Dana Investor Asing Masuk ke Pasar Modal Indonesia Sentuh Rp 22 Triliun pada September 2024

Pasar saham dimulai kuat didukung aliran masuk dana asing yang terus mengalir ke Indonesia. Aliran dana asing itu tidak hanya di saham blue chip.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Okt 2024, 09:00 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja minus MoM, tetapi aliran dana investor asing sentuh Rp 22 triliun.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja minus MoM, tetapi aliran dana investor asing sentuh Rp 22 triliun.

Mengutip riset PT Schroder Investment Management Indonesia, ditulis Jumat (18/10/2024), pasar saham dimulai dengan kuat didukung aliran masuk dana asing yang terus mengalir ke Indonesia. Aliran dana asing itu tidak hanya di saham blue chip bahkan ke nama-nama second tier di sektor konsumen. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli saham oleh investor asing mencapai Rp 44,23 triliun.

Akan tetapi, baik Bank Indonesia dan the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) dan 50 bps.

“Pasar berbalik turun memasuki paruh kedua September seiring dengan harga saham beberapa nama yang terjun dan menarik IHSG,” demikian seperti dikutip.

Hal itu didorong perlambatan ekonomi Amerika Serikat, pemilihan umum Amerika Serikat, geopolitik yang semakin intens di Timur Tengah dan pengumuman stimulus besar China.

Dari dalam negeri, pergerakan IHSG juga dipengaruhi laba korporasi yang sejauh ini masih kurang memuaskan. “Sementara banyak investor memperhatikan perkembangan di sisi politik seperti kabinet dan kebijakan,” demikian seperti dikutip.

Dari pasar obligasi, dalam riset Schroders menyebutkan, harga obligasi global terus naik pada September meski ada beberapa perbaikan dalam data tenaga kerja. Akan tetapi, pemulihan dalam lapangan kerja nonpertanian tambahan berada di bawah harapan.

“US Treasury 10 tahun reli sebesar 12 bps menjadi 3,78% pada Agustus. IndoGB juga mengalami reli, dengan yield 10 tahun turun -19 bps menjadi 6,44%,” demikian seperti dikutip.

“BI akhirnya dapat menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,00% dalam rapat pada September, sebuah keputusan yang diambil sehari sebelum FOMC. Penguatan signifikan Rupiah dalam dua bulan terakhir membantu memberikan kepercayaan diri kepada BI untuk melonggarkan kebijakan,” demikian seperti dikutip.

 


Fundamental Ekonomi

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun pemotongan suku bunga BI sebesar 25 bps membantu meredakan suku bunga jangka pendek dan BI juga mengurangi rentang hasil lelang SRBI.

“Fundamental Indonesia tetap baik menurut pandangan kami, meski kami mengakui saat ini berada dalam periode transisi yang mungkin membawa ketidakpastian terkait kebijakan dan dampaknya terhadap trajektori fiskal,”

Di sisi valuasi, yield IndoGB tenor 10 tahun yang berada pada 6,44% secara langsung terlihat mahal mengingat telah mengalami rally yang substansial dalam tiga bulan terakhir.

Secara relatif, tambahan yield sebesar 266 bps terhadap yield US Treasury sepuluh tahun masih terlihat mahal karena rata-rata lima tahun berada pada rentang yang lebih lebar di 480bps. Proporsi kepemilikan asing meningkat tipis menjadi 14,7%.

Dari makroekonomi, Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 6%. Selain itu, inflasi utama Indonesia terus menurun menjadi 2,12 persen pada Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya 2,13 persen. Kemudian S&P Global manufacturing purchasing manager index (PMI) Indonesia berada pada level 48,9 pada Agustus 2024.

Realisasi pendapatan negara hingga Agustus 2024 adalah sebesar Rp1,777 triliun (-2% YoY), 63,4% dari target anggaran negara sementara realisasi belanja negara mencapai Rp1,931 triliun (+15% YoY), 58,1% dari target anggaran negara


Prospek IHSG pada Era Prabowo

Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Presiden terpilih, Prabowo Subianto beberapa waktu lalu memanggil sejumlah tokoh yang didapuk sebagai calon menteri ke Kartanegara. Di antara yang hadir, ada beberapa yang menjadi perhatian pelaku pasar, seperti calon Menteri Keuangan (Menkeu).

Berembus spekulasi, Menteri Keuangan (Menkeu) saat ini, Sri Mulyani, akan melanjutkan tugasnya sebagai bendahara negara pada pemerintahan Prabowo Subianto. Sinyal ini rupanya disambut baik oleh pasar, yang dinilai memberikan kepastian mengenai kebijakan moneter ke depannya.

"Kalau dari sisi Menteri Keuangan sendiri, ini berkaitan langsung dari pasar obligasi pemerintah. Jadi ke depan dengan sudah mengerucut, itu jadi positive surprise. Ditambah lagi dengan tren suku bunga ke depan akan turun, ini akan positif ke pasar obligasi secara langsung," kata Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto dalam Mirae Asset Media Day, Kamis (17/10/2024).

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Selasa (15/10/2024). Penguatan IHSG terjadi di tengah sentimen dalam negeri yakni Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang telah memanggil calon menteri sejak Senin, 14 Oktober 2024. Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan Selasa pekan ini, IHSG melonjak 0,89 persen ke posisi 7.626,95.

"Untuk IHSG sendiri mungkin juga ada pengaruh. Kalau IHSG kita lihat selain pengumuman menteri juga suku bunga. Jadi dua-duanya pengaruhnya positif, lah. Jadi kita positif untuk saham dan obligasi di 2024 dan 2025," imbuh Rully.

 


Revisi Target IHSG

Pekerja melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi target IHSG akhir tahun di posisi 7.915. Sebelumnya, tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan IHSG akhir tahun di posisi 7.585. Belakangan, Rully mengakui IHSG memang cukup volatil namun lebih dikarenakan faktor global.

"Tadinya kita agak sedikit khawatir dengan kabinet dan lainnya. Tapi ternyata dari beberapa yang sudah dipanggil, saya rasa sudah ada satu yang positif surprise. Sehingga market lebih confidence," kata Rully.

Adapun revisi target IHSG sebelumnya, salah satunya merujuk pada sinyal pemangkasan suku bunga Bank Sentral, baik itu dari Bank Sentral Amerika maupun Bank Sentral Indonesia. Kemudian juga optimisme terhadap pemerintahan baru. Di sisi lain, ada ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada paruh kedua tahun ini, bersamaan dengan nilai tukar rupiah yang stabil.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya