Liputan6.com, Jakarta Langit pagi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hari ini, Senin (21/10/2024), diprakirakan berawan, berawan tebal, cerah berawan, dan kabut. Demikianlah prediksi cuaca hari ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan, cuaca Jakarta siang nanti sebagiannya diprakirakan cerah berawan. Kecuali Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu yang diprediksi berawan.
Advertisement
Prediksi cuaca siang hari di wilayah penyangga Jakarta yaitu Bekasi, Depok, Kota Bogor dan Tangerang, seluruhnya diperkirakan cerah berawan hingga berawan tebal.
Sementara untuk malam hari nanti, cuaca di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi diprediksi BMKG masing-masing juga akan cerah hingga cerah berawan. Sementara Depok malam hari diprediksi akan diguyur hujan dengan intensitas ringan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan Tebal | Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Pusat | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Selatan | Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Timur | Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Utara | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Kepulauan Seribu | Berawan Tebal | Berawan | Cerah |
Bekasi | Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Depok | Kabut | Cerah | Hujan Ringan |
Kota Bogor | Cerah Berawan | Cerah | Cerah Berawan |
Tangerang | Berawan | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Guangzhou Siaga Demam Berdarah, Kasus Melonjak 73 Persen di Tengah Cuaca Hujan
Otoritas kesehatan di kota Guangzhou, Tiongkok selatan, memberikan peringatan atas lonjakan kasus demam berdarah domestik, menyerukan warga untuk waspada dan ambil bagian dalam upaya membatasi penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk tersebut.
Kasus demam berdarah dengue melonjak 73 persen pada minggu lalu, dibandingkan dengan 252 kasus yang dilaporkan pada minggu sebelumnya, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Guangzhou dalam laporannya pada 16 Oktober. Dari 437 kasus DBD yang tercatat, 360 kasus merupakan warga lokal dan sisanya impor.
Kasus-kasus telah dilaporkan di 11 distrik di Guangzhou, yang memiliki total populasi lebih dari 17 juta jiwa. Meskipun sejauh ini tidak ada laporan kematian terkait demam berdarah di kota ini, penyakit ini bisa berakibat fatal dan menyebabkan komplikasi kesehatan jangka panjang, seperti yang sering dicatat oleh dokter dan pakar medis.
Di provinsi Guangdong yang lebih luas, jumlah penderita demam berdarah terus meningkat selama dua bulan terakhir. Antara 30 September dan 6 Oktober, tercatat 1.770 kasus – meningkat 500 dibandingkan seluruh bulan Agustus, kata pihak berwenang.
Lonjakan infeksi ini telah memicu kekhawatiran di kalangan netizen Tiongkok, beberapa di antaranya menggambarkan kota tersebut sebagai pusat wabah di provinsi Guangdong.
“Jumlahnya terus bertambah di Guangzhou. Ini sangat memprihatinkan,” komentar salah satu pengguna platform mikroblog populer Weibo sebagai tanggapan terhadap artikel berita loka, dilansir Channel News Asia.
“Belum ada kematian, tapi demam berdarah bukan main-main. Demam tinggi bisa membunuh Anda dan rasa sakit yang Anda rasakan di tulang Anda tak tertahankan,” orang tersebut memperingatkan nahaya demam berdarah dengue.
Advertisement
Terpantau 6 Titik Panas di Banyuwangi, BMKG Imbau Warga Waspadai Potensi Bahaya Karhutla
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi mengeluarkan peringatan dini terkait munculnya enam titik panas (hotspot) kategori sedang di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Pringatan ini dikeluarkan untuk mengingatkan masyarakat akan potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dapat terjadi di daerah tersebut.
Berdasarkan data dari BMKG menunjukan bahwa titik panas tersebut terdeteksi di beberapa daerah diantaranya, Kecamatan Pesanggaran, Wongsorejo dan kawasan hutan lindung Gunung Ijen Merapi Ungup-ungup.
Menurut Prekirawan BMKG Banyuwangi Beni Gumintar, enam titik panas tersebut sebagian besar berada di kawasan hutan dan lahan. Sehingga menimbulkan potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi.
"Kami mengimbau masyarakat jangan sembarang membuat sumber api, karena apabila sumber api ditambah dengan angina yang kencang sumber api akan cepat membesar," ujarnya Selasa (15/10/2024).
Kondisi cuaca yang cenderung kering saat ini, kata dia, berdampak pada peningkatan suhu dan kurangnya curah hujan. Hal ini menjadi faktor utama yang memicu munculnya titik panas di bumi Blambangan ini.
Daerah paling rawan kebakaran hutan dan lahan terdeteksi di wilayah Kecamatan Wongsorejo. Hal ini dikarenakan daerah tersebut memiliki banyak area dengan vegetasi yang mudah terbakar, serta cuaca yang cenderung kering dalam beberapa waktu terakhir.
"Suhu udara yang tinggi dan rendahnya kelembapan membuat lahan-lahan daerah tersebut lebih rentan terhadap kebakaran," paparnya.
Titik Panas Masih Warna Kuning
Titik panas yang terdeteksi saat ini masih menunjukkan warna kuning. Menurutnya, warna ini biasanya menandakan potensi kebakaran, sementara warna merah menunjukkan bahwa kebakaran sudah terjadi, sehingga meskipun titik panas terlihat, belum tentu berarti ada kebakaran yang berlangsung.
"Titik kuning menunjukkan kategori sedang. Jika sudah berubah menjadi merah, itu berarti sudah ada kebakaran," dia menjelaskan.
Ia menambahkan bahwa tampilan titik warna kuning pada pantauan satelit mencerminkan kondisi cuaca yang sangat panas dan ekstrem. Karena suhu yang tinggi, wilayah tersebut harus diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran.
"Dalam citra satelit ada simbol tiga warna. Warna hijau berarti titik panas rendah, kuning sedang, dan merah berarti tinggi," tuturnya.
Beny meminta warga di sekitar lokasi titik panas untuk selalu siap siaga dan mengikuti informasi terbaru dari BMKG dan dinas terkait. Dengan kesadaran dan kerja sama dari masyarakat, diharapkan risiko kebakaran hutan dapat diminimalisasi.
"Masyarakat harus lebih berhati-hati, terutama dalam melakukan aktivitas yang melibatkan api, seperti membakar sampah atau membuka lahan," dia memungkasi.
Advertisement