Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia kembali mengalami surplus neraca perdagangan pada September 2024. Dengan realisasi ini maka Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan selama 53 bulan secara beruntun sejak Mei 2020. Surplus neraca dagang pada September 2024 sebesar USD 3,26 miliar.
Surplus September 2024 ini didorong surplus nonmigas sebesar USD 4,62 miliar dan defisit migas sebesar USD 1,36 miliar. Sementara itu, secara akumulatif, pada periode Januari— September 2024, Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 21,98 miliar. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar USD 37,03 miliar dan defisit migas sebesar USD 15,05 miliar.
Advertisement
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, dengan capaian surplus ini, neraca perdagangan Indonesia meneruskan tren surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Ia pun optimistis, kinerja ekspor akan terus membaik. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan pasar potensial serta strategi promosi dan ekspansi pasar perlu terus diupayakan baik di kawasan tradisional maupun nontradisional.
“Pergelaran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-39 pada 9—12 Oktober 2024 telah usai dengan capaian nilai transaksi tercatat sebesar USD 22,73 miliar. Hal ini membuktikan bahwa produk ekspor Indonesia masih memiliki daya saing yang tinggi,” ujar Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/10/2024).
Lebih lanjut, Mendag menjelaskan, Amerika Serikat (AS), India, Filipina, Jepang, dan Belanda masih menjadi penyumbang surplus perdagangan terbesar selama September 2024 dengan nilai surplus masing-masing sebesar USD 1,20 miliar, USD 0,90 miliar, USD 0,78 miliar, USD 0,42 miliar, dan USD 0,37 miliar. Sementara itu, negara yang menjadi penyebab defisit perdagangan nonmigas pada September 2024 adalah Tiongkok, Singapura, Australia, Thailand, dan Jerman dengan total defisit USD 1,55 miliar.
Sepanjang periode Januari—September 2024, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 192,85 milliar, naik 0,32 persen dibandingkan 2023. Dari total nilai ekspor tersebut, nilai ekspor untuk nonmigas mencapai USD 181,15 miliar, naik 0,39 persen dibanding periode yang sama pada 2023.
“Sepanjang tahun 2024, pertama kalinya kinerja ekspor nonmigas kumulatif Januari— September 2024 mampu melampaui tahun 2023,” jelasnya.
Ekspor Non Migas
Pada September 2024, total ekspor Indonesia mencapai USD 22,08 miliar. Nilai ini naik 6,44 persen dibanding September 2023 (YoY) sekaligus turun 5,80 persen dibandingkan Agustus 2024 (MoM). Sementara itu, nilai ekspor nonmigas September 2024 tercatat USD 20,91 miliar dan migas USD 1,17 miliar.
Nilai ekspor nonmigas September 2024 turun 5,96 persen jika dibandingkan dengan Agustus 2024 (MoM), namun naik 8,13 persen jika dibandingkan dengan September 2023 (YoY).
Secara rinci, Mendag menjelaskan, pada September 2024, penurunan kinerja ekspor nonmigas secara bulanan terjadi pada sektor industri dan pertambangan. Sektor dengan penurunan terdalam dibanding bulan sebelumnya terjadi pada industri dengan penurunan sebesar 6,38 persen, diikuti pertambangan 5,43 persen. Sedangkan, ekspor sektor pertanian tumbuh sebesar 2,95 persen (MoM).
Beberapa produk utama ekspor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada September ini, di antaranya adalah kakao dan olahannya (HS 18) yang naik 17,56 persen; besi dan baja (HS 72) 10,41 persen; kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) 10,26 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) 9,71 persen; serta bahan bakar mineral (HS 27) 4,58 persen (MoM).
Sedangkan, pelemahan pada beberapa produk ekspor nonmigas, di antaranya adalah bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang turun 32,00 persen; pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) (HS 62) 25,54 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) 22,49 persen, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) 21,26 persen; dan tembakau dan rokok (HS 24) 18,97 persen (MoM).
Advertisement
Berdasarkan Negara
Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan, Tiongkok, AS, dan Jepang masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada September 2024 dengan nilai mencapai USD 9,11 miliar. Ketiga negara ini berkontribusi sebesar 43,57 persen dari total ekspor nonmigas nasional.
“Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2024 yang diproyeksikan meningkat memberikan sinyal positif bagi kinerja ekspor Indonesia ke Tiongkok yang tumbuh 0,34 persen pada September 2024,” terang Mendag Zulkifli Hasan.
Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara pada September 2024 dengan peningkatan terbesar, antara lain ke Swiss yang naik 273,91 persen, diikuti Federasi Rusia 43,29 persen, Brasil 37,22 persen, Hong Kong 35,93 persen, dan Belgia 18,60 persen, (MoM).
Ditinjau dari kawasannya, Mendag Zulkifli Hasan menyebut, kawasan tujuan ekspor nonmigas yang meningkat signifikan, di antaranya adalah Eropa Timur dengan kenaikan 63,81 persen, Afrika Barat 32,94 persen, dan Eropa Barat 25,00 persen.