Status Internasional Bandara Ahmad Yani Semarang Dicopot, DPR Minta Dikaji Ulang

Pencopotan status Internasional Bandara Jendral Ahmad Yani diminta untuk dikaji ulang oleh Pemerintah.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Okt 2024, 12:30 WIB
Aktivitas penumpang dan petugas di terminal baru Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Rabu (6/6). Terminal Baru Bandara Ahmad Yani dibangun oleh PT Angkasa Pura I (Persero) dengan nilai investasi sebesar Rp2,2 triliun. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Jakarta Pencopotan status internasional Bandara Ahmad Yani Semarang disorot Anggota DPR-RI Bambang Haryo Soekartono.

Politisi yang juga sebagai pengamat transportasi, hadir langsung di Bandara Jenderal Ahmad Yani yang statusnya diubah dari Bandara Internasional menjadi Domestik beberapa bulan yang lalu.

Bambang Haryo melakukan pengamatan dan jajak pendapat dengan para Calon Penumpang yang biasa memanfaatkan Bandara Jendral Ahmad Yani, dan sekaligus menanyakan kepada Pihak Pengelola Bandara.

Ia menginginkan pencopotan status Internasional Bandara Jendral Ahmad Yani bisa dikaji ulang oleh Pemerintah.

"Dasarnya sudah sangat jelas, di Wilayah Jawa Tengah saat ini menjadi tujuan usaha industri dari Wilayah Jakarta dan sekitarnya, Surabaya dan sekitarnya, serta Tangerang, bekasi dan sekitarnya. Mereka saat ini berpindah menuju Jawa Tengah karena UMR Jawa Tengah terendah dibanding Surabaya, Jakarta, dan sekitarnya.3 Sehingga begitu banyak usaha usaha industri Internasional yang ada di Wilayah Jawa Tengah saat ini," kata pemilik sapaan akrab BHS ini dikutip, Selasa (22/10/2024).

Tidak hanya itu, kata BHS, Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, memiliki pelabuhan laut yang berstatus Internasional.

Bahkan, lanjut BHS, Kapal Peti Kemas Internasional yang singgah per tahunnya bisa membawa sekitar 1 juta theus per tahun, atau rata rata sekitar 3.000 peti kemas setiap harinya. Dan juga kapal kapal pariwisata Cruise dari mancanegara juga sering sandar di Pelabuhan Penumpang Internasional Tanjung Emas, Semarang, sekitar 30 Unit kapal, yang 1 kapalnya membawa ribuan Wisatawan Asing per tahunnya.

"Ini semua tentu sangat membutuhkan akses transportasi udara menuju ke luar negeri, bila mereka dalam kondisi Emergency." Imbuhnya.

 


Kemudahan Akses Penerbangan Internasional

Ilustrasi Bandara Ahmad Yani Semarang ,(Foto : Titoisnau)

Apalagi, lanjut alumni ITS Surabaya ini Jawa Tengah adalah penyedia Tenaga Kerja ke Luar Negari (TKI) yang terbesar no 2 dari seluruh Provinsi di Indonesia. Sudah seharusnya Pemerintah menyediakan akses kemudahan Angkutan Udara Internasional dari Kota Semarang. Yang saat ini di Jawa Tengah tidak ada satu pun Bandara yang memiliki Status Internasional.

"Dan seharusnya Pemerintah (Kementrian Perhubungan), harus konsisten saat melakukan revitalisasi dengan biaya yang sangat besar, berkisar 2.07 Trilliun Rupiah di tahun 2017 itu, tujuannya untuk mengembangkan Bandara Internasional Jendral Ahmad Yani, agar bisa di darati pesawat berbadan lebar, dengan disediakannya 2 garbarata dengan jenis untuk ukuran pesawat besar (Wide Body)," kata BHS

Maka, zudah jelas Pencopotan Status Internasional dari Bandara Jendral Ahmad Yani, Semarang, bisa dikembalikan lagi. Apalagi dari jajag pendapat Pengelola Bandara, 90% Masyarakat menginginkan Bandara Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah tersebut menjadi Status Internasional Kembali," tutup BHS.


Punya Status Internasional, 2 Bandara di Jateng Ini Tak Punya Penerbangan Luar Negeri

Terminal Baru Bandara Ahmad Yani di Semarang, Jawa Tengah. (Dok AP I)

Sebelumnya, Dua bandara di Jawa Tengah (Jateng) memiliki status sebagai bandara internasional. Namun sayangnya, kedua bandara ini belum melayani  penerbangan ke dan dari luar negeri. 

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko menjelaskan, ada dua bandara yang memiliki status internasional tetapi tak punya penerbangan reguler dari dan ke luar negeri secara langsung.

Kedua bandara tersebut adalah Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soemarmo Surakarta.

"Karena memang statusnya internasional, kami sangat ingin kedua bandara tersebut digunakan untuk penerbangan internasional," katanya dikutip dari Antara, Selasa (5/3/2024).

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah mendorong agar penerbangan langsung internasional ke kedua bandara tersebut, namun belum diberikan.

Menurut dia, wisatawan mancanegara banyak datang melalui Bandara Internasional Yogyakarta yang kemudian juga menikmati destinasi-destinasi tujuan wisata di Jawa Tengah.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat dari enam bandara yang tersebar di berbagai daerah di provinsi ini, hanya dua bandara yang melayani kedatangan dan keberangkatan penumpang, yakni Bandara Semarang dan Surakarta.

Kepala BPS Jawa Tengah Dadang Hardiwan mengatakan kedatangan penumpang melalui dua bandara tersebut selama Januari 2024 tercatat mencapai 122.636 orang.

Dari jumlah tersebut, lanjut dia, terdapat 1.293 penumpang penerbangan internasional dengan tujuan Jeddah.

Penerbangan langsung ke Arab Saudi dari Bandara Surakarta itu hanya untuk melayani jemaah umrah dengan jadwal keberangkatan setiap akhir pekan.

Adapun untuk kedatangan penumpang pesawat selama Januari 2024 tercatat mencapai 114.128 orang dengan penumpang yang merupakan jemaah umrah dari Jeddah sebanyak 1.057 orang.


Jelang Beroperasi, Angkasa Pura I Izinkan Warga Masuk Bandara Dhoho Kediri

Kesiapan Bandara Internasional Dhoho Kediri jelang beroperasi secara komersial pada awal tahun 2024. (dok: BKIP)

Sebelumnya, PT Angkasa Pura I melakukan uji coba operasional dengan membuka Bandar Udara (Bandara) Dhoho Kediri, Jawa Timur, dan dapat dikunjungi oleh masyarakat umum menjelang dimulainya operasional bandara tersebut dalam waktu dekat.

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Dhoho Kediri I Nyoman Noer Rohim menjelaskan area yang diperbolehkan dikunjungi oleh masyarakat umum terbatas pada sisi luar area terminal penumpang.

"Dalam uji coba ini masyarakat dapat mengunjungi bandara sampai pukul 17.00 WIB. Kami mengimbau pengunjung dapat menjaga kebersihan dan ketertiban Bandar Udara Dhoho untuk kenyamanan bersama," kata I Nyoman Noer Rohim, Minggu 4 Februari 2024.

Ia menjelaskan masyarakat hanya dikenai tarif parkir di Bandar Udara Dhoho sebesar Rp4.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp10.000 untuk kendaraan roda empat, Rp15.000 untuk kendaraan di atas roda empat atau lebih.

Kendaraan mereka bisa langsung diparkir di area parkir seluas 37.108 meter persegi yang ada di lokasi bandara.

Ia menyebut untuk sementara kunjungan bandara itu masih bebas untuk masyarakat umum. Hingga kini, belum ada keputusan sampai kapan bandara dibuka untuk umum.

"Sementara belum ada batasan waktunya. Mereka juga hanya dikenakan tarif parkir sesuai yang berlaku," kata dia.

Disinggung rencana peresmian operasional, Noer Rohim mengatakan hingga saat ini masih menunggu koordinasi lebih lanjut.

"Nanti kami update," kata dia.

Infografis 16 Bandara Dibuka untuk Penerbangan Internasional (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya