Intip Prospek Saham Perbankan di Tengah Aksi Jual Asing

Kuartal II 2024 merupakan periode terburuk bagi sektor perbankan dalam waktu yang lama, karena investor asing banyak menjual saham bank-bank besar menyusul langkah mengejutkan dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI) untuk menaikkan biaya kredit setahun penuh menjadi 3% guna mengatasi meningkatnya NPL bruto.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Okt 2024, 06:00 WIB
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Asing terpantau melakukan aksi jual pada saham-saham perbankan. Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy mencatat, kuartal II 2024 merupakan periode terburuk bagi sektor perbankan dalam waktu yang lama, karena investor asing banyak menjual saham bank-bank besar menyusul langkah mengejutkan dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI) untuk menaikkan biaya kredit setahun penuh menjadi 3% guna mengatasi meningkatnya NPL bruto.

"Arus keluar di BBRI khususnya bertahan hingga Oktober 2024, dengan arus keluar MTD mencapai Rp 4 triliun, melebihi apa yang mereka jual sepanjang kuartal III 2024. Tidak akan mengejutkan jika manajemen BRI akan menaikkan biaya panduan kredit sekali lagi selama pengarahan analis kuartal III 2024," ungkap Isfhan, dikutip Selasa (22/10/2024).

⁠Selama kuartal III 2024, kecuali BBRI, bank-bank besar lainnya mengalami pembalikan arus besar-besaran yang dipimpin oleh Bank Central Asia(BBCA) dengan arus masuk Rp 5,4 triliun, diikuti oleh Bank Mandiri (BMRI) dengan arus masuk Rp 4,4 triliun. Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Syariah Indonesia (BRIS) juga mencatat arus masuk dana masuk meskipun lebih kecil, masing-masing sekitar Rp 900 miliar dan Rp 300 miliar.

⁠Tidak hanya BBRI, BBCA juga menghadapi keterbatasan biaya provisi karena mengalami tingkat provisi terendah sejak pandemi, turun di bawah 200% untuk pertama kalinya pada kuartal II 2024.

Bahkan jika berhasil meningkatkan biaya kredit, pertumbuhan laba harus tetap utuh, karena PPOP masih tumbuh sehat di atas 10%. Mirip dengan BBRI yang masih mengalami pertumbuhan PPOP dua digit.

 


Harga Saham

Pekerja melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Isfhan telah membuat beberapa penyesuaian pada TP untuk bank-bank besar dalam cakupan kami mengingat dinamika terkini pergerakan harga saham serta laba kuartal III 2024 yang diantisipasi. Meskipun laba masih harus tumbuh positif, kekhawatiran akan biaya kredit yang lebih tinggi dapat membatasi pergerakan harga saham pada kuartal mendatang.

Isfhan mempertahankan peringkat BELI (BUY) untuk BMRI dan BBNI, masing dengan TP 8.600 dan 6.350. Sementara pergerakan harga saham terkini mendorong Ishfan untuk menurunkan peringkat pada BBRI dan BRIS menjadi ADD, dengan TP masing-masing 5.625 dan 3.450.

"Langkah paling berani kami adalah menurunkan peringkat BBCA menjadi NEUTRAL setelah memangkas TP 12 bulannya menjadi Rp 11.000 dari sebelumnya Rp 11.500 sebelumnya. Kami yakin bahwa BBCA akan mengakhiri tahun ini dengan cakupan pencadangan di atas 200%, jadi tinggal menunggu waktu bagi manajemen untuk mengumumkan revisi biaya kredit," pungkas Isfhan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya