetap menolak dipuji dan dipoles seolah sudah mengerjakan semua hal saat menjabat.
"Dan kita tak usah khawatir 'kenapa kita tak bisa begini, tak bisa begini', ya memang kalau enggak bisa itu, ya seperti itu," pungkasnya.
Advertisement