Prabowo Diharapkan Mampu Angkat Indonesia ke Peringkat Ekonomi Top 13 Dunia

Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan harapannya agar Prabowo Subianto mampu membawa perekonomian Indonesia naik dari peringkat 16 ke peringkat 13 dunia di akhir masa jabatannya pada 2029.

oleh Tim News diperbarui 20 Okt 2024, 14:58 WIB
Presiden Prabowo Subianto (BAY ISMOYO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan harapannya agar Prabowo Subianto mampu membawa perekonomian Indonesia naik dari peringkat 16 ke peringkat 13 dunia di akhir masa jabatannya pada 2029.

Denny bahkan memproyeksikan bahwa jika Prabowo terpilih kembali, Indonesia bisa masuk dalam jajaran 10 besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2034.

“Inilah skenario terbaik yang bisa dibuat Prabowo untuk Indonesia. Di akhir jabatannya yang pertama (2029), peringkat ekonomi Indonesia melonjak tiga tingkat, dari peringkat ke-16 menjadi peringkat ke-13 dunia," kata Denny.

Denny mendasarkan harapannya atas prediksi Lembaga kredibel seperti Bank Dunia dan McKinsey. Dua lembaga ini melaporkan Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045-2050.

Di antara negara-negara dengan ekonomi besar, di tahun itu Indonesia akan bergabung dengan Cina, India, dan Amerika Serikat di puncak ekonomi global.

"Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-16 ekonomi dunia. Perjalanan untuk naik 12 peringkat dalam 20 tahun ke depan adalah pencapaian besar, tetapi bukan tidak mungkin jika ditangani dengan strategi yang tepat."

"Jika dalam 20 tahun Indonesia bisa melompat naik dari peringkat 16 dunia (2024) menjadi peringkat 4 dunia (2045), berarti rata-rata setiap lima tahun, peringkat Indonesia naik 3 tingkat."


Tantangan

Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA (Istimewa)

Namun Denny JA juga menggaris-bawahi dua tantangan yang kini dihadapi Prabowo. Itu soal bahaya korupsi dan rapor merah demokrasi.

"Korupsi ibarat karat yang menggerogoti mesin negara. Ketika dana publik disalahgunakan atau bocor, pembangunan infrastruktur terhambat, investasi tidak datang, dan masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan."

"Menurunnya kualitas demokrasi juga perlu mendapatkan perhatian. Kelemahan demokrasi ini tampak pada melemahnya lembaga-lembaga untuk check and balances, seperti melemahnya DPR dan partai politik."

Demokrasi yang sehat adalah fondasi penting untuk mencapai kemajuan ekonomi yang berkelanjutan. Tanpa demokrasi yang kuat, kebijakan ekonomi sering kali diambil tanpa konsultasi publik yang cukup, sehingga legitimasi dan dukungan terhadap kebijakan menjadi lemah.

 


Survei

Denny JA juga menyinggung hasil survei lembaganya. Survei LSI Denny JA di bulan Oktober 2024 menunjukkan Prabowo berada di puncak favourability. Sekitar lebih dari 90 persen publik Indonesia menyukainya.

Sejak tahun 2009, dalam survei LSI Denny JA, Prabowo tak pernah memiliki favourability setinggi itu. Kini harapan publik sangat tinggi padanya.

"Namun harapan publik yang tinggi adalah pedang bermata dua. Ia bisa menjadi basis legitimasi agar Presiden Prabowo berani membuat kebijakan keras seperti zero toleransi atas korupsi."

"Harapan yang tinggi dapat pula punya risiko publik mudah kecewa. Itu jika sampai 100 hari pertama, enam bulan pertama, setahun pertama, belum ada tanda-tanda prestasi pembeda dari Prabowo, harapan itu cepat kempis."

"Jika Prabowo berhasil, ia tidak hanya akan dikenang sebagai presiden, tetapi sebagai seorang pemimpin yang memandu Indonesia ke arah kebangkitan baru di panggung global," pungkasnya.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya