Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mempersiapkan berbagai hal untuk membuat kagum para delegasi negara anggota G20. Termasuk salah satunya taman mangrove G20 yang berlokasi di tengah pinggir Tol Bali Mandara.
Saat itu Presiden RI ke-7 Joko Widodo mengajak para pemimpin negara G20 dan undangan meninjau Taman Hutan Raya (Tahura) Bali, Kota Denpasar, Bali. Mengutip dari kanal Global Liputan6.com, para 16 November 2022, Presiden Prancis Emmanuel Macron bahkan ikut memuji revitalisasi mangrove yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia.
Advertisement
Namun sayangnya kini selang hampir dua tahun Taman Mangrove membuat delegasi terkesan, kondisinya justru memprihatinkan. Sebuah video viral memperlihatkan bagaimana taman mangrove tersebut tak terawat, bahkan banyak yang mati.
"Taman mangrove yang dulu tertata membentuk tulisan G20 yang berlokasi di tengah laut di pinggir Tol Bali Mandara, kini sudah tidak terawat dan mati," tulis akun @folkcreated pada 20 Oktober 2024.
Tampak dalam video, taman mangrove telah berubah tandus. Bukan lagi berwarna hijau, sebagian besar tanamannya juga terlihat telah menghitam karena mati.
Kondisi memprihatinkan ini pun mengundang kritik warganet. "Yang penting citranya udah dapet ya kan," sindir seorang warganet di Instagram.
"Seperti biasa kita jago membangun, lemah memelihara," sambung yang lain. "Di Indonesia itu lebih mudah membangun karena duitnyab banyak bisa diakali, kalau merawat duitnya dikit dan susah diakali. Intinya mah duit aja sih," ketus yang lain.
"Namanya juga buat pencitraan doang," sahut warganet. "Nanem mangrove itu susah kawan, banyak tantangannya," bela seorang warganet.
Indonesia Pemilik Ekosistem Mangrove Terbesar Dunia
Menurut Peta Mangrove Nasional Tahun 2023, luas hutan mangrove yang ada di Indonesia mencapai 3,44 juta hektar, setara dengan 20 persen dari total luas mangrove dunia. Angka tersebut menunjukkan Indonesia merupakan pemilik ekosistem mangrove terbesar di dunia. Dengan luas itu, ekosistem mangrove memiliki potensi luar biasa dari sisi ekologi sampai mata pencaharian masyarakat.
Sementara dari sisi ekologi, ekosistem mangrove menjadi habitat dari 3.000 spesies ikan. Akarnya yang besar dan panjang, mangrove berperan sebagai perangkap endapan maupun perlindungan erosi pantai dan menghambat intrusi air laut ke daratan.
Ekosistem Mangrove juga berfungsi mampu menyerap karbon 3--5 kali lebih besar dari hutan tropis biasa. Berdasarkan penelitian, hutan mangrove Indonesia menyimpan 3,14 miliar ton karbon sepertiga dari seluruh karbon di dunia dan berperan krusial dalam mitigasi perubahan iklim.
Melihat potensi ini, mangrove bisa berkontribusi secara signifikan untuk pencapaian Enhanced Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia tahun 2030. Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu, 28 Juli 2024, pemerintah melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berkomitmen merehabilitasi mangrove seluas 600 ribu hektare.
Advertisement
Penanaman Oleh Instansi dan Masyarakat
Target 600 ribu hektare ini terbagi menjadi dua, yaitu target 200.000 hektare untuk rehabilitasi mangrove melalui kegiatan penanaman oleh masyarakat. Kedua, target 400.000 hektare berupa pengelolaan lanskap mangrove berkelanjutan, termasuk di dalamnya melindungi areal mangrove yang masih utuh lewat penguatan regulasi, kelembagaan, serta pemberdayaan masyarakat.
Kunci keberhasilan rehabilitasi mangrove terletak pada kolaborasi dan sinergitas antar lembaga. BRGM juga turut melibatkan berbagai sektor dari Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, hingga masyarakat tingkat tapak.
“Mangrove for Future”, merupakan bentuk komitmen Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dalam mewujudkan rehabilitasi mangrove yang bersinergi dan berkelanjutan. Mangrove for Future berisikan dialog antar lembaga dan pendapat para ahli terkait pelaksanaan rehabilitasi mangrove yang ada di Indonesia. Tema kegiatan ini adalah “Mangrove for Future”, Mangrove untuk Masa Depan.
“Tujuan pemilihan tema ini untuk menyampaikan bahwa rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek mangrove tertanam, namun juga berorientasi pada pengelolaan jangka panjang agar manfaat mangrove dapat dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya," ungkap Hartono, Kepala BRGM yang menjadi keynote speech di acara dialog pada Jumat, 26 Juli 2024.
Program Rehabilitasi Mangrove Indonesia
Pada acara yang digelar di hotel ternama di kawasan Jakarta ini, para ahli dari berbagai sektor membahas isu hangat mengenai rehabilitasi mangrove yang kini berjalan di Indonesia, serta memberikan masukan agar rehabilitasi mangrove berjalan secara optimal.
Pengaturan ruang untuk pengelolaan ekosistem mangrove jadi salah satu diskusi hangat dalam perhelatan ini. Pada kesempatan ini para ahli dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian ATR/BPN, dan pakar dari IPB University menyampaikan pendapatnya mengenai pentingnya pengaturan ruang maupun batasan wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) priode 2019-2024, Alue Dohong bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove serta kementerian/lembaga terkait terus mengawal upaya pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove. Caranya dengan pengembangan tata kelola dan aksi rehabilitasi.
"Aksi rehabilitasi bukan hanya dengan cara menanam untuk mendapatkan manfaat ekologi, tetapi juga dengan pengembangan potensi ekonomi mangrove, dan peningkatan kapasitas masyarakat untuk mendapatkan manfaat sosial-ekonomi dari mangrove," sebut Alue.
Advertisement