Top 3 Islami: Amalan Doa Pelunas Utang dan Rezeki Lancar Rasulullah SAW, Dibagikan Habib Umar bin Hafidz

Artikel yang mengulas amalan pelunas utang dan doa rezeki lancar seperti dicontohkan Rasulullah SAW menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Minggu (20/10/2024)

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 21 Okt 2024, 06:30 WIB
Kolase Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Habib Umar bin Hafidz (Foto: Instagram/ustadzabdulsomad_official dan YouTube Nabawi TV)

Liputan6.com, Jakarta - Tak dipungkiri, di antara kita ada yang terjerat utang karena terkadang rezeki tak jua didapat untuk melunasinya. Karena itu, seorang muslim wajib berikthtiar melunasinya.

Selain upaya lahir, sebagai orang beriman, sandaran paling kuat lagi bisa diandalkan adalah Allah SWT. Karenanya, seorang muslim dianjurkan untuk berdoa.

Artikel yang mengulas amalan pelunas utang dan doa rezeki lancar seperti dicontohkan Rasulullah SAW menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Minggu (20/10/2024).

Adalah Habib Umar bin Hafidz yang menjelaskan dengan tuntas tentang amalan rezeki ini.

Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah penjelasan Ustadz Abdul Somad (UAS) tentang sedekah dengan uang hasil bunga bank. Sebuah ulasan terkait riba.

Sementara, artikel ketiga yaitu kritik pedas Gus Baha untuk kiai atau ustadz yang orientasinya honor alias gaji.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:


1. Amalan Doa Pelunas Utang dan Rezeki Lancar dari Rasulullah SAW, Dibagikan Habib Umar bin Hafidz

Habib Umar bin Hafidz menjawab pertanyaan dari kelompok LGBT Malaysia. (YouTube Nabawi TV)

Dalam masa sulit, banyak manusia mengeluhkan masalah rezekinya, terlebih sedang dililit utang. Masalah ekonomi ini juga dihadapi oleh seorang muslim.

Umat Islam jangan pernah khawatir dengan masalah rezeki termasuk banyak utangnya. Ada banyak amalan dari para ulama yang berkhasiat melancarkan rezeki agar melunasi utang. Salah satunya doa dari Rasulullah SAW.

Ulama asal Yaman, Habib Umar bin Hafidz membagikan amalan doa Rasulullah SAW yang yang berkhasiat untuk melancarkan rezeki dan juga pelunas utang. Doa ini berasal dari kisah Sayyidina Hasan.

"Disebutkan dalam biografi Sayyidina Hasan bin Ali. Termasuk syarat yang beliau tuliskan dalam surat kepada Muawiyah bin Abi Sufyan agar ia mengirimkan 100 ribu dinar setiap tahun kepada beliau dari harta kaum muslimin untuk dibelanjakan, untuk para tamu dan kemaslahatan melalui tangan beliau," kata Habib Umar bin Hafidz, dikutip dari YouTube Rumah Muslimin TV, Sabtu (19/10/2024).

Namun, hal itu hanya berjalan setahun. Tahun berikutnya putus. Sayyidina Hasan pun punya banyak utang.

"Beliau orang yang mulia penjamu tamu, pembawa maslahat, dan yang selalu memberi dan berinfaq. Beliau pun berkeinginan mengingatkan sang penguasa dengan janjinya antara beliau dan dia dengan syarat yang ada (di awal perjanjian)," lanjut Habib Umar.

Selengkapnya baca di sini


2. Apakah Sedekah dari Hasil Bunga Bank Dapat Pahala? Begini Jawaban Ustadz Abdul Somad

Ustaz Abdul Somad alias UAS membahas masalah pemanggilan arwah (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/)

Tak hanya ibadah wajib, Islam juga mengajarkan kita untuk banyak melakukan amalan sunnah seperti bersedekah. Di antara keutamaan bersedekah terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui".

Sedekah dapat diberikan dalam bentuk materi ataupun nonmateri. Sedekah juga harus diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. 

Lantas, jika kita memiliki harta dalam bentuk bunga bank sebagaimana diketahui jika uang tersebut jelas riba namun kemudian disedekahkan, maka bagaimanakah hukumnya dalam Islam?

Apakah hal itu diperbolehkan dan tetap mendapatkan pahala? Berikut penjelasannya merangkum dari berbagai sumber.

Selengkapnya baca di sini


3. Kritik Pedas Gus Baha untuk Kiai atau Ustadz, Simak Baik-Baik

Ustadz Abdul Somad (UAS) dan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (Foto: istimewa)

Fenomena kiai dan ustadz di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang cukup signifikan. Banyak yang menilai bahwa semangat dan motivasi untuk menjadi seorang ulama tak lagi murni seperti dahulu.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, seorang ulama terkemuka dari Rembang, menyampaikan kritik tajam terhadap fenomena ini dalam sebuah tayangan video yang viral.

Gus Baha mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya orang yang ingin menjadi kiai, tetapi dengan motif yang kurang tulus.

"Dulu, seorang kiai adalah sosok yang saleh, alim, yang semata-mata ingin membagikan ilmu kepada orang lain," ujar Gus Baha. Namun, saat ini, dia mengamati banyak yang beralih menjadi kiai karena alasan yang berbeda.

Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @zuhris, Gus Baha menyoroti bahwa saat ini banyak orang yang menjadi kiai hanya untuk mendapatkan gaji.

"Ada lowongan di yayasan, orang-orang pun mendaftar, karena mendengar kabar tentang gaji yang ditawarkan," ucapnya dengan nada prihatin. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan mengenai keikhlasan dalam berdakwah.

Gus Baha juga menekankan bahwa profesi sebagai ustadz atau kiai kini seringkali dipilih oleh mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap. "Ada yang ingin jadi kiai karena gaji, padahal mental mereka sebetulnya bukan kiai," katanya.

Selengkapnya baca di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya