Keputihan: Definisi, Penyebab, Jenis, dan Minum Apa agar Keputihan Hilang?

Waspada! Ini 3 Penyebab Keputihan dan Cara Pencegahannya Menurut Ahli

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 20 Okt 2024, 09:19 WIB
Jangan Panik, Ini 3 Penyebab Keputihan dan Cara Mengatasinya (Foto: Ilustrasi AI)

Liputan6.com, Jakarta - Keputihan merupakan kondisi umum yang dialami oleh banyak perempuan, tapi tidak semua jenis keputihan itu sama. Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas HKBP Nommensen, Medan, Sumatera Utara, Dr. Leo Simanjuntak, SpOG, menjelaskan secara detail jenis-jenis keputihan, penyebab, serta cara pencegahannya.

Keputihan Itu Disebabkan Oleh Apa?

Menurut Dr. Leo, keputihan umumnya disebabkan oleh tiga faktor utama: bacterial vaginosis (BV), kandidiasis, dan trikomoniasis. Ketiga jenis ini memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dari karakteristik keputihan dan gejala klinisnya:

  1. Bacterial Vaginosis (BV): Ditandai dengan keputihan berwarna putih keabu-abuan, tipis, dan homogen, serta bau amis yang menyengat.
  2. Kandidiasis: Keputihan tampak kental, berwarna putih seperti susu atau gumpalan nasi lembek, dan sering disertai rasa gatal yang mengganggu.
  3. Trikomoniasis: Ciri khasnya keputihan berwarna putih kekuningan, berbusa, disertai rasa panas atau terbakar di area vagina, serta pembengkakan (edema) pada jaringan.

Bacterial Vaginosis: Kasus Paling Umum dan Dampaknya

"Bacterial vaginosis merupakan jenis keputihan yang paling sering terjadi dibandingkan kandidiasis atau trikomoniasis," kata Leo dalam diskusi media bersama Yakult di Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Bidan 2024 pada Sabtu, 19 Oktober 2024.

Dia menekankan bahwa BV bukan disebabkan oleh infeksi dari luar, melainkan akibat ketidakseimbangan flora normal di vagina. Di dalam vagina yang sehat, bakteri baik seperti Lactobacillus mendominasi lebih dari 90 persen.

Namun, pada kasus BV, jumlah bakteri anaerob meningkat dan menggeser dominasi Lactobacillus. "Jika keseimbangan ini terganggu, flora yang seharusnya melindungi malah terancam," tambahnya.

BV dapat berdampak serius, terutama bagi ibu hamil. "BV meningkatkan risiko keguguran dan infeksi pascapersalinan, termasuk setelah operasi sesar," kata Leo.

Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mewaspadai keputihan dan segera berkonsultasi dengan dokter jika muncul gejala.

 


Mencuci Vagina Berlebihan Tingkatkan Risiko Keputihan Bacterial Vaginosis

Jangan Panik, Ini 3 Penyebab Keputihan dan Cara Mengatasinya (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Dr. Leo juga menyoroti kebiasaan mencuci vagina secara berlebihan yang justru dapat meningkatkan risiko BV. "Membersihkan vagina secara berlebihan dapat merusak flora normal. Ketika jumlah Lactobacillus berkurang, bakteri anaerob punya kesempatan untuk berkembang," jelasnya.

Dia menegaskan bahwa membersihkan vagina sebaiknya hanya dilakukan bila diperlukan, terutama saat perawatan medis. "Biarkan vagina menjaga keseimbangannya sendiri. Pembersihan tambahan hanya dibutuhkan saat ada indikasi medis tertentu," kata Dr. Leo.

Dia mengimbau untuk bijak dalam menjaga kebersihan area intim dan tidak tergoda untuk membersihkan vagina secara berlebihan. "Ada penelitian yang menunjukkan bahwa mencuci vagina secara berlebihan justru memperburuk kondisi flora normal," ujarnya.


Keputihan Bisa Diobati Dengan Apa?

Jangan Panik, Ini 3 Penyebab Keputihan dan Cara Mengatasinya (Foto: Ilustrasi AI)

Pengobatan BV umumnya menggunakan antibiotik. Namun, Dr. Leo mengingatkan bahwa antibiotik saja tidak cukup. Akan lebih baik jika diimbangi juga dengan pemberian probiotik.

"Pengobatan memang dimulai dengan antibiotik, tapi flora normal juga perlu dipulihkan agar infeksi tidak berulang," katanya.

Berapa Banyak Probiotik Per Hari untuk BV?

Pertama, perlu diingat bahwa BV itu adalah penyakit. Untuk pengobatannya, probiotik bukanlah solusi utama. Leo, mengatakan, pengobatan BV sudah ada standar medisnya, dan itu tidak melibatkan probiotik sebagai pengobatan utama.

Lalu, di mana peran probiotik? Berdasarkan banyak penelitian, ternyata jika pengobatan standar dikombinasikan dengan probiotik, hasilnya jauh lebih baik. "Tidak hanya penyembuhannya yang lebih optimal, tapi kekambuhan BV juga berkurang secara signifikan dibandingkan dengan hanya menggunakan obat standar," ujarnya.

Lantas, berapa lama probiotik sebaiknya dikonsumsi? Berdasarkan studi, minimal penggunaan probiotik adalah satu bulan, tapi yang terbaik adalah selama 60 hari.

"Dalam studi-studi tersebut, probiotik diberikan dalam dosis tertentu, biasanya satu atau dua kali sehari, dengan durasi penggunaan 1-2 bulan," tambahnya.

Memang, probiotik bukanlah obat, melainkan lebih mirip dengan makanan yang bisa dikonsumsi dalam jangka panjang. Namun, Leo mengingatkan harus tetap berhati-hati dan memperhatikan efek sampingnya.

"Meski begitu, hingga saat ini, penggunaan probiotik selama 60 hari tidak menunjukkan efek samping, justru memberikan manfaat besar untuk pengobatan BV," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya