Kisah Inspiratif Papa Udon, CEO Marugame yang Tidak Pernah Mengeluh Selama Melawan Kanker Kandung Kemih

Perjuangan Papa Udon Melawan Kanker dan Ketegaran Fanny Kondoh yang Menyentuh Hati

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 18 Okt 2024, 06:30 WIB
Keteguhan Hati Papa Udon: 5 Tahun Melawan Kanker Tanpa Keluhan (Tangkapan Layar TikTok Fanny Kondoh)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah suasana haru pemakaman Hajime Kondoh, yang dikenal sebagai Papa Udon, CEO Marugame Udon Indonesia, istri tercintanya, Fanny Kondoh, menyampaikan pesan penuh makna tentang perjalanan hidup dan perjuangan suaminya melawan kanker.

Papa Udon, yang telah menjadi mualaf dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, berpulang setelah berjuang selama lima tahun menghadapi kanker kandung kemih.

Dalam kata-katanya, Fanny mengenang momen-momen penting yang mereka lalui bersama. Terutama bagaimana suaminya menghadapi sakitnya tanpa pernah mengeluh, meski kondisinya semakin menurun setiap tahunnya.

"Saya ingin berterima kasih kepada semua yang hadir di sini, terutama kepada Pak Alwin dan Marugame. Kalau bukan karena Pak Alwin memperkenalkan saya pada Kondosan (panggilan sayang untuk Hajime Kondoh), mungkin saya tidak akan bertemu dengan belahan jiwa saya," kata Fanny di awal sambutannya, sambil menahan air mata.

Fanny kemudian mengenak perjuangan panjang sang suami dalam melawan kanker. Menurut Fanny, Papa Udon adalah sosok yang luar biasa kuat. Meski menghadapi rasa sakit yang tak terbayangkan, Papa Udon tidak pernah mengeluh atau menunjukkan kelemahahn di hadapan keluarganya.

Fanny bahkan merasa kagum dengan keteguhan hati sang suami. "Beliau 5 tahun tidak pernah mengeluh sakit. 'Kenapa kok aku kanker?' dan 'Kenapa kok ujian ini menimpa kepada saya', tidak pernah," kata Fanny, menirukan keteangan dan ketabahan suaminya selama sakit.

"Malahan keluhan itu selalu terus terucap dari lisan saya. Kenapa kamu yang kanker, bukan orang lain? Kamu tidak minum alkohol, kamu tidak ngerokok, kamu makan makanan sehat," tambahnya.

Fanny mengungkapkan bahwa Papa Udon selalu merespons kekhawatirannya dengan kata-kata yang menenangkan. "Kondosan cuma bilang, 'Ini adalah ujian saya. Tuhan memberi saya ujian. Aku baik-baik saja,'" ujar Fanny Kondoh.

 


Kata-Kata Papa Udon Jadi Pegangan Fanny Kondoh

Keteguhan Hati Papa Udon: 5 Tahun Melawan Kanker Tanpa Keluhan (Tangkapan Layar TikTok Fanny Kondoh)

Setiap kali Fanny khawatir, Papa Udon selalu menenangkannya dengan mengatakan,"Sayang, aman? Aman." Kata-kata tersebut menjadi pegangan Fanny selama lima tahun mereka menghadapi cobaan yang luar biasa ini.

"Di depan saya, dia tidak pernah menjadi sosok suami yang lemah, meskipun raganya sudah tidak lagi sekuat dulu," tambah Fanny dengan mata yang basah oleh air mata.

Fanny, yang lahir sebagai seorang Muslim, mengungkapkan bahwa meski Papa Udon adalah seorang mualaf, dia banyak belajar dari suaminya tentang kebaikan dan sikap baik terhadap sesama manusia. Papa Udon, meskipun menjalani perjuangan berat melawan penyakit, selalu berusaha untuk tetap kuat dan tegar demi keluarganya.

"Setiap tahun Kondosan tambah drop, tambah drop," kenang Fanny. "Tapi beliau selalu berusaha mengatur segala sesuatunya. Meski jalannya kencot-kencot, meski tubuhnya lumpuh setengah badan, dia tidak pernah menyerah."

Kehadiran Papa Udon yang begitu penuh kasih dan pengabdian telah meninggalkan kesan mendalam dalam hati Fanny. Meski kini suaminya telah pergi, Fanny yakin bahwa Hajime akan selalu menjaganya dari tempat yang lebih damai.

Pidato Fanny ini menjadi viral di berbagai platform media sosial, khususnya TikTok, di mana banyak pengguna yang merasa terharu dengan kisah cinta mereka.

Perjuangan dan ketegaran Hajime Kondoh, serta cinta sejati yang mereka miliki, menjadi inspirasi bagi banyak orang yang juga sedang menghadapi cobaan hidup.


Cerita Haru Fanny Kondoh, Beli Makam Suami-Istri Sebelum Papa Udon Meninggal

Keteguhan Hati Papa Udon: 5 Tahun Melawan Kanker Tanpa Keluhan (Tangkapan Layar TikTok Fanny Kondoh)

Fanny Kondoh membagikan kisah yang begitu mengharukan dan penuh makna di TikTok beberapa bulan sebelum kepergian sang suami. Tepat empat bulan sebelum Papa Udon meninggal karena kanker pada Rabu, 16 Oktober 2024, Fanny mengunggah sebuah video yang menceritakan keputusan tak biasa mereka: membeli makam suami-istri secara tunai, sebelum mereka memiliki rumah sendiri.

Dalam video yang diunggah pada 6 Juni 2024, Fanny dengan nada bercanda tapi penuh ketulusan mengatakan, "Orang gila mana yang rumah aja masih ngontrak, malah prioritasin beli kuburan suami-istri dan malah dibayar cash? Ya, orang gila itu adalah aku."

Keputusan ini tidak hanya mengejutkan banyak orang, tapi juga menyiratkan pandangan hidup yang begitu mendalam. Fanny menjelaskan bahwa harga rumah sangat mahal, dan mereka berdua berusaha menghindari utang riba.

"Kalau rumah kan miliaran, dan aku sangat menghindari hutang riba. Jadi, belum berani dulu. Kalau kuburan kan masih terjangkau dan bisa dibayar cash," ujarnya.

Bagi Fanny dan Papa Udon, membeli tanah makam adalah langkah bijak karena pada akhirnya, setiap manusia pasti akan menghadapi kematian. Mereka merasa lebih nyaman mempersiapkan 'rumah terakhir' mereka, yakni liang lahat, dibanding harus berhutang demi membeli rumah di dunia.

"Nggak papa tinggalnya ngontrak dulu, yang penting enggak pakai hutang riba. Rumah terakhir kita itu ya liang lahat kita," jelasnya dengan penuh keyakinan.


Diskusi Tentang "Rumah Terakhir" Bersama Papa Udon

Lima Tahun Berjuang Melawan Kanker, CEO Marugame Udon Indonesia, Papa Udon Meninggal Dunia dalam Keadaan Senyum (Tangkapan Layar TikTok Fanny Kondoh)

Keputusan ini bukan hanya soal membeli makam. Fanny juga berbagi momen manis saat mereka mendiskusikan detail kecil yang menyentuh hati tentang posisi mereka di makam nanti. Saat mereka datang melihat progres pembangunan makam, Fanny bertanya pada Papa Udon,"Nanti honey mau di kanan atau di kiri gitu, kan? Terus Papa Udon jawab, samain aja deh sama posisi kita tidur. Kamu di kanan, aku di kiri," katanya.

Meskipun terdengar ekstrem dan sedikit sarkas, Fanny menekankan bahwa memikirkan kematian dan akhirat adalah hal yang penting dalam hidup. "Hidup ini sebentar, kita enggak akan lama-lama di dunia ini," tambahnya dengan nada penuh kesadaran.

Fanny juga mengungkapkan bagaimana memiliki makam suami-istri membuatnya merasa lebih tenang. “Sejak aku punya kuburan suami-istri sama Papa Udon, jauh di dalam lubuk hati aku, aku tuh selalu ngerasa tenang karena aku selalu inget kematian," katanya.

Rasa ingat akan kematian ini mendorong Fanny untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Dia berusaha menjadi istri yang patuh, rajin bersedekah, berdoa, dan beribadah. "Jadi, apapun amalan yang bisa berpahala dan bisa menemani aku nanti di alam kubur, di akhirat nanti, itu pasti bakalan aku lakuin," tambahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya