Liputan6.com, Jakarta Konflik dalam hubungan pasangan sering kali lebih dari sekadar perbedaan pendapat atau kesalahpahaman sehari-hari. Salah satu faktor yang sering kali terabaikan adalah pengaruh dari inner child, yaitu bagian dari diri anda yang membawa kenangan, emosi, dan luka dari masa kecil yang belum terselesaikan.
Inner child dapat memengaruhi cara anda berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasangan, terutama ketika luka emosional dari masa lalu tersebut muncul kembali dalam situasi tertentu. Memahami dan menyembuhkan inner child ini menjadi penting untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling pengertian.
Advertisement
Dalam banyak kasus, konflik yang terjadi dalam hubungan bisa jadi merupakan cerminan dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi sejak kecil. Misalnya, seseorang mungkin bereaksi berlebihan terhadap kritik karena pernah mengalami penolakan atau pengabaian di masa lalu. Oleh karena itu, mengenali dan menyembuhkan luka inner child dapat membantu mengurangi konflik dan meningkatkan kualitas hubungan anda, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum'at (18/10/2024).
1. Inner Child Menyimpan Trauma Emosional dari Kecil
Inner child sering kali menyimpan luka emosional yang belum pulih, seperti trauma, perasaan ditinggalkan, atau merasa tidak dihargai yang dialami saat masih kecil. Luka-luka ini dapat menyebabkan reaksi berlebihan dalam hubungan. Sebagai contoh, jika di masa kecil kamu sering merasa diabaikan oleh orang tua, kamu mungkin akan merasa sangat tersinggung ketika pasangan tidak memberikan perhatian penuh, meskipun mereka sebenarnya sedang sibuk atau tidak bermaksud mengabaikanmu.
Contoh lainnya, pengalaman masa kecil seperti kekerasan verbal atau kurangnya apresiasi dapat membuatmu mudah tersinggung saat pasangan memberikan kritik. Reaksi yang muncul bukan hanya tentang kritik itu sendiri, melainkan tentang perasaan lama yang kembali timbul karena inner child yang belum terselesaikan.
Advertisement
2. Cara Berkomunikasi yang Buruk
Cara kamu berkomunikasi dalam hubungan sering kali dibentuk sejak masa kanak-kanak, terutama jika kamu tidak diajarkan bagaimana mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat. Inner child yang belum pulih bisa menyebabkan kesulitan dalam mengekspresikan emosi secara positif, sehingga kamu mungkin lebih cenderung marah, diam, atau menyalahkan pasangan saat menghadapi masalah.
Misalnya, jika semasa kecil kamu diajarkan untuk menahan perasaan atau dilarang menunjukkan emosi, inner child-mu dapat membuatmu merasa sulit untuk terbuka dengan pasangan. Sikap ini bisa memicu miskomunikasi dan kesalahpahaman yang dapat berakhir dengan pertengkaran.
3. Gampang Tersulut oleh Masalah Kecil
Inner child membuat anda lebih peka terhadap situasi yang mengingatkan pada pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan. Tindakan kecil dari pasangan dapat memicu reaksi berlebihan jika menyentuh luka lama yang belum sembuh. Misalnya, jika inner child-mu pernah merasa diabaikan, kamu mungkin akan merasa sangat tersinggung jika pasangan lupa memberi kabar atau pulang terlambat.
Kondisi ini dapat memperbesar masalah kecil menjadi konflik serius, karena inner child mencoba melindungi diri dari rasa sakit yang dialami di masa lalu. Akibatnya, kamu lebih sering bereaksi berdasarkan perasaan inner child daripada menghadapi situasi dengan pikiran yang tenang.
Advertisement
4. Perasaan Ketidakamanan yang Intens
Anak batin sering kali membawa perasaan tidak aman, seperti ketakutan akan ditinggalkan atau tidak dicintai. Perasaan ini dapat muncul dalam bentuk kecemasan, kecemburuan yang berlebihan, atau kebutuhan terus-menerus untuk mendapatkan validasi dari pasangan. Sebagai contoh, anak batin yang pernah merasa ditinggalkan oleh sosok penting di masa lalu mungkin akan sangat khawatir jika pasangan terlihat kurang perhatian atau sibuk dengan masalah lain.
Perasaan tidak aman ini bisa membuatmu sering mencari pembuktian atau validasi dari pasangan, dan ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi, kamu akan merasa terluka dan kecewa. Ketidakmampuan untuk merespons perasaan tidak aman ini secara dewasa menyebabkan anak batin mengendalikan emosimu, sehingga konflik dengan pasangan menjadi sulit dihindari.
Anak batin yang belum disembuhkan dapat sangat mempengaruhi dinamika hubungan dengan pasangan. Dengan memahami anak batin, kamu dapat lebih bijaksana dalam mengelola emosi dan berkomunikasi dengan pasangan, sehingga konflik dapat diminimalisir dan hubungan menjadi lebih harmonis.