Israel Serang Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, 2 Orang Tewas dan Aliran Listrik Terputus

Direktur fasilitas Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Marwan Sultan, menggambarkan kondisi yang mengerikan akibat serangan Israel itu, dengan mengatakan sedikitnya 30 pasien terluka, dengan 10 orang sangat membutuhkan dukungan oksigen.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 21 Okt 2024, 14:09 WIB
Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza. (Anadolu)

Liputan6.com, Beit Lahiya - Israel menyerang Rumah Sakit (RS) Indonesia di Beit Lahiya, Gaza utara, pada hari Sabtu (19/10/2024). Kementerian Kesehatan Palestina di sana mengatakan artileri Israel menargetkan lantai atas yang menampung lebih dari 40 pasien dan individu yang terluka, serta staf medis.

Laporan Anadolu yang dikutip Senin (21/10) menyebut situasi memburuk karena Rumah Sakit Indonesia di Gaza tersebut kehilangan aliran listrik, yang semakin membahayakan nyawa pasien, terutama mereka yang bergantung pada mesin oksigen.

"Dua pasien di unit perawatan intensif tewas karena pengepungan rumah sakit oleh tentara Israel dan memutus aliran listriknya selama berjam-jam," sumber medis di rumah sakit tersebut mengatakan kepada Anadolu.

Direktur fasilitas RS Indonesia di Gaza, Marwan Sultan, menggambarkan kondisi yang mengerikan itu, dengan mengatakan sedikitnya 30 pasien terluka, dengan 10 orang sangat membutuhkan dukungan oksigen. Ia juga memperingatkan bahwa nyawa mereka terancam jika pemadaman listrik terus berlanjut.

Secara terpisah, sekelompok warga sipil terlantar yang berkumpul di luar gerbang rumah sakit terkena tembakan artileri, yang menyebabkan jatuhnya korban, menurut para saksi.

Para saksi mengatakan rumah sakit itu dikepung oleh pasukan Israel, yang telah mengepung tempat penampungan yang menampung ribuan warga sipil terlantar di sekitar area Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

Menteri Kesehatan Majed Abu Ramadan membenarkan kematian dua pasien tersebut dalam siaran pers yang dikutip dari situs WAFA, "Kami kehilangan dua pasien hari ini akibat pengepungan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan [Israel] di Rumah Sakit Indonesia dan terputusnya pasokan listrik dan pasokan medis yang diperlukan."

Abu Ramadan menjelaskan bahwa pasien, individu yang terluka, dan staf layanan kesehatan di Gaza menghadapi kondisi yang sangat kritis, dengan risiko kematian yang mengancam setiap saat.


Seruan Mendesak untuk Melindungi Pasien dan Korban Luka

Relawan Indonesia Fikri Rofiul Haq, kiri, dan Reza Aldilla Kurniawan, kanan, di depan Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara pada masa yang lebih damai. [Dok MER-C]

 

Dalam laporan yang dikutip dari situs WAFA, Menteri Kesehatan Majed Abu Ramadan juga menegaskan kembali seruan mendesak kepada organisasi kesehatan dan hak asasi manusia internasional, serta masyarakat global, untuk mengambil lebih banyak tindakan guna melindungi pasien, individu yang terluka, dan lembaga kesehatan, yang telah berjuang untuk memenuhi tugas kemanusiaan mereka selama hampir setahun.

Abu Ramadan menyerukan dukungan kesehatan segera dan tekanan untuk mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat Palestina.

Perlu dicatat, tank-tank Israel telah mengepung rumah sakit tersebut sejak Sabtu (19/10) dini hari, melepaskan tembakan ke fasilitas-fasilitasnya, yang menyebabkan generator listrik berhenti beroperasi karena tembakan gencar.

Selain itu, tank-tank Israel menembaki lantai dua dan tiga rumah sakit tersebut, menghancurkan sebagian dinding pembatasnya.

Selama 15 hari berturut-turut, pasukan pendudukan Israel melanjutkan pemboman udara, darat, dan laut mereka di Gaza utara, memblokir pasokan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, sambil menghancurkan rumah-rumah dan merobohkan seluruh blok permukiman.

Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya