Hari Osteoporosis Sedunia 2024, Ketahui 4 Alasan Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Alami Keropos Tulang

Osteoporosis adalah penyakit serius dan merupakan penyakit tulang yang paling umum di mana perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis ketimbang pria.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Okt 2024, 15:00 WIB
Hari Osteoporosis Sedunia 2024, Ketahui 4 Alasan Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Alami Keropos Tulang/freepik

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 20 Oktober diperingati sebagai Hari Osteoporosis Sedunia. Memperingati hari ini, dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RS EMC Grha Kedoya, Handriadi Winaga mengungkap fakta soal keropos tulang.

Menurutnya, osteoporosis adalah penyakit serius dan merupakan penyakit tulang yang paling umum. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis ketimbang pria.

Penyakit tulang ini mampu mempengaruhi satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria berusia di atas 50 tahun di seluruh dunia. Akibatnya para pengidap mengalami kerapuhan pada fraktur tulang, sehingga risiko patah tulang meningkat,” jelas Handriadi mengutip laman resmi EMC, Jumat (18/10/2024).

Setidaknya ada empat alasan mengapa perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis, yakni:

Tulang Perempuan Lebih Kecil dan Ringan

Kebanyakan wanita memiliki postur tubuh lebih pendek dan lebih kecil daripada pria, tulang mereka juga lebih ringan dan lebih rentan patah. Apalagi ditambah dengan massa otot yang kurang.

“Jika berat badan Anda 56 kg atau kurang, tulang Anda berisiko tinggi mengalami osteoporosis. Melakukan latihan beban, seperti angkat beban dan berlari atau berjalan, ditambah mengonsumsi makanan kaya kalsium dapat membantu tulang Anda tumbuh lebih kuat saat Anda masih muda,” papar Handriadi.


Menopause Kurangi Hormon Pelindung Tulang

Ketika memasuki masa menopause, tubuh perempuan telah memperlambat produksi hormon estrogen.

Estrogen melindungi tulang dari kehilangan kalsium. Tanpa estrogen yang cukup, perempuan dapat kehilangan sebanyak seperempat massa tulang dalam 10 tahun pertama menopause, menurut Kantor Kesehatan Wanita.

Melakukan pemindaian DXA atau Bone Mineral Density (BMD) pada usia 50 tahun atau saat memasuki masa menopause dapat membantu memahami apa yang terjadi pada tulang.


Kehamilan Sebabkan Penurunan Mineral Tulang

Jika perempuan tengah hamil atau menyusui, maka ibu hamil perlu melengkapi pola makan dengan kalsium dan vitamin D. Kedua unsur ini digunakan oleh bayi yang sedang tumbuh untuk membentuk tulang yang sehat.

“Jika Anda tidak mendapatkan cukup vitamin dan mineral tersebut dari pola makan Anda, tubuh Anda akan mengambil kalsium dari tulang Anda. Namun, sebagian besar wanita mendapatkan kembali massa tulang setelah melahirkan,” papar Handriadi.


Diet yang Tidak Tepat

Mengatur pola makan atau diet untuk memperbaiki penampilan memang tak ada salahnya, asalkan tubuh tetap mendapatkan asupan gizi yang tercukupi.

“Namun, perlu berhati-hati bila menjalankan diet ketat. Sebab, diet ini bisa merugikan kondisi tulang, sehingga mengakibatkan osteoporosis.”

Menurut seorang fisiolog dari ARS Western Human Nutrition Research Center di San Francisco, Amerika Serikat, perempuan yang membatasi asupan makanannya sehari-hari, memiliki kepadatan dan kandungan mineral tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan yang tak peduli dengan dietnya.

Dari berbagai macam diet, diet tinggi protein mesti diwaspadai. Diet jenis ini bisa membuat kalsium terbuang banyak saat berkemih. Hal inilah yang ujung-ujungnya bisa meningkatkan risiko osteoporosis.

“Yang perlu diingat, meski kita sudah mengonsumsi berbagai macam sumber kalsium, kesehatan tulang tak akan tercapai bila kita tak mengonsumsi buah, sayur, dan protein yang cukup. Pasalnya, tubuh membutuhkan protein dan nutrisi lainnya untuk kesehatan tulang,” pungkas Hardiadi.

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya