Kepemilikan ETF Bitcoin Morgan Stanley Melonjak Jadi USD 272,1 Juta, Ini Pemicunya

Raksasa Wall Street Morgan Stanley telah meningkatkan eksposurnya terhadap Bitcoin secara signifikan, dengan kepemilikan ETF Bitcoin-nya

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Okt 2024, 11:34 WIB
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Raksasa Wall Street Morgan Stanley telah meningkatkan eksposurnya terhadap Bitcoin secara signifikan, dengan kepemilikan ETF Bitcoin-nya kini melebihi USD 272,1 juta.

Ini menandai lebih dari dua bulan sejak perusahaan investasi besar itu mulai menyediakan eksposur tidak langsung terhadap Bitcoin melalui ETF kepada kliennya.

Saat ini, kepemilikan ini mewakili 0,02% dari total aset perusahaan senilai USD 1,2 triliun yang dikelolanya. Morgan Stanley mendesak para chief investment officer untuk berinvestasi pada saham penambangan Bitcoin.

Investasi Morgan Stanley

Baru-baru ini, Morgan Stanley memberdayakan ribuan penasihat keuangannya untuk menawarkan klien yang memenuhi syarat kesempatan untuk berinvestasi dalam ETF Bitcoin spot.

Hal ini menyusul persetujuan SEC atas ETF Bitcoin spot awal tahun ini, yang mendorong lembaga keuangan untuk segera memanfaatkan peningkatan permintaan investasi mata uang kripto. Akibatnya, arus masuk ke ETF Bitcoin telah melampaui ekspektasi.

Melansir Cryptopolitan News, Minggu (20/10/2024), kepala penelitian global perusahaan tersebut baru-baru ini menyoroti saham penambangan Bitcoin sebagai jalan investasi baru yang menjanjikan bagi para CIO. Investasi ini dapat memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang yang terkait dengan inovasi dalam sumber energi, mulai dari gas alam hingga tenaga nuklir.

 


Prediksi Bitcoin

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Kepala penelitian aset digital VanEck, Mathew Sigel, membagikan hal ini dalam sebuah unggahan media sosial pada tanggal 14 Oktober.

Saran tersebut, yang merupakan bagian dari pengarahan terbaru yang diberikan kepada para CIO perusahaan manajemen aset yang signifikan, menekankan bagaimana peraturan masa depan yang mengharuskan pusat data untuk menambah lebih banyak pembangkitan daya dapat meningkatkan permintaan untuk sektor yang membutuhkan banyak energi seperti penambangan Bitcoin.

Di samping itu, ada kemungkinan bahwa peraturan serupa akan diperluas ke wilayah lain, yang akan meningkatkan peluang investasi baru dalam pembangkit listrik tenaga nuklir dan gas alam. Sementara, lembaga keuangan lain juga optimis terhadap mata uang kripto.

JPMorgan, misalnya, memprediksi pertumbuhan yang kuat untuk Bitcoin dan stablecoin pada tahun 2025, dengan mengutip potensi perubahan regulasi dan faktor geopolitik sebagai pendorongnya. Analis bahkan berspekulasi bahwa masa jabatan presiden Donald Trump dapat menyebabkan lonjakan permintaan Bitcoin karena investor berusaha melindungi diri dari penurunan nilai mata uang.

Analis JPMorgan menunjukkan bahwa sebagian besar likuidasi yang terkait dengan kebangkrutan Mt. Gox dan Genesis serta penjualan Bitcoin oleh pemerintah Jerman pada dasarnya telah berakhir. Perkembangan ini, dikombinasikan dengan meningkatnya minat institusional, menunjukkan prospek positif bagi pasar mata uang kripto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya