Mengenal Vagus Nerve Stimulation, Inovasi untuk Kurangi Kejang Epilepsi

Vagus Nerve Stimulation adalah salah satu inovasi dalam tata laksana epilepsi yang melibatkan pemasangan perangkat perangsang saraf vagus untuk mengurangi frekuensi kejang.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Okt 2024, 09:32 WIB
Ilustrasi Vagus Nerve Stimulation, Inovasi Masa Kini untuk Kurangi Kejang Epilepsi. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Epilepsi adalah kondisi yang ditandai oleh kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak dan merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling umum.

Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup bahkan meningkatkan risiko kematian jika kejang terjadi di waktu dan tempat berbahaya.

Menurut dokter spesialis saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, Retno Jayantri Ketaren, Epilepsi adalah kondisi yang ditandai oleh kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak dan merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling umum. Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 hingga 5 persen populasi di seluruh dunia.

“Penyakit ini dapat muncul di semua kelompok usia, bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua. Penyakit ini juga tidak memandang etnis tertentu,” kata Retno dalam keterangan pers dikutip Selasa (22/10/2024).

Guna mengontrol kejang epilepsi, dokter spesialis bedah saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, Made Agus Mahendra Inggas menjelaskan soal prosedur Vagus Nerve Stimulation (VNS).

Ini adalah salah satu inovasi dalam tata laksana epilepsi yang melibatkan pemasangan perangkat perangsang saraf vagus untuk mengurangi frekuensi kejang.

“VNS biasanya ditawarkan kepada pasien yang tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dari pengobatan antiepilepsi konvensional,” kata Made Agus dalam keterangan yang sama.

Pemasangan VNS dilakukan dengan anestesi umum. Sebuah perangkat kecil diimplan di bawah kulit dada dan dihubungkan ke saraf vagus di leher. Prosedur ini aman dan memiliki waktu pemulihan yang relatif singkat.

Setelah perangkat terpasang, VNS bekerja dengan memberikan impuls listrik teratur ke saraf vagus. Hal ini dapat membantu menstabilkan aktivitas listrik di otak, sehingga mengurangi frekuensi dan intensitas kejang.

Kriteria Kandidat VNS

Ada beberapa kriteria pasien yang dapat menjadi kandidat tata laksana VNS, yakni:

  • Mengidap kejang yang parah yang memengaruhi kualitas hidup.
  • Tidak memiliki kondisi medis lain yang dapat membahayakan prosedur.
  • Memiliki epilepsi yang tidak terkontrol dengan obat.

Bagaimana Prosedur Pemasangan VNS?

Dokter spesialis bedah saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, Made Agus Mahendra Inggas soal epilepsi. Foto: Siloam Hospitals.

Made Agus menambahkan, prosedur pemasangan VNS dilakukan dengan anestesi umum. Dokter bedah saraf akan mengimplan perangkat kecil di bawah kulit dada dan menghubungkannya ke saraf vagus di leher.

Proses ini relatif cepat dan aman, dengan waktu pemulihan yang minimal. Pasien biasanya bisa pulang pada hari yang sama setelah prosedur.

Bagaimana Cara Kerja VNS dalam Mengurangi Frekuensi Kejang?

VNS bekerja dengan memberikan impuls listrik teratur ke saraf vagus yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak. Cara ini dapat membantu menstabilkan aktivitas listrik di otak, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kejang.

Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi ini dapat meningkatkan ketersediaan neurotransmiter yang mendukung keseimbangan kimia di otak, yang pada gilirannya membantu mengurangi frekuensi kejang.


Apa Keunggulan VNS?

Dokter spesialis saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, Retno Jayantri Ketaren, soal epilepsi. Foto: Siloam Hospitals.

Salah satu keunggulan utama dari VNS adalah dapat digunakan bersamaan dengan obat antiepilepsi tanpa meningkatkan risiko efek samping.

Bagi banyak pasien, VNS dapat menawarkan pengurangan kejang yang lebih signifikan, bahkan ketika obat tidak memberikan hasil yang memuaskan. Keunggulan ini menjadikan VNS sebagai pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari solusi tambahan untuk mengelola kondisi mereka.

Apa Efek Samping VNS?

Seperti prosedur medis lainnya, VNS juga memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi termasuk suara di tenggorokan, nyeri di area implan, dan kesulitan menelan. Namun, kebanyakan efek samping ini bersifat ringan dan dapat dikelola dengan penyesuaian pada program stimulasi.

Penting bagi pasien untuk berdiskusi dengan tim medis mereka tentang efek samping yang mungkin muncul dan cara mengatasinya.


Bagaimana Proses Pemantauan Pasca Terapi?

Setelah pemasangan VNS, pasien perlu menjalani pemantauan berkala untuk menilai efektivitas perangkat dan melakukan penyesuaian pada tingkat stimulasi jika diperlukan.

Tim medis akan bekerja sama dengan pasien untuk memantau frekuensi kejang dan mengevaluasi apakah ada perubahan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil terapi.

Kapan Manfaat Pemasangan VNS Bisa Dirasakan Pasien?

Waktu respons setelah pemasangan VNS bervariasi antara individu. Beberapa pasien mungkin mulai merasakan perbaikan dalam beberapa minggu, sementara yang lain mungkin memerlukan beberapa bulan sebelum merasakan manfaat penuh dari terapi.

Kesabaran dan komunikasi yang baik dengan tim medis adalah kunci untuk mengelola harapan selama proses ini.

 


Peran Dokter dan Tim Multidisiplin

Dokter memiliki peran penting dalam menjelaskan prosedur VNS dan manfaatnya kepada pasien dan keluarganya. Edukasi yang baik dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan pemahaman tentang apa yang diharapkan selama dan setelah prosedur.

Dokter perlu menjelaskan tidak hanya proses pemasangan, tetapi juga bagaimana VNS bekerja dan hasil apa yang mungkin dicapai.

Tim multidisiplin, yang terdiri dari neurolog, bedah saraf, perawat, dan profesional kesehatan lainnya, memiliki peran krusial dalam penanganan pasien yang menjalani VNS. Kerja sama yang baik antara semua anggota tim sangat penting untuk memberikan perawatan yang optimal dan memastikan bahwa setiap pasien menerima perhatian yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Infografis peranan penting orang tua dalam pengasuhan anak (parenting) Source: Kementerian Sosial Reublik Indonesia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya