Tengok Rekomendasi Saham BRIS dari Mandiri Sekuritas

Aset BSI tercatat tumbuh sebesar 15,10 persen yoy menjadi Rp360,85 triliun. Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp 257,39 triliun atau tumbuh 15,99 persen yoy.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Okt 2024, 16:25 WIB
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Mandiri Sekuritas mengeluarkan merekomendasi terbaru untuk para investor mengenai PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Mandiri Sekuritas merekomendasikan beli sahamBRIS dengan target harga Rp3.500 per lembar saham

“Valuasi ini kita tempatkan di price to book (PB), targetnya itu di 3,6 kali tahun ini dan 3,1 kali untuk tahun 2025. Ini sudah mendekati BCA yang 5 kali book secara valuasi," kata Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dikutip dari Antara, Sabtu (19/10/2024).

"Dan itu valuasi multiple-nya juga lebih baik dibandingkan BRI dan Mandiri dalam hitungan kami,” tambah Kresna Hutabarat.

Di antara tujuh bank terbesar di Indonesia, Kresna mengatakan bahwa ekspektasi pasar modal terhadap pertumbuhan laba bersih BSI termasuk yang tertinggi yakni mencapai 19,3 persen pada tahun penuh 2024 dan 20,8 persen pada tahun penuh 2025.

Nilai ekuitas BSI juga diekspektasikan tumbuh tinggi di antara tujuh bank terbesar, yaitu sebesar 15,7 persen pada 2024 dan 16,3 persen pada 2025. Adapun return on equity (ROE) BSI diperkirakan meningkat ke kisaran 17 persen pada 2025 dari kisaran 16 persen pada 2024.

BRIS pada perdagangan Jumat (18/10) ditutup di level Rp 3.100. Secara year to date (ytd), Kresna mengatakan bahwa kenaikan harga saham BSI berhasil melampaui kenaikan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kelompok 45 saham unggulan (LQ45), dan rata-rata harga saham empat bank besar (big four banks). Bahkan, melampaui kenaikan nilai S&P 500, Hang Seng Index, dan emas dunia secara year to date.

“Di tahun ini memang pendorong peningkatan harga saham BSI lebih didorong oleh valuasi, PBV multiple changes kalau dibandingkan itu sekitar 49 persen atau hampir 50 persen dari kenaikan harga sahamnya atau shareholder return yang sebesar 75 persen itu didongkrak oleh valuasi yang didorong oleh ekspektasi ROE dan kepercayaan investor kepada prospek pertumbuhan BSI itu sendiri,” kata Kresna.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Kinerja Perusahaan

Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada semester I 2024, BSI mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 20,28 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp3,4 triliun. Komposisi dana murah (CASA) mencapai 62,05 persen, sementara komposisi pembiayaan 71,73 persen berada di segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM.

Dana pihak ketiga (DPK) BSI tumbuh 17,50 persen yoy menjadi Rp296,70 triliun per Juni 2024. Kinerja tabungan naik 16,09 persen ke level Rp128,78 triliun. Dari total tabungan itu, sekitar 39 persen atau Rp49,96 triliun merupakan tabungan wadiah di mana perusahaan tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga level cost of fund (CoF).

Aset BSI tercatat tumbuh sebesar 15,10 persen yoy menjadi Rp360,85 triliun. Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp 257,39 triliun atau tumbuh 15,99 persen yoy. Adapun rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) yang turun ke level 1,99 persen (gross), jauh membaik dibandingkan Juni 2023 yang sebesar 2,31 persen.

Per akhir Juni tahun ini, pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44 persen menjadi Rp12,08 triliun serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01 persen menjadi Rp2,48 triliun.

Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87 persen ke level 69,23 persen. Rasio profitabilitas ROE perusahaan juga tercatat membaik ke level 17,88 persen, naik dari 17,27 persen posisi Juni 2023.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya