The Fed Minneapolis Sebut Pemerintah Harus Kenakan Pajak atau Larang Bitcoin, Kenapa?

Para peneliti menggunakan bitcoin jadi contoh “keamanan sektor swasta” dengan pasokan tanpa klaim sumber daya riil.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Okt 2024, 14:17 WIB
Riset terbaru oleh the Federal Reserve Bank of Minneapolis telah sarankan aset seperti Bitcoin perlu dikenakan pajak atau dilarang. (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Liputan6.com, Jakarta - Riset terbaru oleh the Federal Reserve Bank of Minneapolis telah sarankan aset seperti Bitcoin perlu dikenakan pajak atau dilarang. Hal ini agar pemerintah Amerika Serikat (AS) dapat menjaga defisit.

Mengutip Cointelegraph, Senin (21/10/2024), dalam ekonomi di mana pemerintah mencoba mempertahankan defisit permanen memakai utang menciptakan masalah untuk penerapan kebijakan, demikian pernyataan Minneapolis the Fed dalam sebuah makalah yang dirilis pada 17 Oktober 2024.

The Fed klaim, Bitcoin mengenalkan “jebakan anggaran berimbang”, sebuah kondisi alternatif di mana pemerintah dipaksa untuk menyeimbangkan anggarannya.

Para peneliti memakai bitcoin sebagai contoh “keamanan sektor swasta” dengan pasokan tanpa klaim sumber daya riil. Mereka menyimpulkan kalau bitcoin perlu dilarang dan dikenakan pajak untuk memecahkan teka teki itu.

Larangan hukum terhadap bitcoin dapat memulihkan implementasi unik defisit primer permanen, dan begitu pula pajak atas bitcoin.

Defisit primer terjadi ketika pemerintah membelanjakan lebih banyak daripada yang dikumpulkannya dalam bentu pajak dan pendapatan lainnya tidak termasuk pembayaran bunga atas utangnya. Istilah “permanen” untuk defisit primer adalah kunci karena artinya pemerintah berencana untuk terus membelanjakan lebih banyak daripada yang dikumpulkannya tanpa batas waktu.

Adapun Amerika Serikat telah mencatat total utang nasional mencapai USD 35,7 triliun. Namun, defisit primer, kesenjangan tahunan antara pengeluaran dan pendapatan pajak saat ini sekitar USD 1,8 triliun.

 

 


Penggerak Defisit

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Adapun penggerak terbesar defisit tahun ini yang terbesar di luar era COVID-19 yang naik 29 persen menjadi USD 1,13 triliun dalam biaya bunga untuk utang surat berharga pemerintah AS. Hal ini seiring suku bunga yang lebih tinggi dan lebih banyak utang untuk pembiayaan, demikian berdasarkan laporan Reuters pada 19 Oktober 2024.

Dalam makalah pada 21 Oktober, Head of Digital Asset Research VanEck, Matthew Sigel menuturkan, the Fed Minneapolis telah bergabung dengan Bank Sentral Eropa mengenai bitcoin.

“Berfantasi tentang larangan hukum dan pajak tambahan pada BTC untuk memastikan utang pemerintah tetap menjadi satu-satunya sekuritas bebas risiko,” demikian seperti dikutip.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Aktivitas Investor di Pasar Kripto Meningkat, Solana Paling Besar

Solana Kripto.

Sebelumnya, pasar mata uang kripto mengalami lonjakan aktivitas investor selama beberapa minggu terakhir, dengan Bitcoin menguji batas USD 68.000 atau setara Rp 1,05 miliar (asumsi kurs Rp 15.525 per dolar AS).

Dilansir dari Coinmarketcap, Sabtu (19/10/2024), kripto Altcoin seperti Ethereum dan Solana juga meningkat, menandai minat baru di kalangan investor. Indeks ketakutan dan keserakahan telah bergeser ke arah keserakahan untuk pertama kalinya dalam dua setengah bulan.

Sebuah laporan dari A16zcrypto menyoroti peningkatan yang luar biasa dalam alamat aktif dalam ranah mata uang kripto. Bulan lalu, jumlah alamat aktif melonjak menjadi sekitar 220 juta, angka yang meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan awal tahun ini.

Lonjakan tersebut terutama berasal dari Solana, yang sendiri menyumbang sekitar 100 juta alamat aktif. Mata uang kripto lainnya seperti NEAR, Base, dan TRON juga menunjukkan aktivitas yang signifikan.

Namun, kenaikan harga yang diharapkan untuk Solana belum terwujud, karena banyak pengguna memiliki saldo SOL minimal meskipun jumlah alamatnya tinggi.

Saat pasar mata uang kripto sedang naik daun, analis mengantisipasi pergerakan lebih lanjut, terutama menjelang pemilihan umum. Dengan harga Bitcoin yang terus meningkat, prospek pasar yang menguat tampak menjanjikan, didorong oleh tren historis dan perkembangan teknologi.

Lingkungan yang dinamis ini menawarkan peluang baru, di samping risiko yang melekat, bagi investor yang menjelajahi lanskap kripto.


Lebih dari Separuh Pemilih AS Mau Punya Presiden Pro Kripto

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)

Sebelumnya, jajak pendapat yang disusun manajer Aset Kripto, Grayscale mengungkapkan bahwa lebih dari separuh pemilih di Amerika Serikat lebih cenderung memilih kandidat presiden yang pro-kripto.

Mengutip Cointelegraph, Jumat (18/10/2024) Grayscale bermitra dengan The Harris Poll, sebuah perusahaan riset pasar, untuk melakukan jajak pendapat pemilih AS mengenai sikap terhadap mata uang kripto.

"Jajak pendapat tersebut juga menemukan bahwa dua dari setiap lima orang Amerika mengatakan bahwa mereka lebih memperhatikan posisi kandidat mengenai Bitcoin sebagai aset kripto dibandingkan dengan pemilihan sebelumnya," ungkap Kepala bagian hukum Grayscale, Craig Salm, saat diwawancarai di Serious XM Business Radio.

"Jelas, jajak pendapat ini menunjukkan bahwa orang Amerika peduli apakah seorang kandidat menentang kripto," ujarnya.

Seperti diketahui, pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang mempertemukan calon dari Partai Republik Donald Trump, yang mengatakan bahwa ia ingin menjadikan Amerika sebagai "ibu kota kripto dunia," dan pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, yang relatif tidak banyak membahas industri tersebut.

Tetapi Harris, yang kini masih menjabat sebagai Wakil Presiden AS dilaporkan lebih bersahabat dengan kripto dibandingkan Presiden Joe Biden, tetapi tidak pro-industri seperti saingannya dan mantan Presiden Trump, menurut Galaxy Research.

Pada 17 Oktober, Kalshi, pasar taruhan pemilu, mematok peluang Trump untuk memenangkan pemilu sebesar 57%, dibandingkan dengan 43% untuk saingannya Harris.

Petaruh di Polymarket, pasar prediksi terdesentralisasi di jaringan Polygon, bahkan lebih optimis pada Trump, mematok peluangnya menang Pilpres hingga 61% dibandingkan dengan kurang dari 38% untuk Harris.

 


Inflasi Memengaruhi

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Menurut Salm, 30% responden jajak pendapat juga mengatakan inflasi adalah satu-satunya masalah yang paling mendesak di Amerika. Di sinilah aset seperti Bitcoin dapat memegang posisi penting.

"Mengingat Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto lainnya dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penyimpan nilai. Bagi kami, tidak mengherankan mengetahui bahwa orang Amerika semakin fokus pada posisi kandidat mereka dalam kripto,” kata Salm.

Dimulai pada September, Harris mulai meningkatkan permainan kripto-nya, dengan mencantumkan teknologi blockchain di antara beberapa sektor yang sedang berkembang di mana ia ingin AS "tetap dominan."

"Kami juga menemukan bahwa kripto melampaui afiliasi partai. Orang-orang suka mengatakan kripto bersifat bipartisan, tetapi kami suka mengatakan itu nonpartisan," bebernya.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya